KOMPAS.com - Jika kamu adalah penikmat film atau buku fiksi ilmiah bertema makhluk purba dan mitologi, kamu pasti pernah mendengar istilah direwolf. Di dunia fiksi ilmiah, serigala direwolf digambarkan sebagai makhluk besar, buas, dan sangat setia.
Tapi sebenarnya, direwolf adalah hewan yang benar-benar pernah hidup di Bumi, bukan sekadar khayalan fiksi.
Direwolf adalah predator purba mirip serigala yang jauh lebih besar dan berasal dari garis evolusi berbeda, hidup di Amerika pada zaman es, dan kini menjadi sorotan sains karena upaya kontroversial untuk “menghidupkannya” kembali lewat rekayasa genetika.
Yuk, kita kupas lebih dalam tentang hewan purba satu ini, mulai dari asal-usulnya, perbedaan dengan serigala modern, hingga kabar kontroversial soal “kebangkitan” mereka dari kepunahan.
Baca juga: Apa Itu Mitologi? Ilmu yang Mempelajari Mitos dari Berbagai Budaya
Direwolf adalah predator raksasa dari zaman es
Menurut Encyclopedia Britannica, direwolf (nama ilmiahnya Aenocyon dirus) hidup pada masa Pleistosen, sekitar 2,6 juta hingga 11.700 tahun lalu.
Mereka merupakan salah satu mamalia paling umum yang ditemukan di situs La Brea Tar Pits di California Selatan, tempat penuh fosil dari zaman es.
Spesies ini tersebar luas di seluruh Amerika Utara dan sebagian Amerika Selatan. Fosil-fosil serigala direwolf ditemukan di berbagai lokasi seperti Florida, Lembah Sungai Mississippi, Lembah Meksiko, hingga Bolivia dan Peru.
Keberadaan mereka menunjukkan bahwa direwolf pernah menjadi predator puncak di banyak ekosistem purba.
Baca juga: 8 Jenis Manusia Purba Di Indonesia beserta Ciri-Cirinya
Apa yang membedakan direwolf dengan serigala?
Banyak yang mengira direwolf hanyalah serigala berukuran besar, tapi faktanya jauh lebih kompleks.
Dilansir dari Thought Co, berikut beberapa poin penting yang menjelaskan apa yang membedakan direwolf dengan serigala modern:
- Ukuran tubuh lebih besar dan kekar: Direwolf bisa tumbuh hingga 1,5 meter panjangnya dan memiliki berat antara 150–200 pon. Itu sekitar 20% lebih besar dan lebih berat dibanding serigala abu-abu (Canis lupus) zaman sekarang.
- Tengkorak dan gigi lebih kuat: Rahang direwolf dilengkapi gigi besar dan kuat, bahkan diperkirakan mampu menghancurkan tulang untuk mengakses sumsum, mirip kebiasaan hyena modern.
- Struktur tubuh berbeda: Meskipun tubuhnya besar, direwolf punya kaki yang lebih pendek dan ringan, menjadikannya bukan pelari secepat serigala modern. Mereka kemungkinan lebih mengandalkan kekuatan kelompok (berburu dalam kawanan) untuk menangkap mangsa besar seperti bison, kuda purba, hingga mammoth kecil.
- Otak lebih kecil: Menurut para peneliti, volume otak direwolf lebih kecil dibandingkan serigala modern. Ini mungkin menunjukkan perbedaan perilaku atau cara mereka bertahan hidup.
Baca juga: Bisakah Serigala Dijinakkan?
Bukan sekadar serigala: direwolf punya garis keturunan sendiri
Dilansir dari American Association for the Advancement of Science, direwolf ternyata bukan bagian dari genus Canis (kelompok yang mencakup serigala, coyote, dan anjing domestik).
Hasil analisis DNA purba menunjukkan bahwa direwolf berpisah dari leluhur serigala sekitar 6 juta tahun yang lalu.
Artinya, meskipun penampilannya mirip, direwolf tidak memiliki hubungan langsung dengan serigala modern.
Mereka berkembang secara terpisah dan hanya memiliki kemiripan fisik karena proses evolusi konvergen, yaitu kondisi di mana spesies berbeda mengembangkan bentuk tubuh yang serupa karena lingkungan atau gaya hidup yang mirip.
Lalu, bagaimana kemungkinan penampilan asli serigala direwolf?
Karena direwolf hidup di wilayah yang lebih hangat di Amerika Utara, ilmuwan meyakini bahwa mereka mungkin memiliki penampilan yang sedikit berbeda dari serigala abu-abu.
Mereka mungkin memiliki bulu kemerahan, ekor lebih lebat, dan telinga bulat. Membuat direwofl lebih menyerupai coyote raksasa berwarna merah daripada serigala utara.
Baca juga: Apa yang Dimaksud dengan Homologi dan Analogi dalam Evolusi
Upaya “menghidupkan kembali” direwolf
Dilansir dari Live Science, para ilmuan dari perusahaan bioteknologi Colossal Biosciences mengklaim berhasil menciptakan tiga anak anjing berwarna putih salju sebagai bagian dari proyek “menghidupkan kembali” direwolf.
Dengan mengekstraksi DNA dari dua fosil purba (gigi berusia 13.000 tahun dari Ohio dan tulang telinga dalam berusia 72.000 tahun dari Idaho) para ilmuwan mencoba menyusun kembali genom serigala direwolf dan menciptakan embrio buatan.
Embrio ini kemudian ditanamkan ke anjing pengganti. Namun, klaim ini menuai kritik keras dari banyak ilmuwan.
Dilansir dari Scientific American, tidak ada gen asli direwolf yang benar-benar digunakan. DNA yang dimasukkan ke dalam embrio justru berasal dari serigala abu-abu modern, yang merupakan spesies berbeda.
Para ahli menyebut hasil proyek ini lebih menyerupai "serigala modifikasi genetik" ketimbang direwolf sejati. Bahkan CEO Colossal sendiri mengakui bahwa hasil akhirnya adalah makhluk "yang mirip" direwolf, bukan reinkarnasi asli dari predator purba tersebut.
Baca juga: Mengapa Ada Predator? Ini Perannya dalam Keseimbangan Ekosistem
Sehingga, meskipun direwolf adalah makhluk yang kini sudah punah, keberadaan mereka tetap menjadi topik menarik dalam dunia paleontologi dan genetika.
Dengan kekuatan, ukuran, dan misteri asal-usulnya, serigala direwolf telah menginspirasi banyak cerita fiksi sekaligus mendorong batas imajinasi ilmiah.
Kisah mereka menjadi pengingat bahwa dunia kita pernah dihuni makhluk luar biasa yang kini hanya bisa kita kenal lewat fosil dan sains.
Apakah suatu hari kita benar-benar bisa melihat direwolf hidup kembali? Atau mereka akan selamanya menjadi legenda yang terukir dalam sejarah?
Yang jelas, direwolf lebih dari sekadar mitos, mereka adalah bagian dari sejarah alam yang nyata dan luar biasa.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.