KOMPAS.com - Pernahkah kamu mendengar istilah jalur sutra? Jalur ini bukan sekadar jalur perdagangan biasa, tetapi juga sebuah koridor yang menghubungkan berbagai peradaban kuno di seluruh dunia.
Jalur Sutra memainkan peran yang sangat penting dalam menyebarkan barang, budaya, agama, dan pengetahuan dari satu wilayah ke wilayah lain.
Mari kita telusuri lebih dalam tentang apa itu jalur sutra, mengapa ia dinamakan demikian, dan bagaimana dampaknya bagi Indonesia.
Apa itu jalur sutra?
Menurut Pattipeiluhu dalam Dampak Restrukturasi Jalur Sutra China: Studi Kasus Debt Trap di Djibouti 84 HI 2023 (2023), Jalur Sutra merupakan rute perekonomian China yang terbentuk pada masa Dinasti Han, dimana rute ini menghubungkan negara-negara dunia lama pada tahun 130 BCE sampai dengan 1453 M.
Baca juga: Negara China: Keadaan Alam, Penduduk, Perekonomian, dan Bentuk Pemerintahannya
Jalur sutra menghubungkan China dengan wilayah-wilayah lainnya di Asia Tengah, Asia Barat, hingga Eropa.
Secara keseluruhan, jalur perdagangan ini membentang lebih dari 35.000 km, dengan jalur utama sekitar 7.500 km.
Perdagangan ini berlangsung antara pedagang, biarawan, prajurit, dan nomaden yang menggunakan berbagai jenis transportasi, dari karavan hingga kapal laut.
Pada masa Dinasti Han (sekitar tahun 130 BCE), China membuka jalur perdagangan ini untuk menjalin hubungan dengan dunia Barat.
Jalur ini memfasilitasi perdagangan barang-barang seperti sutra, rempah-rempah, permata, kulit binatang, tekstil, dan banyak lagi.
Dilansir dari UNESCO World Heritage Centre, selain barang dagangan, jalur sutra juga berfungsi sebagai jalur pertukaran budaya, ideologi, agama, dan teknologi.
Baca juga: Mengapa Terjadinya Perdagangan Internasional?
Mengapa dinamakan jalur sutra?
Lalu, mengapa dinamakan jalur sutra? Nama ini diberikan pada tahun 1877 oleh ahli geografi asal Jerman, Ferdinand von Richtofen, yang mengidentifikasi rute ini sebagai “Seidenstrasse” atau Jalur Sutra.
Nama tersebut merujuk pada komoditas utama yang diperdagangkan sepanjang rute ini, yakni sutra yang diproduksi di China.
Sutra pada masa itu sangat mahal dan sangat dicari di dunia Barat. Selain itu, sutra mudah dibawa karena ringan dan tidak memakan banyak tempat, menjadikannya komoditas yang sangat menguntungkan dalam perdagangan jarak jauh.
Meskipun sutra adalah barang utama yang diperdagangkan, banyak komoditas lain juga melalui jalur ini, termasuk rempah-rempah, biji-bijian, kayu manis, hingga logam dan tekstil.
Oleh karena itu, jalur sutra tidak hanya berfungsi sebagai rute perdagangan sutra, tetapi juga sebagai jalur perdagangan komoditas lain yang penting pada masa itu.
Baca juga: Karakteristik Serat Sutra dan Kegunaannya
Perkembangan jalur sutra
Seiring berjalannya waktu, jalur sutra berkembang dan bergeser sesuai dengan dinamika geopolitik dan perkembangan teknologi.
Pada awalnya, pedagang dari Kekaisaran Romawi memilih rute utara untuk menghindari wilayah Parthia, yang melewati Kaukasus dan Laut Kaspia.
Namun, banyaknya perubahan dalam kondisi geografis dan cuaca, seperti sungai yang mengering, membuat perdagangan lebih mengandalkan jalur maritim.
Seiring dengan perkembangan zaman, perdagangan maritim menjadi cabang penting dari jalur sutra. Salah satunya dikenal dengan nama Spice Roads yang digunakan untuk mengangkut rempah-rempah dari pulau-pulau di Indonesia ke seluruh dunia.
Rute perdagangan maritim ini menghubungkan Jepang, China, Asia Tenggara, India, Timur Tengah, hingga ke Mediterania. Selain rempah-rempah, barang-barang lain seperti tekstil, batu mulia, dan kayu juga diperdagangkan.
Baca juga: 13 Jenis Tanaman Rempah-rempah dan Pengertiannya
Dampak jalur sutra bagi indonesia
Dilansir dari Kompas.com (13/6/2024), dampak jalur sutra bagi Indonesia sangat besar, terutama dalam perkembangan perdagangan dan perekonomian kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Jalur sutra laut, yang melewati Laut China Selatan, Selat Malaka, Samudra Hindia, hingga Laut Merah, telah memperlancar hubungan dagang antara pedagang Indonesia dan asing.
Pada masa kerajaan Hindu-Buddha, seperti Sriwijaya, perdagangan rempah-rempah menjadi komoditas utama yang diperdagangkan ke luar negeri.
Indonesia, dengan berbagai rempah-rempahnya yang berkualitas, seperti lada, pala, kayu manis, dan kemiri, menjadi pusat perdagangan yang sangat dibutuhkan oleh pedagang-pedagang asing, termasuk dari Eropa.
Bahkan, kualitas rempah-rempah Indonesia lebih unggul dibandingkan dengan rempah dari wilayah lain seperti Malabar, India.
Hal ini membuat rempah Indonesia menjadi komoditas yang lebih diminati karena harganya yang lebih terjangkau.
Baca juga: Ini 10 Komoditas Utama Ekspor Indonesia, Apa Saja?
Selain perdagangan barang, jalur sutra juga membantu dalam pertukaran budaya, ilmu pengetahuan, dan agama.
Pedagang dari luar negeri membawa barang-barang mewah seperti porselen, perhiasan, dan batu permata yang kemudian diperdagangkan di Indonesia.
Ini menciptakan perputaran ekonomi yang menguntungkan dan mendorong pertumbuhan kota-kota pelabuhan di pesisir Indonesia.
Seiring berkembangnya perdagangan, kota-kota pelabuhan seperti Palembang dan Singosari tumbuh menjadi pusat-pusat perdagangan internasional yang ramai.
Masyarakat di daerah pesisir pun semakin terhubung dengan masyarakat di pedalaman, menciptakan pertukaran budaya yang semakin hidup.
Bahkan, jalur sutra laut turut memperkenalkan agama-agama baru, seperti Islam dan Buddha, ke Indonesia.
Baca juga: Teori-teori Masuknya Islam di Nusantara
Pada akhirnya, jalur sutra adalah salah satu jalur paling penting dalam sejarah peradaban dunia.
Jalur ini tidak hanya menghubungkan Timur dan Barat melalui perdagangan barang, tetapi juga memperkenalkan pertukaran budaya, ilmu pengetahuan, dan agama yang memperkaya peradaban manusia.
Bagi Indonesia, dampak jalur sutra sangat dirasakan dalam bidang perdagangan, ekonomi, dan perkembangan budaya yang lebih luas. Jalur sutra menjadi saksi bisu perjalanan panjang peradaban manusia yang terus berkembang hingga kini.
(Sumber: Kompas.com/ Ini Tanjung Tani dan Widya Lestari Ningsih)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.