Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Gunung Semeru, Puncak Tertinggi Jawa yang Tak Pernah Tidur

Baca di App
Lihat Foto
Dok. PVMBG
Visual erupsi Gunung Semeru dengan letusan setinggi 1.000 meter, Selasa (15/4/2025).
|
Editor: Silmi Nurul Utami

KOMPAS.com - Bayangkan kamu sedang berdiri di atas awan, memandangi hamparan hijau dan kabut yang menari-nari di cakrawala. Di hadapanmu, menjulang gagah Gunung Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Tapi di balik keelokannya, gunung ini menyimpan kekuatan alam yang luar biasa. Gunung Semeru adalah gunung berapi aktif yang tidak pernah tidur.

Gunung Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 3.676 mdpl, terbentuk akibat subduksi lempeng Indo-Australia dan terus aktif meletus hingga kini, termasuk erupsi terakhir pada 17 April 2025 yang memicu peringatan bahaya bagi wilayah sekitarnya.

Untuk lebih mengenal tentang Gunung Semeru, simaklah penjelasan di bawah ini!

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Daftar 7 Puncak Gunung Tertinggi di Indonesia

Lokasi Gunung Semeru

Gunung Gemeru terletak di mana?

Gunung Semeru terletak di wilayah Kabupaten Lumajang dan Malang, Provinsi Jawa Timur, tepatnya di dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Dikenal sebagai Mahameru oleh para pendaki dan pecinta alam, gunung ini telah menjadi ikon petualangan sekaligus simbol spiritual bagi banyak orang.

Ketinggian Gunung Semeru

gunung semeru berapa mdpl?

Menurut Ana Ayu Ning Tias, dkk dalam Sejarah Erupsi Semeru 1994 dan Upaya Penanganannya di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang (2023), Gunung Semeru memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) atau sekitar 12.060 kaki.

Mahameru, puncaknya, adalah titik tertinggi di Pulau Jawa, membuatnya jadi primadona pendakian di Indonesia.

Tak hanya karena ketinggiannya, tetapi juga karena pemandangannya yang luar biasa dan tantangannya yang tak main-main.

Baca juga: Mengenal Gunung Cartenz: Puncak Tertinggi Indonesia dengan Salju Abadi

Asal usul gunung semeru

Secara mitologi, nama Gunung Semeru atau Mahameru berasal dari kitab kuno Tantu Panggelaran yang ditulis sekitar abad ke-15. Dalam cerita itu, diceritakan bahwa Pulau Jawa dulunya tidak seimbang.

Para dewa kemudian memindahkan puncak Gunung Meru dari India ke Pulau Jawa agar menjadi poros dan penyeimbang dunia.

Dari sinilah asal nama "Meru" atau "Mahameroe" berasal, yang dalam catatan kolonial tahun 1879 disebut sebagai “Gunung Semeroe.”

Menurut G. A. Gautama, dkk dalam Estimasi Sumberdaya Pasir batu Hasil Erupsi Gunung Semeru Menggunakan Metode Penampang Tegak (2022), secara ilmiah asal usul gunung semeru berasal dari aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia di bawah Lempeng Eurasia.

Proses geologi ini menghasilkan magma dari lapisan bumi yang naik ke permukaan melalui celah-celah kerak, lalu membentuk gunung api raksasa. Karena berada di jalur Ring of Fire, Gunung Semeru terus aktif hingga kini.

Baca juga: Contoh Hasil Subduksi

Gunung api aktif yang tak pernah tidur

Menurut Ana Ayu Ning Tias, dkk dalam Sejarah eErupsi Semeru 1994 dan Upaya Penanganannya di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang (2023), Gunung Semeru termasuk dalam tipe gunung api A.

Yaitu, gunung yang tercatat aktif sejak 1600-an dan masih terus meletus. Letusannya biasanya bertipe strombolian dan vulkanik lemah dengan interval erupsi 5 hingga 15 menit.

Meski terdengar kecil, aktivitas ini perlahan menumpuk material erupsi di kawah. Ketika aktivitas meningkat, material yang keluar bisa sangat besar dan beragam, menciptakan letusan besar yang berbahaya.

Menurut Mutiara Dwi Fitriana dalam Hubungan Pengalaman Bencana dengan Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Erupsi Gunung Semeru di Desa Sumbermujur Kecamatan Candipuro Lumajang (2024), catatan sejarah menyebut bahwa letusan pertama Gunung Semeru terjadi pada 8 November 1818.

Sejak saat itu, Semeru telah mengalami lebih dari 55 letusan, menjadikannya salah satu gunung api paling aktif di Indonesia.

Baca juga: 10 Nama dan Karakteristik Gunung Api Aktif yang Ada di Indonesia

Salah satu letusan terbesar terjadi pada tahun 1963, dengan ketinggian kolom letusan mencapai 8 kilometer, merusak wilayah Curah Leng Rong dan Kali Pancing.

Sementara letusan tahun 1968 memicu kubah lava dan banjir lahar yang menewaskan warga di Desa Sumber Wungkal, Candipuro.

Gunung semeru meletus terakhir kapan?

Gunung Semeru meletus terakhir pada Kamis, 17 April 2025.

Dilansir dari Kompas.com (17/4//2025), berdasarkan laporan Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru di Gunung Sawur, erupsi terjadi tiga kali dari pukul 00.00 hingga 07.30 WIB.

  • Erupsi pertama: pukul 04.07 WIB, dengan kolom abu setinggi 700 meter ke arah selatan dan barat daya.
  • Erupsi kedua: pukul 05.45 WIB, dengan kolom setinggi 800 meter ke arah utara.
  • Erupsi ketiga: pukul 06.10 WIB, mengeluarkan abu vulkanik setinggi 900 meter ke arah timur laut.

Sehari sebelumnya, pada 16 April 2025, PPGA mencatat 61 kali letusan dalam 24 jam. Beberapa erupsi tidak terlihat karena gunung tertutup kabut tebal.

Baca juga: 11 Cara Mitigasi Bencana Erupsi Gunung Berapi

Akibat meningkatnya aktivitas, masyarakat dilarang beraktivitas dalam radius 8 kilometer dari puncak, terutama di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan.

Di luar radius itu, larangan juga berlaku dalam jarak 500 meter dari tepi sungai, karena potensi awan panas dan aliran lahar bisa menjangkau hingga 13 kilometer dari kawah.

Sehingga, Gunung Semeru bukan sekadar gunung. Ia adalah saksi bisu sejarah bumi dan manusia. Ia menjadi pengingat akan kekuatan alam yang agung, dan betapa pentingnya kita memahami, menghargai, serta bersiap menghadapi segala kemungkinan.

Mendaki Mahameru bukan hanya soal menaklukkan ketinggian, tetapi juga memahami kebesaran semesta. Sudah siap menjelajah cerita dan kekuatan Semeru?

 

(Sumber: Kompas.com/Miftahul Huda, Glori K. Wadrianto)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi