Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Daftar Pahlawan Revolusi Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
canva.com
Ilustrasi pahlawan revolusi Indonesia.
|
Editor: Mufit Apriliani

Kompas.com - Indonesia memiliki banyak pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan dan kedaulatan bangsa.

Di antara mereka, terdapat tujuh (7) pahlawan revolusi yang dikenang atas jasa dan pengorbanannya mempertahankan negara.

Dilansir dari Jurnal Mengenal Pahlawan Daerah dan Nasional Indonesia sebagai Edukasi Bagi Mahasiswa (2023) karya Gunawan Santoso dan kawan-kawan, pahlawan revolusi adalah gelar yang diberikan kepada sejumlah perwira militer yang gugur dalam tragedi Gerakan 30 September yang terjadi di Jakarta dan Yogyakarta pada 30 September 1965.

Selengkapnya, berikut 7 daftar pahlawan revolusi Indonesia mulai dari Jenderal Achmad Yani hingga Tirtodarmo Haryono!

Baca juga: 10 Daftar Pahlawan Wanita Indonesia: RA Kartini hingga Dewi Sartika

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jenderal Ahmad Yani

Ahmad Yani, lahir pada 19 Juni 1922 di Jenar, Purworejo, Jawa Tengah, merupakan putra dari Sajo bin Suharyo dan Murtini. Ayahnya adalah pekerja di sebuah pabrik gula milik Belanda.

Pada tahun 1927, ia dan keluarganya pindah ke Batavia karena ayahnya bekerja di General Belanda. Ia menempuh pendidikan di HIS atau sekolah setara Sekolah Dasar di Bogor, melanjutkan bersekolah di MULO setara SMP, dan sempat bersekolah di AMS setara SMA.

Ahmad Yani muda mengikuti pendidikan topografi militer di Malang dan Bogor lalu mendapatkan pangkat Sersan. Tahun 1943 ia mengikuti Pendidikan Heiho di Magelang dan bergabung dengan Peta di Bogor.

Karir militer Ahmad Yani bermula ketika ia dipercaya menjadi pemimpin Tentara Keamanan Rakyat Purwokerto. Saat Agresi Militer Belanda I, ia dan pasukannya berhasil menahan serangan Belanda.

Karena hal inilah ia kembali dipercaya menjadi Komandan Wehrkreise II saat Agresi Militer II hingga sempat dikirim ke Amerika Serikat untuk menjalani pendidikan Command and General Staf College di Fort Leavenworth, Kansas, USA.

Pada tahun 1958 saat pemberontakan PRRI di Sumatera Barat, Ahmad Yani yang masih berpangkat Kolonel diangkat menjadi Komandan Komando Operasi 17 Agustus.

Kemudian pada 1962, ia yang saat itu berpangkat Letnan Jenderal diangkat menjadi Panglima atau Menteri Angkatan Darat.

Baca juga: 6 Pahlawan Perempuan Indonesia

Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Suprapto

Lahir di Purwokerto, Jawa Tengah pada 20 Juni 1920, Suprapto menempuh pendidikan formal mulai dari MULO hingga AMS Bagian B di Yogyakarta dan tamat pada 1941.

Suprapto juga sempat menempuh pendidikan militer di Koninklijke Militaire Akademie di Bandung meski tak sampai selesai karena Jepang mendarat di Indonesia dan ia pun ditangkap dan berhasil kabur.

Saat pelariannya itulah ia memulai latihan keibodan, seinendan, dan syuisyintai. Tak lama setelahnya, Suprapto bekerja di Kantor Pendidikan Masyarakat. Ketika awal kemerdekaan, Suprapto adalah sosok yang berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap.

Ia mulai resmi sebagai tentara setelah masuk menjadi Tentara Keamanan Rakyat di Purwokerto. Suprapto adalah salah satu pahlawan yang turut dalam pertempuaran di Ambarawa melawan Inggris yang saat itu dipimpin langsung oleh Panglima Besar Sudirman.

Usai Indonesia mendapatkan pengakuan kedaulatan, Suprapro kerap berpindah tugas, salah satunya sebagai Kepala Staf Tentara dan Teritorial (T&T) IV Diponegoro di Semarang, Jawa Tengah.

Baca juga: Mengenal R.A Kartini, Sang Pahlawan Emansipasi Wanita

Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono

Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono, dikenal memiliki kemampuan dalam berbahasa Belanda, Inggris, dan Jerman. Ia bahkan dijuluki sebagai perwira penyambung lidah yang dibutuhkan saat terjadi perundingan besar.

Lahir di Surabaya, 20 Januari 1924, ia menempuh pendidikan di ELS, melanjutkan ke HBS, dan sempat masuk Ika Dai Gakko— Sekolah kedokteran masa pendudukan Jepang.

Jabatan yang pernah ia sandang adalah Sekretaris Delegasi Militer Indonesia di Konferensi Meja Bundar, Atase Militer untuk Negeri Belanda, dan Deputy III Menteri atau Panglima Angkatan Darat.

Saat masuk ke Tentara Keamanan Rakyat, Mas Tirtodarmo Haryono memiliki pangkat Mayor dan pada tahun 1945-1950 ia kerap dipindahtugaskan, mulai dari sebagai Sekretaris Delegasi RI, Sekretaris Dewan Pertahanan Negara, dan wakil tetap Kementerian Pertahanan Urusan Gencatan Senjata.

Baca juga: Biografi Kapitan Pattimura, Pahlawan dari Maluku

Letjen Anumerta Siswondo Parman

Pria kelahiran Wonosobo ini sempat menempuh pendidikan Sekolah Tinggi Kedokteran, namun sebelum menyelesaikannya tentara Jepang telah menduduki Republik sehingga ia tak sempat mendapatkan gelar dokter.

