Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Tingkatan Orang yang Berpuasa menurut Imam Al-Ghazali

Baca di App
Lihat Foto
freepik.com
Ilustrasi shalat
|
Editor: Silmi Nurul Utami

KOMPAS.com - Bulan Ramadhan adalah waktu yang penuh berkah bagi umat Islam. Selain sebagai kewajiban, puasa di bulan ini memiliki makna yang sangat dalam. Namun, tahukah kamu bahwa puasa di bulan Ramadhan memiliki 3 tingkatan puasa yang berbeda?

Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar, menjelaskan bahwa ada tiga tingkatan puasa yang mencerminkan kedalaman penghayatan seseorang terhadap ibadah puasa.

Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin (489 H), puasa memiliki tiga tingkat yakni:

Berikut adalah penjelasan mengenai 3 tingkatan orang yang berpuasa.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: 2 Rukun Puasa, Niat dan Menahan Diri dari Hal yang Membatalkan Puasa

1. shaumul ‘am (puasa orang biasa)

Tingkatan pertama disebut Shaumul ‘Am, yaitu puasa orang biasa. Puasa pada tingkatan ini hanya sekadar menahan lapar, haus, dan hubungan suami istri.

Menurut Rusdiana dalam buku Oase Ramadhan: Bungan Rampai Materi Kultum Ramadhan 1445 H (2024), meskipun ini adalah bentuk puasa yang wajib, pada tingkatan ini, seseorang belum memperhatikan hal-hal lain yang dapat mengurangi nilai puasa.

Orang yang berpuasa pada tingkatan ini hanya berpuasa secara lahiriah, tanpa menjaga lisannya, penglihatannya, dan hatinya. Rasulullah SAW pernah bersabda:

"Berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak didapatkan apapun dari puasanya selain rasa lapar dan dahaga saja." (HR. Ahmad).

Hadis ini menggambarkan bahwa puasa semacam ini hanya memberikan manfaat fisik, yakni menahan lapar dan haus, namun tidak mendatangkan pahala yang lebih dalam karena tidak diiringi dengan penjagaan terhadap anggota tubuh lainnya.

Baca juga: 4 Golongan Orang yang Merugi di Bulan Ramadhan, Jangan Sampai Termasuk

Pada tingkatan ini, meskipun seseorang menjalankan ibadah puasa secara formal, mereka belum mencapai tingkat kedalaman rohani yang lebih tinggi.

Puasa hanya menjadi ritual tanpa memperhatikan nilai-nilai moral dan spiritual yang lebih mendalam.

2. shaumul khusus (puasa orang istimewa)

Tingkatan kedua adalah Shaumul Khusus, atau puasa orang istimewa. Pada tingkatan ini, puasa seseorang bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menjaga anggota tubuh lainnya dari perbuatan dosa.

Artinya, selain menghindari makanan dan minuman, seseorang juga menjaga pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki, dan seluruh tubuhnya dari hal-hal yang dapat merusak pahala puasa.

Misalnya, berbohong, bergosip, mengadu domba, memandang dengan nafsu, dan bersumpah palsu. Rasulullah SAW menjelaskan:

"Ada lima hal yang menyebabkan nilai-nilai puasa batal: berbohong, menyebut kejelekan orang, mengadu domba, memandang dengan nafsu, dan bersumpah palsu." (HR. Ahmad).

Baca juga: Apakah Menelan Dahak Membatalkan Puasa? Simak Penjelasan Lengkapnya

Puasa pada tingkatan ini merupakan bentuk kesungguhan menjaga diri tidak hanya dari hal-hal yang membatalkan puasa secara lahiriah, tetapi juga dari perbuatan-perbuatan yang dapat mengurangi nilai pahalanya.

Pada shaumul khusus, seseorang berusaha menjaga hati dan tindakannya agar tidak sia-sia. Mereka menjaga lisannya dan berusaha memperbaiki akhlaknya.

Tingkatan puasa ini adalah puasa yang menjaga kehormatan tubuh dan rohani, serta menjauhkan diri dari dosa-dosa kecil yang sering diabaikan.

Dengan menjalani puasa pada tingkatan ini, seseorang akan lebih terfokus pada tujuan ibadahnya, yakni meningkatkan ketakwaan kepada Allah.

Puasa pada tingkatan ini mengajarkan seseorang untuk berbudi luhur, berakhlak mulia, dan memiliki kesadaran yang lebih tinggi terhadap pentingnya menjaga hubungan dengan Allah.

Baca juga: Pengertian Puasa Menurut Bahasa dan Istilah

3. Shaumul khususil khusus (puasa orang yang sangat istimewa)

Tingkatan ketiga adalah Shaumul Khususil Khusus, yaitu puasa orang yang sangat istimewa.

Menurut Ridwan Bahrudin dalam Hikmah Ramadhan: Tiga Tingkatan Orang Berpuasa (2025), puasa sangat khusus adalah berpuasanya hati dari keinginan-keinginan yang rendah dan pikiran-pikiran duniawi serta menahan hati dari segala tujuan selain Allah secara totalitas.

Pada tingkatan ini, seseorang tidak hanya menahan lapar, haus, dan menjauhi perbuatan dosa, tetapi juga menahan hati dan pikirannya dari segala hal yang berkaitan dengan dunia.

Orang yang berpuasa pada tingkatan ini hampir tidak memikirkan hal-hal duniawi, bahkan waktu berbuka pun tidak menjadi fokus utama.

Mereka lebih mementingkan kedekatannya dengan Allah, merasakan kedamaian batin, dan hanya memiliki satu tujuan: beribadah dengan sepenuh hati kepada Sang Pencipta.

Tingkatan ini merupakan puasa yang paling tinggi, karena melibatkan totalitas hati dan pikiran yang tidak lagi dipenuhi dengan keinginan-keinginan duniawi.

Baca juga: Niat Puasa Ramadhan, Dibaca Malam hingga Menjelang Subuh

Puasa ini sangat sulit dicapai, dan hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kedekatan luar biasa dengan Allah, seperti para nabi, wali Allah, dan orang-orang yang sangat sholeh.

Puasa pada tingkatan ini disebut juga sebagai puasa hati, karena hati mereka terjaga dari segala hal selain Allah.

Ridwan juga menjelaskan bahwa puasa pada tingkatan ini adalah puasa yang benar-benar murni, di mana seseorang menahan diri dari segala pikiran dan keinginan selain Allah dan akhirat.

Bahkan, duniawi seperti makanan dan minuman tidak menjadi perhatian utama. Orang yang mencapai tingkatan ini tidak hanya menahan tubuh dan fisiknya, tetapi juga menahan seluruh keberadaan mereka untuk hanya fokus kepada Allah.

Baca juga: 4 Syarat Sah Puasa agar Diterima Allah SWT, Apa Saja?

Lalu, tingkatan orang yang berpuasa seperti apa yang kita jalani saat ini? Apakah kita masih berada di tingkat puasa orang biasa yang hanya menahan lapar dan haus? Ataukah kita sudah bisa meningkatkan kualitas puasa kita ke tingkatan yang lebih tinggi?

Pada akhirnya, setiap individu yang berpuasa akan merasakan dan mengetahui sejauh mana mereka telah berhasil meningkatkan kualitas ibadah puasa mereka.

Dengan memahami 3 tingkatan puasa ini, kita diajak untuk terus berusaha meningkatkan kualitas puasa kita, baik secara fisik, spiritual, maupun mental.

Semoga kita dapat mencapai tingkatan puasa yang lebih istimewa, yang tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga dari segala bentuk dosa, serta memiliki hati yang hanya tertuju pada Allah semata.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi