KOMPAS.com - Pernahkah kamu merasa bingung atau bahkan terlibat dalam perdebatan mengenai kualitas sebuah hadis? Mungkin kamu pernah mendengar ada yang mengatakan bahwa sebuah hadis itu sahih (benar), sementara yang lain dianggap dha'if (lemah).
Ketika kamu berada dalam situasi tersebut, sebenarnya kamu sedang membandingkan hadis berdasarkan kualitas sanad yang dimiliki oleh masing-masing hadis tersebut.
Berdasarkan kualitas sanad hadis maka hadis terbagi menjadi tiga kategori utama, yaitu hadis sahih, hadis hasan, dan hadis dha'if.
Masing-masing kategori memiliki syarat dan ketentuan yang berbeda dalam menentukan keabsahannya. Yuk, kita lihat penjelasan lebih lengkap mengenai hal ini!
Baca juga: Al Quran, Mukjizat Terbesar Nabi Muhammad
1. Hadis sahih: kualitas tertinggi dalam hadis
Menurut Sarbanun dalam Macam-Macam Hadis dari Segi Kualitasnya (2019), hadis sahih merupakan jenis hadis yang memiliki tingkat kualitas dan keandalan tertinggi dalam ilmu hadis.
Menurut para ulama, sebuah hadis dapat dikatakan sahih jika memenuhi lima syarat utama.
Syarat-syarat ini sangat ketat karena bertujuan untuk memastikan bahwa riwayat hadis tersebut benar-benar sampai dari Nabi Muhammad SAW tanpa adanya kesalahan.
- Pertama, sanadnya harus bersambung. Artinya, setiap perawi yang meriwayatkan hadis ini harus menerima riwayat langsung dari perawi sebelumnya, sehingga tidak ada celah atau putus dalam rantai sanad.
- Kedua, perawi harus adil, yaitu seorang Muslim yang sudah baligh, berakal sehat, dan tidak terlibat dalam perbuatan maksiat.
- Ketiga, perawi harus dhabit, yang artinya dia memiliki daya ingat yang sangat kuat terhadap apa yang dia dengar dan bisa menyampaikannya dengan akurat.
- Keempat, hadis tersebut tidak boleh memiliki kejanggalan (syadz), yang berarti hadis tersebut tidak boleh bertentangan dengan hadis lain yang lebih sahih.
- Terakhir, hadis sahih harus terhindar dari illat, yaitu cacat tersembunyi yang bisa merusak keabsahannya.
Dengan memenuhi syarat-syarat ini, hadis berdasarkan kualitas sanad ini menjadi dasar yang kuat dalam penentuan hukum Islam.
Baca juga: 3 Jenis Najis dalam Islam: Mukhaffafah, Mutawassitah, dan Mughallazah
2. Hadis hasan: kualitas di bawah sahih, tapi masih diterima
Selanjutnya, kita memiliki hadis hasan, yang berada di antara hadis sahih dan hadis dha'if.
Menurut Rahmat Dani dan Dea Jihanna Ilmi dalam Kualifikasi Hadis Ditinjau dari Segi Kuantitas dan Kualitas Sanad (2024), hadis hasan juga merupakan riwayat yang memiliki sanad yang bersambung dan diriwayatkan oleh perawi yang adil.
Namun, ada perbedaan penting dengan hadis sahih, yaitu dalam hal kekuatan hafalan perawi.
Pada hadis sahih, perawi harus memiliki daya ingat yang kuat dan akurat, sedangkan pada hadis hasan, daya ingat perawi bisa lebih lemah dibandingkan perawi hadis sahih.
Meskipun demikian, hadis hasan tetap diterima sebagai sumber hukum yang sah, meskipun kualitasnya tidak setinggi hadis sahih.
Baca juga: 5 Keutamaan Membaca Al Quran di Bulan Ramadhan
Hadis hasan tetap memenuhi syarat-syarat dasar seperti sanad yang bersambung, perawi yang adil, dan tidak ada kejanggalan atau cacat dalam riwayatnya.
Namun, karena daya ingat perawi yang lebih lemah, hadis berdasarkan kualitas sanad ini berada di tingkat yang lebih rendah daripada hadis sahih.
Oleh karena itu, dalam hal penerimaan sebagai sumber hukum, hadis hasan dapat diterima, tetapi dengan kehati-hatian.
3. Hadis dha'if: hadis dengan kelemahan dalam sanad
Berbeda dengan hadis sahih dan hasan, hadis dha'if adalah jenis hadis yang kualitasnya jauh lebih rendah.
Menurut Rahmat Dani dan Dea Jihanna Ilmi dalam Kualifikasi Hadis Ditinjau dari Segi Kuantitas dan Kualitas Sanad (2024), hadis dhaif adalah Hadis yang kehilangan salah satu syaratnya sebagai hadis maqbul (yang dapat diterima).
Jenis sanad hadis ini mengalami kelemahan pada salah satu atau lebih syarat yang telah ditetapkan untuk hadis sahih maupun hasan.
Hadis dha'if bisa terjadi karena berbagai alasan, seperti adanya perawi yang lemah daya ingatnya, perawi yang diketahui melakukan perbuatan maksiat, atau adanya perawi yang tidak dikenal atau dicurigai berbohong.
Baca juga: Hukum Menggabungkan Puasa Syawal dengan Puasa Lainnya, Apakah Boleh?
Menurut para ulama, hadis dha'if tidak memenuhi syarat sebagai hadis yang dapat diterima sebagai dasar hukum Islam, karena riwayatnya tidak memiliki kejelasan dan keandalan yang cukup.
Namun, dalam beberapa kondisi tertentu, hadis berdasarkan kualitas sanad ini masih bisa diterima, misalnya untuk memperkuat ajaran yang sudah ada atau untuk menguatkan amal yang dianjurkan selama tidak ada pertentangan dengan hadis sahih atau hasan.
Meskipun begitu, hadis dha'if tetap harus digunakan dengan hati-hati, terutama dalam hal pembentukan hukum atau ajaran agama.
Secara keseluruhan, berdasarkan kualitas sanad hadis maka hadis terbagi menjadi tiga kategori utama, yaitu hadis sahih, hadis hasan, dan hadis dha'if.
Baca juga: 10 Amalan Sunnah di Bulan Ramadhan untuk Memperbanyak Pahala
Masing-masing kategori memiliki syarat dan ketentuan yang berbeda dalam menentukan apakah hadis tersebut dapat diterima atau tidak sebagai dasar hukum dalam Islam.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami jenis sanad hadis ini agar dapat memanfaatkan hadis dengan tepat dan bijaksana.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.