Siswondo Parman juga sempat ditangkap Jepang lalu dilepaskan dan menempuh pendidikan di Kenpai Kasya Butai. Saat kembali ke Tanah Air, ia mengikuti Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Akhir Desember 1945, Siswondo Parman diangkat menjadi Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara (PT) di Yogyakarta, serta turut berjuang saat Agresi Militer II Belanda dengan melakukan perang gerilya.

Pada Desember 1949, ia diberikan mandat sebagai Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya dan salah satu keberhasilannya adalah membongkar rahasia gerakan Angkatan Perang Ratu Adil di Jakarta.

Tahun 1950, Siswondo diangkat menjadi kepala Staf G lalu pada 1951 dikirim ke Amerika Serikat. Sekembalinya ke Tanah Air, ia ditugaskan di Kementerian Pertahanan dan diangkat menjadi Atase Militer RI di London pada 1959.

Baca juga: 7 Daftar Nama Pahlawan Indonesia

Mayor Jenderal D.I. Panjaitan

Dilansir dari Buku Major Jenderal Anumerta D.I. Panjaitan karya Mardanas Safwan, salah satu pahlawan revolusi yang juga dikenang dan dikenal dalam jasa-jasanya yaitu D.I. Panjaitan.

Memiliki nama lengkap Donald Izacus Panjaitan, ia lahir di Tapanuli, 10 Juni 1925 dari ayahnya bernama Herman Panjaitan dan ibunua Dina Pohan.

Pendidikan sekolah dasarnya dimulai dari HIS, lalu melanjutkan ke MULO. Saat Jepang mendarat ke Tanah Air, ia mengikuti pendidikan militer Giyugun dan ditempatkan di Pekanbaru sebagai Perwira Staf berpangkat Syodanco atau Letnan Dua.

Setelah Giyugun dibubarkan, ia membentuk Pemuda Republik Indonesia (PRI) atau yang kemudian dikenal dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan kembali diubah menjadi TKR lalu TNI.

Dalam organisasi tersebut, D.I. Panjaitan diangkat menjadi Komandan Batalyon Resimen IV Riau dengan Pangkat Mayor.

Karena kemampuannya, pada 3 April 1956 ditunjuk untuk mengikuti kursus Militer Atase dan pangkatnya naik menjadi Letnan Kolonel.

Lalu pada 10 Oktober 1956 diangkat menjadi Atase Militer untuk menduduki pos di Bonn, Jerman Barat dan kembali ke Tanah Air pada 1 Juli 1957 untuk membantu Deputy-I KSAD dengan jabatan barunya sebagai Kolonel pada 1 Juli 1960.

Tahun 1963, pangkatnya kembali dinaikkan menjadi Brigadir Jenderal dan berkesempatan mengikuti pendidikan Associate Command and General Staf College di Fort Leavenworth, Kansas, Amerika serikat.

Baca juga: 5 Pahlawan Wanita Indonesia yang Jarang Diketahui

Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo

Sutoyo Siswomiharjo, lahir pada 28 Agustus 1922, ia adalah perwira tinggi TNI-AD dan pernah menjadi Atase Militer pada 1956-1959.

Selepas menyelesaikan pendidikannya, ia sempat bekerja sebagai pegawai pemerintah di Purworejo dan mengundurkan diri pada 1944.

Karir militer Sutoyo dimulai saat ia bergabung dalam bagian Polisi Tentara Kemananan Rakyat (TKR) atau yang merupakan cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia.

Pada 1946 ia diangkat menjadi ajudan Kolonel Gatot Soebroto dan mengalami kenaikan pangkat seperti pada tahun 1954 menjadi Kepala Staf di Markas Besar Polisi Militer.

Sutoyo Siswomiharjo juga sempat menempuh pelatihan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat di Bandung pada 1959-1960 dan diangkat menjadi Inspektur Kehakiman Angkatan Darat.

Karena kepintarannya dan pengalaman hukum yang baik, pada 1961 ia diangkat menjadi inspektur kehakiman atau jaksa militer utama.

Baca juga: 10 Tokoh Pahlawan Indonesia, Sejarah, beserta Fotonya

Mayor Pierre Tendean

Lahir pada 21 Februari 1939, ia adalah putra dari seorang dokter asal Minahasa dan memiliki dua orang saudara. Pendidikannya hingga SMA ditempuh di Semarang dan berlanjut ke ke akademi teknik angkatan darat di Bandung.

Walaupun lahir dari keluarga dokter, Pierre Tendean memiliki tekad menjadi intelijen hingga bersekolah intelijen di Kota Bogor dan melanjutkan karir sebagai pasukan batalyon di Bukit Tinggi dan menjabat menjadi ajudan Abdul Haris Nasution.

Pada 1963, saat Indonesia tengah melakukan politik konfrontasi dengan Malaysia, Pierre ditugaskan oleh Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat utnuk melakukan penyusupan ke daerah Malaysia.

Kemudian pada 15 April 1965, Pierre Tendean diangkat sebagai ajudan Jenderal Nasution, di mana saat itu pangkatnya telah dinaikkan menjadi Letnan Satu.

Baca juga: Jawaban dari Soal Siapakah Pahlawan dari Medan Area?

Ketujuh pahlawan revolusi Indonesia ini adalah sosok yang berani dan rela berkorban demi keutuhan dan kedaulatan bangsa. Mereka memiliki latar belakang dan peran yang berbeda, namun sama-sama memiliki kontribusi besar dalam sejarah perjuangan Indonesia.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi