Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Tanah Vulkanik? Tanah Hitam yang Subur dari Letusan Gunung Api

Baca di App
Lihat Foto
PIXABAY/Thopilong
Ilustrasi tanah basah.
|
Editor: Silmi Nurul Utami

KOMPAS.com - Saat gunung api meletus, dunia seolah terguncang, lava panas mengalir, debu membumbung tinggi, dan tanah bergetar hebat.

Tapi di balik peristiwa yang tampak mengerikan ini, alam sebenarnya sedang menciptakan sesuatu yang sangat berharga: jenis tanah yang berasal dari letusan gunung api, berwarna hitam dan banyak dimanfaatkan untuk budidaya tanaman sayuran.

Merupakan jenis tanah dengan kesuburan alami yang luar biasa disebut sebagai tanah vulkanik.

Untuk lebih memahami tenah vulkanik, yuk kita simak penjelasannya di bawah ini!

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Perbedaan Gempa Vulkanik dan Tektonik

Apa yang dimaksud dengan tanah vulkanik?

Menurut Gustia Rahmi Azilla dalam Fraksionasi Fosfor (P) pada Tanah Vulkanis di Kecamatan 2 X 11 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman (2017), tanah vulkanik atau secara ilmiah dikenal sebagai Andosol, terbentuk dari material hasil letusan gunung berapi seperti abu vulkanik, pasir, dan lahar.

Proses terbentuknya dimulai dari letusan yang mengeluarkan tiga bentuk material: padatan (abu, debu, pasir), cairan (lava), dan gas.

Material-material ini kemudian mengendap, membentuk lapisan-lapisan tanah baru yang sangat kaya unsur hara.

Salah satu komponen utama dalam pembentukannya adalah lahar, campuran batuan, mineral, dan gelas vulkanik yang memperkaya tanah dari waktu ke waktu.

Dalam ilmu tanah, tanah ini memiliki struktur dan karakteristik unik, baik dari segi fisika, kimia, maupun biologi. Hal tersebut membuat tanah vulkanik sangat mendukung pertumbuhan tanaman.

Bukan hanya karena kandungan unsur haranya yang tinggi, tetapi juga karena kemampuannya menyimpan air dan tetap memiliki sistem drainase yang baik.

Baca juga: Apa yang Dimaksud dengan Gempa Vulkanik? Ini Contohnya!

Mengapa tanah vulkanik berwarna hitam?

Banyak orang penasaran, mengapa tanah vulkanik berwarna hitam?

Menurut Sukarman, dkk dalam Tanah Vulkanik di Lahan Kering Berlereng da Potensinya untuk Pertanian di Indonesia (2020), warna hitam atau gelap ini bukan sekadar tampilan luar biasa, tapi merupakan penanda dari kandungan bahan organik yang sangat tinggi.

Tanah vulkanik di Indonesia, misalnya, memiliki horison permukaan (epipedon) yang hitam pekat akibat tingginya akumulasi sisa-sisa tanaman dan organisme yang membusuk secara alami.

Namun bukan hanya bahan organik yang membuat warna ini muncul. Kandungan mineral nonkristalin dalam tanah vulkanik juga berperan besar.

Kombinasi keduanya menghasilkan tanah yang tidak hanya kaya unsur hara, tetapi juga memiliki kemampuan menyimpan air lebih baik dibandingkan jenis tanah lainnya.

Baca juga: Unsur Hara: Pengertian dan Fungsinya

Kandungan mineral dan unsur hara dalam tanah vulkanik

Tanah vulkanik mengandung dua jenis mineral penting: mineral primer dan mineral sekunder.

Mineral primer berasal dari pelapukan fisik bahan piroklastik saat gunung meletus. Ini termasuk fraksi pasir dan debu yang masih mempertahankan sifat awalnya.

Mineral ini mengandung unsur penting seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na), fosfor (P), dan belerang (S).

Mineral sekunder, sebaliknya, terbentuk dari pelapukan kimiawi dan biasanya berbentuk mineral liat halus yang berukuran kurang dari 2 mikron.

Mineral ini terbentuk dari bahan piroklastik seperti gelas vulkanik yang mengalami perubahan struktur selama proses pembentukan tanah.

Kandungan nutrisi dari mineral-mineral ini menjadikan tanah vulkanik sangat cocok untuk pertanian.

Tak heran jika berwarna hitam dan banyak dimanfaatkan untuk budidaya tanaman sayuran seperti kentang, wortel, kol, dan berbagai tanaman C3 lainnya.

Baca juga: Fungsi dari 13 Unsur Hara Makro dan Mikro yang Dibutuhkan Tanaman

Persebaran tanah vulkanik di dunia dan indonesia

Menurut T. Takahashi dan S. Shoji dalam Distribution and Classification of Volcanic Ash Soils (2002), meski hanya menutupi sekitar 0,84% dari daratan dunia (sekitar 124 juta hektar).

Tanah vulkanik punya arti penting karena tersebar di wilayah-wilayah padat penduduk, termasuk di negara-negara tropis.

Sebagian besar dari tanah ini berada di kawasan yang masih aktif secara vulkanik atau baru saja padam.

Menurut Subagyo, dkk dalam Tanah-tanah Pertanian di Indonesia (2004), di Indonesia luas tanah vulkanik (Andosol) mencapai sekitar 5,4 juta hektar atau 2,9% dari total daratan.

Persebarannya banyak ditemukan di Pulau Sumatera dan Jawa, sering kali berasosiasi dengan jenis tanah lain seperti Kambisol (Inceptisols) dan Regosol.

Karena sebagian besar wilayah Indonesia berada dalam cincin api (Ring of Fire), tidak mengherankan jika tanah vulkanik menjadi bagian penting dari lanskap agraris kita.

Baca juga: Tanah Andosol: Pengertian dan Ciri-cirinya

Menariknya, meski material vulkanik segar bisa merusak tanaman secara langsung setelah letusan, dalam jangka panjang justru memperkaya tanah.

Letusan menambahkan nutrisi-nutrisi penting seperti silika, fosfat, belerang, dan bahkan unsur mikro seperti boron, mangan, dan tembaga ke dalam tanah.

Maka, setiap letusan gunung berapi sebenarnya bukan hanya ancaman, tetapi juga investasi jangka panjang bagi kesuburan lahan.

Inilah alasan mengapa tanah vulkanik terus menjadi andalan petani, khususnya di daerah dataran tinggi.

Kini Anda tahu bahwa jenis tanah yang berasal dari letusan gunung api, berwarna hitam dan banyak dimanfaatkan untuk budidaya tanaman sayuran bukanlah tanah biasa.

Ia adalah hasil dari proses geologis panjang, kaya akan bahan organik dan mineral, dan memiliki struktur yang ideal untuk pertanian.

Dari jawaban atas pertanyaan apa yang dimaksud dengan tanah vulkanik hingga penjelasan mengapa tanah vulkanik berwarna hitam, semua menunjukkan bahwa tanah ini adalah salah satu sumber daya alam yang paling berharga.

Dari kehancuran lahir kehidupan baru, itulah kisah luar biasa tanah vulkanik.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi