Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Fakta Mengejutkan Tentang Lukisan Langit-Langit Kapel Sistina

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Unsplash/Calvin Craig
Lukisan Penciptaan Adam (Creation of Adam) karya Michelangelo di langit-langit Kapel Sistina atau Sistine Chapel, Vatikan.
|
Editor: Silmi Nurul Utami

KOMPAS.com - Ketika nama Michelangelo disebut, kebanyakan orang langsung membayangkan keindahan dari lukisan langit-langit Kapel Sistina. Namun, di balik setiap sapuan kuas dan warna mencolok di langit-langit itu, tersembunyi kisah yang mengejutkan.

Siapa sangka, pelukis langit-langit Kapel Sistina ini sebenarnya tidak pernah berniat menjadi pelukis.

Dari merasa terpaksa untuk mengerjakannya hingga menyelesaikan 300 fiigur dalam waktu hanya 4 tahun, berikut adalah fakta menarik di balik lukisan langit-langit Kapel Sistina yang legendaris!

Baca juga: Lukisan Langit-Langit Kapel Sistina: Saksi Abadi Pemilihan Paus di Vatikan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1. Michelangelo tidak ingin melukis langit-langit Kapel Sistina

Bertolak belakang dari apa yang mungkin kita bayangkan, alasan mengapa Michelangelo tidak ingin melukis langit-langit Kapel Sistina sangat sederhana: ia bukan pelukis. Michelangelo adalah seorang pematung sejati.

Dilansir dari Michaelangelo's Sistine Chapel The Exhibition, ia melihat dirinya sebagai pemahat, bukan seorang seniman fresko.

Saat Paus Julius II memintanya untuk melukis langit-langit Kapel Sistina pada tahun 1508, Michelangelo menolak. Bahkan, ia sempat melarikan diri dari Roma.

Namun Julius II bersikeras. Ia ingin nama dan masa kepausannya diabadikan dalam karya seni yang tidak tertandingi. Ia percaya hanya Michelangelo yang mampu mewujudkan visi itu.

Untuk membujuk sang pematung, Julius menawarkan proyek yang lebih sesuai dengan keahlian Michelangelo: memahat 40 figur besar untuk makam kepausan. Namun sebelum itu, proyek langit-langit harus diselesaikan.

Baca juga: Mengapa Patung Disebut Sebagai Karya Seni Tiga Dimensi? Ini Penjelasannya ....

2. Menyelesaikan 300 figur hanya dalam 4 tahun

Ketika akhirnya Michelangelo menerima tugas tersebut, ia harus memulai dari nol. Ia hanya melukis fresko ketika masih sedang belajar menjadi seniman.

Ditambah lagi, permukaan langit-langit yang melengkung membuat tugas ini jauh lebih sulit.

Dilansir dari The Sistine Chapel, meski awalnya ia hanya diminta melukis dua belas rasul.  Proyek ini berkembang menjadi mahakarya yang berisi lebih dari 300 figur, semuanya diselesaikan dalam waktu empat tahun.

Dibandingkan dengan proyek sejenis pada zamannya, ini adalah pencapaian yang luar biasa cepat. Terlebih karena Michelangelo harus mempelajari teknik fresko dalam prosesnya.

Teknik ini mengharuskan pelukis menimpakan pigmen langsung ke plaster basah, sehingga membutuhkan kecepatan, ketepatan, dan keahlian tinggi.

3. Dibantu oleh asisten

Meski kerap digambarkan sebagai seniman penyendiri yang bekerja sendirian di kapel kosong, kenyataannya Michelangelo dibantu oleh sejumlah asisten.

Dilansir dari Thought Co, asisten Michaelangelo bertugas mencampur cat, menyiapkan plaster, dan naik turun perancah setiap hari. Namun, seluruh desain, sketsa, dan visi artistik berasal dari Michelangelo.

Bahkan, ia dikenal sering memecat asistennya jika mereka tidak bekerja sesuai ekspektasi.

Beberapa asisten mungkin diberi bagian kecil seperti langit atau sosok kecil yang hampir tak terlihat dari lantai kapel, tapi semuanya tetap mengikuti arahan kartun (sketsa besar) karya Michelangelo sendiri.

