Kompas.com - Uranium merupakan logam radioaktif yang sebelum digunakan dalam energi atom hanyalah logam biasa saja.
Namun, tahukah kamu kegunaannya dan risikonya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia? Yuk, kita telusuri lebih dalam tentang uranium ini!
Pengertian uranium
Melansir Buku Bahan Bakar Kapal (2021) karya Hadi Prasutiyon dan kawan-kawan, uranium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periode yang memiliki lambang U dan nomor atom 92.
Uranium ditambang di Kazakhstan, Kanada, Australia, Namibia, Nigeria, dan Rusia.
Logam ini memiliki warna putih keperakan dan termasuk dalam deret aktinida di dalam tabel periodik. Aktinida adalah unsur yang ditemukan relatif terlambat dalam sejarah.
Baca juga: Pengertian dan Contoh Energi Kimia, Listrik, Panas, Bunyi, Cahaya, Potensian, Nuklir, dan Gerak
Karena aktinida inilah uranium bersifat radioaktif lemah, lunak, mudah dibentuk, atau dapat meluruh seiring waktu dan melepaskan energi selama prosesnya.
Nah, karena sifat-sifat khususnya tersebut menjadikan uranium sebagai sumber utama bahan bakar reaktor nuklir, bahkan sejumlah bahan bakar uranium seukuran telur ayam bisa menghasilkan listrik sebanyak 88 ton batu bara.
Secara alamiah, uranium bisa ditemukan di dalam kulit bumi, bebatuan, tanah dan air. Bijih utamanya disebut Pitch Blende atau uraninite.
Uranium yang ditemukan di alam adalah Uranium-238, Uranium-235, dan Uranium-234 yang terurai sangat lambat dengan mengemisi partikel alfa.
Baca juga: Kelebihan Energi Nuklir sebagai Energi Alternatif
- Uranium-238 (U-238)
U-238 adalah yang paling umum dan menyusun 99,27 persen uranium alami dengan paruh waktu sekitar 4,47 miliar tahun.
Uranium-238 dapat dijadikan fisil menggunakan neutron cepat serta dapat ditransmusikan menjadi plutonium-239 yang bersifat fisil di reaktor nuklir.
Sering juga disebut sebagai reaktor pembangkir nuklir atau Nuclear Breeder, di mana panas yang dilepaskan berguna untuk mendidihkan air yang akan bergerak memutar turbin lalu menghasilkan energi listrik.
Baca juga: Jenis-jenis Reaktor Nuklir berdasarkan Reaksinya
- Uranium-235 (U-235)
U-235 hanya mengandung 0,72 persen di alam, tak heran jika isotop uranium alami ini ditingkatkan secara artifisial melalui proses pengayaan hingga menyentuh 94 persen.
Ini adalah satu-satunya isotop unsur kimia alami yang bersifat fisil, maksudnya dapat mempertahankan reaksi berantai pada fisi nuklir.
- Uranium-234 (U-234)
Ini adalah isotop uranium yang bersifat fisil yang didapatkan dari torium atau hasil peluruhan dari U-238.
Baca juga: 6 Hasil Tambang Benua Eropa
Kegunaan uranium
Mungkin kamu bertanya-tanya, apa sih kegunaan uranium dalam kehidupan? Simak selengkapnya lewat penjelasan berikut ini!
- Sumber energi nuklir
Seperti dijelasakan dalam macam-macam isotop uranium di atas, isotop U-235 digunakan sebagai bahan bakar nuklir dalam reaksi pemecahan. Utamanya yaitu digunakan dalam reaktor nulir dan senjata atom.
- Pembangkit listrik tenaga nuklir
Uranium adalah bahan bakar yang sangat penting. Pada pabrik tenaga atom menggunakan uranium untuk menghasilkan listrik guna menghemat batubara dan minyak.
Bayangkan saja, satu gram uranium bisa memberikan energi panas setara 12,250 ton batubara.
Ini hanya dapat dilakukan oleh uranium murni berkualitas tinggi yang digunakan dalam reaktor nuklir.
Baca juga: Dampak Buruk Penggalian Tanah untuk Barang Tambang bagi Lingkungan
- Senjata nuklir
Uranium yang diperkaya hingga 90 persen U-235 digunakan dalam bom atom, contohnya bom yang dijatuhkan di Hiroshima pada 1945 lalu dan memicu ledakan setara 15.000 ton TNT.
Bahaya uranium
Meski memiliki sederet kegunaan, namun uranium tetap memiliki risiko bahaya baik bagi lingkungan maupun kesehatan, seperti:
- Pencemaran radioaktif
Penambangan uranium bisa menyebabkan pencemaran radioaktif termasuk paparan gas radon, kontimasi air tanah, penyebaran debu radioaktif, penurunan kualitas air, hingga kerusakan habitat alami.
- Limbah radioaktif
Proses fisi uranium menghasilkan limbah radioaktif memerlukan pengelolaan hati-hati agar tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan dan risiko kesehatan.
Baca juga: 6 Perusahaan Tambang di Indonesia
- Risiko kesehatan
Pada paparan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan ginjal, meningkatkan risiko kanker, hingga gangguan sistem reproduksi dan saraf.
Mengutip Buku Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (2020) karya Fabby Tumiwa dan Victor Christianto isotop sangat berbahaya bagi tumbuhan, hewan, dan manusia.
Pada manusia, akumulasi radiasi nuklir dapat menyebabkan gejala seperti pusing, kanker, mutasi genetik, hingga kematian spontan.
Baca juga: Jenis-jenis Bahan Tambang dan Mineral
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.