Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Jenis Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad: Sahih, Hasan, dan Dha'if

Baca di App
Lihat Foto
freepik.com
Ilustrasi membaca Al-Qur'an
|
Editor: Silmi Nurul Utami

KOMPAS.com - Pernahkah kamu merasa bingung atau bahkan terlibat dalam perdebatan mengenai kualitas sebuah hadis? Mungkin kamu pernah mendengar ada yang mengatakan bahwa sebuah hadis itu sahih (benar), sementara yang lain dianggap dha'if (lemah).

Ketika kamu berada dalam situasi tersebut, sebenarnya kamu sedang membandingkan hadis berdasarkan kualitas sanad yang dimiliki oleh masing-masing hadis tersebut.

Berdasarkan kualitas sanad hadis maka hadis terbagi menjadi tiga kategori utama, yaitu hadis sahih, hadis hasan, dan hadis dha'if.

Masing-masing kategori memiliki syarat dan ketentuan yang berbeda dalam menentukan keabsahannya. Yuk, kita lihat penjelasan lebih lengkap mengenai hal ini!

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Al Quran, Mukjizat Terbesar Nabi Muhammad

1. Hadis sahih: kualitas tertinggi dalam hadis

Menurut Sarbanun dalam Macam-Macam Hadis dari Segi Kualitasnya (2019), hadis sahih merupakan jenis hadis yang memiliki tingkat kualitas dan keandalan tertinggi dalam ilmu hadis.

Menurut para ulama, sebuah hadis dapat dikatakan sahih jika memenuhi lima syarat utama.

Syarat-syarat ini sangat ketat karena bertujuan untuk memastikan bahwa riwayat hadis tersebut benar-benar sampai dari Nabi Muhammad SAW tanpa adanya kesalahan.

Dengan memenuhi syarat-syarat ini, hadis berdasarkan kualitas sanad ini menjadi dasar yang kuat dalam penentuan hukum Islam.

Baca juga: 3 Jenis Najis dalam Islam: Mukhaffafah, Mutawassitah, dan Mughallazah

2. Hadis hasan: kualitas di bawah sahih, tapi masih diterima

Selanjutnya, kita memiliki hadis hasan, yang berada di antara hadis sahih dan hadis dha'if.

Menurut Rahmat Dani dan Dea Jihanna Ilmi dalam Kualifikasi Hadis Ditinjau dari Segi Kuantitas dan Kualitas Sanad (2024), hadis hasan juga merupakan riwayat yang memiliki sanad yang bersambung dan diriwayatkan oleh perawi yang adil.

Namun, ada perbedaan penting dengan hadis sahih, yaitu dalam hal kekuatan hafalan perawi.

Pada hadis sahih, perawi harus memiliki daya ingat yang kuat dan akurat, sedangkan pada hadis hasan, daya ingat perawi bisa lebih lemah dibandingkan perawi hadis sahih.

Meskipun demikian, hadis hasan tetap diterima sebagai sumber hukum yang sah, meskipun kualitasnya tidak setinggi hadis sahih.

Baca juga: 5 Keutamaan Membaca Al Quran di Bulan Ramadhan

Hadis hasan tetap memenuhi syarat-syarat dasar seperti sanad yang bersambung, perawi yang adil, dan tidak ada kejanggalan atau cacat dalam riwayatnya.

Namun, karena daya ingat perawi yang lebih lemah, hadis berdasarkan kualitas sanad ini berada di tingkat yang lebih rendah daripada hadis sahih.

Oleh karena itu, dalam hal penerimaan sebagai sumber hukum, hadis hasan dapat diterima, tetapi dengan kehati-hatian.

3. Hadis dha'if: hadis dengan kelemahan dalam sanad

Berbeda dengan hadis sahih dan hasan, hadis dha'if adalah jenis hadis yang kualitasnya jauh lebih rendah.

Menurut Rahmat Dani dan Dea Jihanna Ilmi dalam Kualifikasi Hadis Ditinjau dari Segi Kuantitas dan Kualitas Sanad (2024), hadis dhaif adalah Hadis yang kehilangan salah satu syaratnya sebagai hadis maqbul (yang dapat diterima).

Jenis sanad hadis ini mengalami kelemahan pada salah satu atau lebih syarat yang telah ditetapkan untuk hadis sahih maupun hasan.

Hadis dha'if bisa terjadi karena berbagai alasan, seperti adanya perawi yang lemah daya ingatnya, perawi yang diketahui melakukan perbuatan maksiat, atau adanya perawi yang tidak dikenal atau dicurigai berbohong.

Baca juga: Hukum Menggabungkan Puasa Syawal dengan Puasa Lainnya, Apakah Boleh?

Menurut para ulama, hadis dha'if tidak memenuhi syarat sebagai hadis yang dapat diterima sebagai dasar hukum Islam, karena riwayatnya tidak memiliki kejelasan dan keandalan yang cukup.

Namun, dalam beberapa kondisi tertentu, hadis berdasarkan kualitas sanad ini masih bisa diterima, misalnya untuk memperkuat ajaran yang sudah ada atau untuk menguatkan amal yang dianjurkan selama tidak ada pertentangan dengan hadis sahih atau hasan.

Meskipun begitu, hadis dha'if tetap harus digunakan dengan hati-hati, terutama dalam hal pembentukan hukum atau ajaran agama.

Secara keseluruhan, berdasarkan kualitas sanad hadis maka hadis terbagi menjadi tiga kategori utama, yaitu hadis sahih, hadis hasan, dan hadis dha'if.

Baca juga: 10 Amalan Sunnah di Bulan Ramadhan untuk Memperbanyak Pahala

Masing-masing kategori memiliki syarat dan ketentuan yang berbeda dalam menentukan apakah hadis tersebut dapat diterima atau tidak sebagai dasar hukum dalam Islam.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami jenis sanad hadis ini agar dapat memanfaatkan hadis dengan tepat dan bijaksana.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi