KOMPAS.com - Coba sesekali tengadahkan kepala ke langit malam. Biasanya, kamu akan disuguhi cahaya perak dari Bulan yang bersinar tenang di antara bintang-bintang. Namun, ada malam-malam tertentu di mana Bulan benar-benar menghilang dari pandangan.
Apakah Bulan menghilang? Atau bersembunyi? Ini bukan sulap, melainkan sebuah fenomena astronomi yang dikenal sebagai bulan baru.
Bulan baru adalah salah satu dari delapan fase bulan yang menandai perjalanan Bulan mengelilingi Bumi.
Pada fase ini, Bulan berada tepat di antara Bumi dan Matahari, sehingga sisi Bulan yang menghadap ke Bumi tidak menerima cahaya matahari sama sekali. Akibatnya, Bulan tampak gelap total dan tidak terlihat dari Bumi.
Baca juga: Jadwal Fenomena Astronomi Bulan April 2025: Kapan Hujan Meteor?
Fase bulan: siklus cahaya dan bayangan
Setiap bulan, Bulan melewati delapan fase dalam satu siklus penuh yang memakan waktu sekitar 29,5 hari.
Fase-fase ini mencerminkan bagaimana cahaya matahari menyinari Bulan dari sudut pandang kita di Bumi.
Fase-fase utamanya adalah: bulan baru, kuartal pertama, bulan purnama, dan kuartal terakhir. Setiap fase utama terjadi kurang lebih seminggu sekali.
Dilansir dari Moongiant, pada malam bulan purnama, kita melihat Bulan dalam iluminasi 100%. Membuat bulan terlihat seperti sebuah bola cahaya sempurna di langit.
Sementara itu, bulan baru adalah momen sebaliknya: saat iluminasi Bulan hampir nol. Membuat bulan tidak terlihat, seakan menghilang dari langit malam.
Baca juga: 8 Fase Bulan, Mengapa Bulan Terlihat Berbeda Setiap Malam?
Kapan bulan baru terjadi pada 2025?
Salah satu fenomena astronomi 2025 yang patut dinanti adalah bulan baru pada 27 April 2025.
Menurut data dari Space, fase ini akan terjadi tepat pukul 3:31 siang EDT atau 19:31 GMT.
Meskipun momen ini berlangsung sangat spesifik, kamu tidak akan bisa melihat Bulan di langit karena iluminasinya hanya 1%, terlalu kecil untuk bisa tampak dengan mata telanjang.
Pada tanggal tersebut, usia Bulan adalah 28,83 hari, hanya satu hari sebelum memasuki siklus baru.
Artinya, Bulan baru tersebut adalah fase penutup dari satu siklus dan sekaligus pembuka bagi yang berikutnya.
Bulan baru bukan berarti gerhana
Pertanyaan umum yang sering muncul adalah: “Kalau Bulan berada di antara Bumi dan Matahari, kenapa tidak selalu terjadi gerhana matahari?” Jawabannya berkaitan dengan kemiringan orbit Bulan.
Dilansir dari NASA Science, orbit Bulan tidak sepenuhnya sejajar dengan orbit Bumi mengelilingi Matahari.
Sehingga, Bulan seringkali hanya lewat “dekat” dengan Matahari dari sudut pandang kita, tidak secara langsung melintasinya. Inilah mengapa bulan baru tidak selalu menghasilkan gerhana.
Namun, dalam kondisi tertentu, saat posisi benar-benar sejajar, bulan baru bisa menghasilkan gerhana matahari total—yang juga merupakan fenomena astronomi langka dan spektakuler.
Baca juga: Fenomena Gerhana Bulan Total: Peristiwa Langit yang Menakjubkan
Dampak bulan baru terhadap bumi: pasang surut ekstrem
Meski tidak selalu tampak, bulan baru tetap memberi pengaruh nyata di Bumi. Saat Bulan dan Matahari sejajar, gaya gravitasi keduanya bekerja sama dan menyebabkan pasang surut maksimum, atau dikenal sebagai pasang surut perigean.
Pasang surut ini lebih kuat terjadi saat bulan berada di titik terdekatnya dari Bumi, yaitu perigee.
Tarikan gravitasi Bulan yang dua kali lebih kuat dari Matahari menyebabkan laut ‘tertarik’ lebih tinggi dari biasanya.
Dilanssir dari National Ocean Service, di kota seperti Anchorage, Alaska, perbedaan ketinggian air laut akibat pasang surut perigean bisa mencapai lebih dari 3 kaki (sekitar 1 meter).
Baca juga: Pasang Surut: Akibat Gravitasi Matahari dan Bulan terhadap Bumi
Meski bulan baru adalah fase yang berlangsung singkat, efeknya tetap terasa dalam beberapa hari ke depan.
Sekitar 18–24 jam setelah bulan baru, Bulan mulai terlihat lagi dalam bentuk sabit tipis di langit barat setelah matahari terbenam.
Ini adalah fase awal dari perjalanan Bulan menuju purnama kembali, sebuah siklus yang tak pernah berhenti dan terus berulang.
Fenomena astronomi 2025 seperti bulan baru pada April nanti menjadi momen ideal untuk kembali mengapresiasi dinamika semesta.
Meskipun Bulan tampak "hilang", justru di situlah keajaiban terjadi, gravitasi bekerja, laut bergerak, dan waktu langit terus berjalan.
Langit malam tak hanya indah saat terang, tetapi juga menyimpan rahasia dalam gelapnya.
Jangan ragu untuk menengok langit pada malam-malam bulan baru, karena meski tak terlihat, Bulan tetap di sana, menari dalam bayangan, menunggu waktunya untuk bersinar kembali.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.