KOMPAS.com - Bayangkan kamu sedang menatap langit malam, lalu tampak sebuah cahaya terang meluncur cepat, seperti bintang yang jatuh.
Tapi ini bukan sekadar keindahan langit, karena jika cahaya itu terus melaju dan benar-benar jatuh sampai ke permukaan bumi Artinya, kamu baru saja menyaksikan meteorit secara langsung.
Meteorit adalah batuan luar angkasa yang berhasil menembus atmosfer dan menghantam permukaan bumi.
Meteor yang jatuh sampai ke permukaan bumi disebut meteorit, dan mereka menyimpan rahasia besar tentang asal-usul tata surya kita.
Yuk, kita bahas lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dengan meteorit!
Baca juga: Apa Benar Bintang Jatuh Bisa Mengabulkan Permintaan?
Pengertian meteorit
Dilansir dari NASA, secara sederhana meteor yang jatuh sampai ke permukaan bumi disebut meteorit.
Dalam urutannya, batu luar angkasa disebut meteoroid ketika masih melayang di angkasa, meteor saat melesat di atmosfer dan bercahaya karena terbakar, lalu disebut meteorit saat berhasil mencapai permukaan bumi tanpa habis terbakar.
Meteorit adalah bukti nyata bahwa bumi tidak sendirian di alam semesta ini. Setiap tahunnya, bumi dibombardir oleh ribuan batuan luar angkasa.
Namun sebagian besar terbakar habis di atmosfer. Hanya sebagian kecil yang benar-benar sampai ke tanah.
Baca juga: Perbedaan antara Meteoroid, Meteor, dan Meteorit
Dari mana asal meteorit?
Menurut New Scientist, sebagian besar meteorit berasal dari sabuk asteroid, zona berbatu yang berada di antara orbit Mars dan Jupiter.
Batuan di sana bisa berukuran dari hanya beberapa mikrometer hingga ratusan kilometer.
Terkadang, tabrakan antar asteroid melemparkan pecahan batu ke luar jalurnya, mengarah ke bumi.
Proses ini bisa diperkuat oleh efek Yarkovsky, yaitu dorongan kecil yang dihasilkan saat batuan terkena panas matahari lebih banyak di satu sisi. Hingga, lama-kelamaan mendorong batuan tersebut untuk keluar dari orbit.
Seberapa sering meteorit jatuh ke bumi?
Dilansir dari Live Science, para ilmuwan memperkirakan kurang dari 10.000 meteorit mencapai daratan atau laut bumi setiap tahun.
Jumlah ini sangat kecil jika dibandingkan dengan bulan yang tidak memiliki atmosfer. Setiap hari, bulan dihantam oleh sekitar 11 hingga 1.100 ton debu dan batuan angkasa, bahkan 33.000 batuan seukuran bola pingpong tiap tahunnya.
Atmosfer bumi bekerja sebagai pelindung alami, membakar sebagian besar meteor sebelum bisa jatuh sebagai meteorit.
Baca juga: Apakah Bulan Memiliki Atmosfer?
Sifat-sifat meteorit: cara mengenali batu luar angkasa
Jika suatu saat kamu menemukan batu aneh di tanah dan bertanya-tanya apakah itu contoh meteorit, ada beberapa ciri yang bisa kamu kenali.
Dilansir dari U.S. Geological Survey, berikut adalah sifat-ssifat batuan meteorit:
- Kepadatan tinggi: meteorit terasa lebih berat karena mengandung besi atau nikel.
- Bersifat magnetik: kebanyakan meteorit logam akan menarik magnet.
- Bentuk tidak beraturan: memiliki permukaan yang seperti berlubang-lubang kecil (regmaglypts), mirip sidik jari.
- Kerak fusi: bagian luar meteorit tampak gelap dan mengilap karena meleleh saat melewati atmosfer.
Namun, meteorit tidak memiliki gelembung seperti batu vulkanik, tidak mengandung kuarsa berwarna terang, dan tidak meninggalkan goresan berwarna saat digesekkan ke permukaan keramik tak berglasir.
Jika batu tersebut meninggalkan goresan merah atau hitam, kemungkinan itu hanya batu bumi biasa yang mengandung hematit atau magnetit.
Baca juga: Bagaimana Jarum Magnet Memanfaatkan Medan Magnet Bumi?
Meteorit terbesar dan terkecil yang pernah ditemukan
Meteorit datang dalam berbagai ukuran.
Dilansir dari Encyclopedia Britannica, yang terbesar dikenal sebagai Meteorit Hoba, ditemukan pada tahun 1920 di Namibia. Batu raksasa ini terbuat dari campuran besi dan nikel, berukuran sekitar 2,7 meter dan berat hampir 60 ton.
Yang menarik, Hoba belum pernah dipindahkan dari lokasi jatuhnya karena ukurannya yang masif.
Di sisi lain, mikrometeorit adalah meteorit terkecil yang hanya berukuran beberapa mikrometer, membuatnya lebih kecil dari butiran pasir.
Walau ukurannya kecil, mereka berperan besar dalam mengisi ruang antarplanet dengan partikel kosmik yang mengendap di bumi setiap harinya.
Baca juga: Jadwal Fenomena Astronomi Bulan April 2025: Kapan Hujan Meteor?
Sehingga, lain kali jika kamu melihat cahaya terang meluncur di langit, ingatlah bahwa itu bisa jadi bukan sekadar “bintang jatuh”.
Mungkin itu adalah awal dari perjalanan sebuah meteorit, batu luar angkasa yang telah melintasi jutaan kilometer dan menyentuh bumi sembari membawa pesan dari alam semesta.
Dan ya, kini kamu tahu, meteor yang jatuh sampai ke permukaan bumi disebut meteorit, jejak luar angkasa yang bisa saja berada di halaman rumahmu.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.