Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makna Lampion di Hari Raya Waisak, Apa Filosofinya?

Baca di App
Lihat Foto
canva.com
Ilustrasi lampion Hari Raya Waisak.
|
Editor: Mufit Apriliani

Kompas.com - Hari Raya Waisak merupakan salah satu perayaan penting dalam agama Buddha yang diperingati dengan berbagai tradisi penuh makna, salah satunya adalah pelepasan lampion,

Lampion yang diterbangkan ke langit pada malam Waisak bukan sekadar hiasan atau ritual semata, melainkan sarat dengan filosofi dan simbolisme yang mendalam.

Lantas apa makna lampion di Hari Raya Waisak, dan bagaimana tradisi perayaan Waisak dilaksanakan? Yuk, simak juga rangkaian acara Waisak 2025 di Borobudur melalui penjelasan di bawah ini!

Baca juga: Mengenal Wihara, Tempat Ibadah Umat Buddha

Filosofi lampion di Hari Raya Waisak

Acara pelepasan lampion menjadi salah satu rangkaian Hari Raya Waisak yang dinantikan banyak orang. Tak hanya umat Buddha, wisatawan lokal maupun manca negara sangat diminati setiap tahunnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut makna lampion di Hari Raya Waisak

Pelapasan lampion memiliki makna mendalam sebagai simbol harapan umat Buddha kepada Tuhan dan alam semesta. Lampion yang diterbangkan ke langit adalah lambang wujud doa dan harapan kedamaian, kebahagiaan, dan pencerahan sejati agar tercapai kepada seluruh makhluk hidup.

Mengutip Jurnal Wisata Religi sebagai Tradisi Masyarakat Buddha (2023) karya Gebri Margaretha Verbauli Hutagalung dan kawan-kawan, menyalakan lampu melambangkan penerangan bagi kehidupan seseorang.

Lampion melambangkan pencerahan batin, sebuah momen ketika Buddha Gautama mencapai pemahaman hakiki tentang hidup dan mengakhiri penderitaan.

Cahaya lampion perlambangan terang yang menuntun manusia keluar dari kegalapan batin menuju kebijaksanaan dan kedamaian d

Dalam ajaran Buddha, cinta kasih kepada semua makhluk adalah inti utama. Lampion Waisak menjadi simbol kepedulian, harapan, dan doa agar kebaikan serta cinta kasih menjangkau seluruh penjuru dunia.

Pelepasan lampion juga dimaknai sebagai bentuk melepaskan emosi dan pikiran negatif seperti kemarahan dan keserakahan, sekaligus penghormatan kepada Sang Buddha atas ajaran dan bimbingannya.

Baca juga: Apa Itu Waisak? Ini Jadwal dan Kegiatan Peraayaannya

Tradisi perayaan Waisak

Perayaan Hari Raya Waisak di Indonesia sarat dengan ritual dan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun, seperti:

Ketika Hari Raya Waisak tiba, umat Buddha berdoa dengan mengunjungi kuil-kuil yang berada di wilayah setempat atau kuil besar.

Umumnya, kuil besar memiliki program tersendiri untuk mengadakan tradisi Waisak.

Tidak ada aturan khusus yang mengharuskan seseorang memakai pakaian tertentu saat berdoa ke kuil, namun warna putih dianjurkan karena mencerminkan kemurnian.

  • Menerapkan kelima sila ajaran Buddha

Lima sila tersebut yaitu tidak melakukan pembunuhan, pencurian, pelecehan seksual, berbohong, dan mengonsumsi minuman keras.

Umat Buddha juga diajarkan untuk menahan diri tidak berbicara buruk tentang orang lain serta tidak terlibat dalam kegiatan negatif.

  • Menyalakan lampu minyak atau lilin

Lampu atau lilin di Hari Raya Waisak memiliki makna mengusir kegelapan dan melambangkan penerangan bagi kehidupan seseorang.

  • Menjadi vegatarian

Ketika Hari Raya Waisak tiba, banyak kuil yang menyajika makanan vegetarian. Hal ini dipercaya bahwa tidak melakukan pembunuhan termasuk kepada hewan adalah suatu kebaikan yang harus dilakukan oleh umat Buddha.

Baca juga: Kerajaan Sriwijaya: Pusat Perdagangan dan Penyebaran Agama Buddha

Hari Raya Waisak 2025

Pada tahun ini, seperti dikutip dari Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1017, Nomor 2, dan Nomor 2 Tahun 2024, Hari Raya Waisak ditetapkan sebagai libur nasional dan cuti bersama.

Libur nasional Hari Raya Waisak jatuh pada hari Senin, 12 Mei 2025, sedangkan cuti bersama dilaksanakan pada Selasa, 13 Mei 2025.

Adanya libur yang berada tepat di awal pekan membuat banyak orang memanfaatkan waktu tersebut untuk mengambil long wekend atau libur panjang.

Melansir Ditjen Bimas Buddha Kementerian Agama, Hari Raya Waisak 2025 akan dirayakan dengan tema, “Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan Mewujudkan Perdamaian Dunia”.

Hari Raya Waisak tak lepas dari peran Candi Borobudur. Pada 12 Mei 2025 mendatang, sejumlah rangkaian keagamaan akan terlaksana di candi yang teretak di Jawa Tengah tersebut.

Diperkirakan Candi Borobudur akan dihadiri lebih dari 150.000 masyarakat yang juga akan turut serta menyaksikan pelepasan lampion pada malam puncak Hari Raya Waisak 2025.

Baca juga: Pengaruh Hindu–Buddha terhadap Kebudayaan Masyarakat Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: SKB 3 Menteri 2025, Bimas Buddha Kemenag
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi