KOMPAS.com - Coba bayangkan pemandangan luar angkasa yang sering kamu lihat di film atau foto-foto NASA di mana ada Bumi, Bulan, Matahari, planet-planet di tata surya, bahkan bintang-bintang di galaksi jauh. Kamu akan menyadari bahwa semuanya terlihat bulat.
Pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa benda langit berbentuk bulat? Apakah memang begitu dari awalnya, atau ada proses tertentu yang membuat mereka menjadi seperti itu?
Benda-benda luar angkasa berbentuk bulat karena gaya gravitasi menarik materi secara merata dari semua arah, menjadikan bentuk bulat sebagai yang paling stabil dan seimbang secara alami.
Kalau kamu ingin tahu lebih lanjut, yuk simak penjelasan lengkap berikut ini.
Baca juga: 6 Planet yang Tampak di Bulan April 2025, Ada Uranus dan Mars!
Bulat adalah bentuk universal alam semesta
Menurut teori Big Bang, alam semesta berasal dari satu titik sangat padat dan panas yang kemudian meledak hebat sekitar 13,8 miliar tahun lalu.
Ledakan ini menyebar ke segala arah secara merata, menciptakan bentuk alam semesta yang spherical atau bulat.
Brijesh Damor dalam jurnal berjudul The Spherical (2022) menyebut bahwa setelah hanya 10^-34 detik dari ledakan besar itu, alam semesta sudah membentuk struktur bulat seperti bola.
Dalam waktu sekejap, ukuran alam semesta berkembang dari ukuran yang kecil menjadi sangat besar, serupa bola raksasa yang bulat.
Kenapa bisa bulat? Karena ledakannya menyebar sama rata ke seluruh arah—tidak memanjang ke satu sisi saja.
Jadi sejak awal terbentuk, bentuk bola sudah menjadi bentuk alami dari alam semesta.
Baca juga: Teori Big Bang: Hipotesis dan Sejarah Kemunculannya
Gaya gravitasi: penyebab utama benda di luar angkasa berbentuk bulat
Sekarang kita masuk ke pertanyaan kunci: mengapa benda-benda luar angkasa berbentuk bulat? Jawabannya adalah karena gaya gravitasi.
Menurut James Michael Chappel,dkk dalam jurnal berjudul The Gravity Field of a Cube (2012), benda-benda astronomi berukuran besar seperti bintang atau planet secara alami cenderung membentuk bentuk bulat karena dominasi gaya gravitasi.
Gravitasi adalah kekuatan yang menarik semua massa ke pusatnya secara merata dari semua arah. Seperti kamu menarik selembar kain dari tengah ke semua sisi dengan kekuatan yang sama, maka bentuk akhirnya akan menjadi bulat.
Gravitasi bekerja seperti jari-jari roda sepeda, menarik dari semua yang ada di luar ke bagian tengah.
Akibatnya, planet, bintang, dan benda langit lainnya akhirnya membentuk bola tiga dimensi karena itulah bentuk paling stabil dan seimbang.
Baca juga: Akibat Gaya Gravitasi pada Benda yang Ada di Bumi
Proses pembentukan planet: dari debu kosmik jadi bola raksasa
Kembali ke awal pembentukan planet. Semuanya bermula dari awan gas dan debu raksasa yang mengelilingi bintang muda. Awan ini disebut nebula atau lebih tepatnya cakram protoplanet.
Ketika bintang lahir, ia menghasilkan medan magnet kuat yang mendorong materi di sekitarnya. Materi ini kemudian berputar dan mendingin, lalu menggumpal karena gaya gravitasi.
Gumpalan kecil ini bertabrakan, saling menempel, dan tumbuh jadi lebih besar—hingga akhirnya menjadi planet.
Menurut Genesee Community Charter School at the Rochester Museum & Science dalam buku Space Illustration (2010), materi yang mengelilingi bintang bergerak dalam pola spherical motion karena gravitasi.
Lama kelamaan, gumpalan kecil menjadi besar, membentuk planet, dan semuanya berbentuk bulat karena ditarik merata dari semua arah.
Baca juga: Gravitasi: Definisi dan Faktanya
Bentuk bulat tidak selalu sempurna, ada yang “gendut” di tengah
Meski kita sering menyebut planet itu bulat, ternyata tidak semuanya benar-benar bulat sempurna.
Menurut NASA Space Place, planet-planet seperti Saturnus dan Jupiter justru memiliki tonjolan di bagian ekuator. Ini karena mereka berputar sangat cepat, sehingga bagian tengah planet terdorong keluar. Fenomena ini disebut tonjolan ekuator (equatorial bulge).
Perbandingannya:
- Saturnus: 10,7% lebih tebal di bagian tengah
- Jupiter: 6,9% lebih tebal
- Uranus: 2,3% lebih tebal
- Neptunus: 1,7% lebih tebal
- Mars: 0,6% lebih tebal
- Bumi: hanya 0,3% lebih tebal
Merkurius dan Venus adalah planet yang paling mendekati bentuk bola sempurna, seperti kelereng. Itu karena mereka berputar sangat lambat.
Jadi, meski semua benda di luar angkasa berbentuk bulat, bentuknya bisa sedikit “gepeng” atau "menonjol" di kutub karena efek rotasi.
Baca juga: Urutan Rotasi Planet dari yang Tercepat Hingga Terlambat
Semua yang terbentuk dan hancur di alam semesta bergerak dalam bentuk bulat
Bukan hanya planet dan bintang yang berbentuk bulat. Gelombang radio, gelombang suara, hingga gerakan lubang hitam juga cenderung bergerak dalam pola melingkar atau bola.
Menurut Brijesh Damor dalam jurnal berjudul The Sperical (2022), segala sesuatu di alam semesta diciptakan dan dihancurkan dalam pola spherical.
Bahkan saat bintang mati dan meledak sebagai supernova, ledakannya juga menyebar ke segala arah dalam bentuk bola. Saat lubang hitam terbentuk, massa yang kolaps juga ditarik membentuk struktur melingkar.
Baca juga: Bagaimana Pengaruh Gravitasi Bumi terhadap Tekanan Udara?
Jadi, kembali ke pertanyaan awal: kenapa benda langit berbentuk bulat?
Karena sejak alam semesta lahir, bentuk bulat sudah menjadi hasil alami dari gaya gravitasi yang bekerja merata ke segala arah.
Baik dalam proses pembentukan planet, rotasi bintang, hingga pergerakan galaksi, semuanya mengarah pada satu bentuk yang sama yaitu spherical atau bulat.
Benda di luar angkasa berbentuk bulat karena memang bentuk ini adalah yang paling efisien, stabil, dan seimbang secara fisika. Tak heran jika alam semesta pun memilih bentuk ini sebagai bentuk default-nya.
Kalau kamu merasa takjub, kamu nggak sendirian. Makin kita memahami alam semesta, maka makin kita menyadari: bentuk bulat bukan cuma estetika, tapi juga hasil dari hukum alam yang luar biasa.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.