Baca juga: Pengertian Sketsa, Unsur, Teknik, dan Cara Membuatnya

4. Tidak melukis sambil berbaring

Film "The Agony and the Ecstasy" menggambarkan Michelangelo melukis sambil berbaring di atas perancah, namun ini adalah mitos.

Faktanya, ia merancang dan membangun sistem perancah unik yang memungkinkan misa tetap berlangsung di bawahnya.

Ia melukis sambil berdiri dan sering kali menengadah ke belakang, dengan kepala menghadap ke atas selama berjam-jam.

Posisi yang menyiksa ini menyebabkan masalah kesehatan serius, termasuk gangguan penglihatan dan sakit punggung kronis.

Dalam puisi yang ia tulis kepada seorang temannya, Michelangelo menggambarkan penderitaannya: “perutku tertekan di bawah daguku,” “tulang belakangku terasa kaku karena terlalu sering membungkuk,” dan “kulitku menggantung kendur di bawahku.”

Baca juga: Sejarah dan Makna Lukisan Mona Lisa yang Terkenal di Dunia

5. Michelangelo merasa tersiksa

Proyek ini bukan hanya fisik yang berat, tetapi juga secara emosional menguras Michelangelo.

Dilansir dari John Cabot University, ia menyebut proyek ini sebagai “penyiksaan.” Selama empat tahun, ia berdiri di atas perancah selama berjam-jam, menggeser platform demi menjangkau bagian-bagian yang sulit.

Pada akhirnya, ia berkata, “Saya bukan seorang pelukis.” Begitu langit-langit selesai, Michelangelo segera kembali ke seni pahat, media yang benar-benar ia cintai.

6. Ada pesan rahasia dalam bentuk anatomi manusia

Salah satu fakta paling mencengangkan dari lukisan langit-langit Kapel Sistina adalah adanya gambar anatomi manusia yang tersembunyi.

Dilansir dari Live Science, dalam panel "Penciptaan Adam", bentuk kain yang membungkus Tuhan membentuk kontur otak manusia.

Bahkan lebih mengejutkan, dalam panel “Pemisahan Cahaya dari Kegelapan,” para peneliti menemukan bentuk batang otak di leher Tuhan.

Baca juga: Sejarah Mengerikan Lobotomi, Operasi Otak yang Pernah Dianggap Ajaib

Michelangelo dikenal mempelajari anatomi secara mendalam melalui pembedahan mayat, bahkan hingga usia tuanya.

Temuan ini menunjukkan bahwa ia menyisipkan pengetahuan medis ke dalam karya religius. Mungkin, sebagai simbol bahwa tubuh manusia adalah ciptaan agung yang sejajar dengan keilahian.

7. Ancaman terbesar bukan waktu, melainkan kaki manusia

Kini, ancaman terbesar bagi keawetan lukisan ini bukan waktu, melainkan langkah kaki para pengunjung.

Setiap tahun, jutaan orang berjalan melewati Kapel Sistina, dan setiap langkah menciptakan getaran halus yang mengguncang plaster langit-langit.

Dalam jangka panjang, ini bisa menyebabkan retakan dan kerusakan serius pada karya Michelangelo.

Para ahli restorasi telah memperingatkan bahwa tanpa perlindungan dan pengelolaan jumlah pengunjung, lukisan yang telah bertahan lebih dari lima abad ini bisa mulai rusak secara permanen.

Baca juga: 5 Lukisan Naturalisme 

Sehingga, lukisan langit-langit Kapel Sistina bukan sekadar karya seni. Ia adalah kisah tentang seorang seniman yang dipaksa keluar dari zona nyamannya, menghadapi penderitaan fisik dan emosional, namun akhirnya menciptakan karya yang melampaui batas waktu.

Pelukis langit-langit Kapel Sistina ini awalnya hanya ingin memahat, namun takdir membawanya menghasilkan salah satu mahakarya terbesar sepanjang sejarah.

Kini, setiap kali kita menengadah ke langit-langit Kapel Sistina, kita tidak hanya melihat lukisan, tetapi juga pengorbanan, kecerdasan, dan kemauan keras seorang manusia yang telah mengubah sejarah seni selamanya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi