KOMPAS.com - Bayangkan ada lubang hitam yang melahap bintang, debu, dan gas yang melintasinya. Bukan dari pusat galaksi seperti biasanya, melainkan dari pinggiran, bergerak liar tanpa ikatan gravitasi terhadap pusat manapun.
Inilah lubang hitam supermasif yang baru-baru ini ditemukan oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble milik NASA.
Hal ini menjadikannya kasus pertama lubang hitam pengembara yang terkonfirmasi secara ilmiah. Yuk kita simak pelajari lebih dalam tentang lubang hitam ini!
Baca juga: Lubang Hitam: Pengertian, Proses Terbentuk, dan Jenisnya
Lubang hitam supermasif ini ditemukan mengembara
Dilansir dari NASA Science, lubang hitam ini berada sekitar 600 juta tahun cahaya dari Bumi, dan bukan bagian dari inti galaksi tempat lubang hitam raksasa biasanya menetap.
Ini adalah lubang hitam pertama yang dikonfirmasi benar-benar berkeliaran secara soliter, tidak terikat dalam sistem biner atau pusat galaksi.
Keberadaan lubang hitam ini terungkap lewat peristiwa disrupsi pasang surut (TDE). Yaitu, fenomena langka saat sebuah bintang ditarik masuk dan dihancurkan oleh gravitasi ekstrem dari lubang hitam.
TDE yang tak biasa: saat bintang dihancurkan oleh lubang hitamBiasanya, TDE terjadi di pusat galaksi dan terkait dengan lubang hitam supermasif pusat.
Namun kali ini berbeda. Fenomena ini berasal dari jarak sekitar 2.600 tahun cahaya dari pusat galaksi, yang membuat para astronom terkejut.
Ini adalah TDE pertama yang diketahui terjadi bukan di pusat galaksi, atau disebut juga sebagai "TDE offset".
Baca juga: Apa Itu Lubang Hitam di Angkasa?
Fenomena TDE itu sendiri sangat dramatis: ketika sebuah bintang terlalu dekat dengan lubang hitam, gaya gravitasi yang kuat akan merobek bintang itu menjadi pita panjang materi dalam proses yang disebut “spaghettifikasi”.
Materi bintang yang hancur kemudian mengelilingi lubang hitam, menghasilkan ledakan cahaya ultraviolet dan optik yang bisa diamati dari Bumi.
Ada dua lubang hitam dalam satu galaksi, tapi tidak saling terikat
Hal yang makin mengejutkan adalah keberadaan dua lubang hitam supermasif dalam galaksi yang sama.
Satu berada di pusat, dengan massa mencapai 100 juta kali massa Matahari, dikategorikan sebagai inti galaksi aktif karena secara aktif memuntahkan energi saat menyerap gas.
Sementara yang kedua, lubang hitam pengembara memiliki massa lebih kecil yaitu sekitar satu juta kali massa Matahari dan tidak terikat secara gravitasi dengan lubang hitam pusat.
Kedua lubang hitam ini tidak membentuk sistem biner, karena jaraknya terlalu jauh untuk saling mengunci secara gravitasi.
Namun, para astronom memperkirakan bahwa suatu saat di masa depan, lubang hitam yang mengembara ini bisa saja perlahan-lahan tertarik ke pusat galaksi dan bergabung dengan lubang hitam yang lebih besar.
Sehingga, memicu gelombang gravitasi dahsyat yang bisa dideteksi oleh teleskop masa depan.
Baca juga: Teori Relativitas Umum, Gravitasi dan Kelengkungan Ruang-Waktu
Kemungkinan asal-usul lubang hitam pengembara
Bagaimana bisa lubang hitam ini terlempar keluar dari pusat galaksi?
Para ilmuwan menduga bahwa ini adalah sisa dari interaksi kosmik yang hebat di masa lalu, mungkin dari penggabungan dua galaksi, atau bahkan dampak dari tabrakan tiga lubang hitam sekaligus.
Salah satu skenario menyebutkan bahwa lubang hitam ini awalnya berasal dari galaksi lebih kecil yang kemudian bergabung dengan galaksi besar tempat ia berada sekarang, tapi tidak sempat berlabuh ke pusat gravitasinya.
Pelensaan mikrogravitasi: cara unik melihat yang lubang hitam
Menemukan lubang hitam yang tidak memancarkan cahaya bukanlah hal mudah. Lubang hitam ini terdeteksi melalui fenomena pelensaan mikrogravitasi.
Di mana cahaya dari bintang latar dibelokkan oleh gravitasi lubang hitam. Efek ini menyebabkan bintang tampak lebih terang dan posisinya tampak berubah sementara.
Dilansir dari Science Alert, fenomena ini pertama kali diamati oleh dua proyek: OGLE (Optical Gravitational Lensing Experiment) dan MOA (Microlensing Observations in Astrophysics) pada tahun 2011.
Setelah itu, Teleskop Hubble melakukan delapan pengamatan selama enam tahun untuk mengukur seberapa besar pelengkungan cahaya yang terjadi.
Data dari 16 teleskop dan pengamatan spektroskopi pun mengarah pada kesimpulan: sebuah lubang hitam tunggal dengan massa sekitar 7,1 kali massa Matahari, berjarak sekitar 5.153 tahun cahaya dari Bumi.
Baca juga: Perbedaan antara Massa dan Berat
Biasanya, lubang hitam jenis ini sangat tenang dan sulit terdeteksi. Ia hanya menunjukkan dirinya saat sedang aktif menelan bintang atau awan gas, memancarkan ledakan energi yang sangat terang tapi cepat berlalu.
Dilansir dari Space, para astronom memperkirakan bahwa peristiwa seperti ini, lubang hitam supermasif melahap bintang terjadi sekitar sekali setiap 30.000 tahun di satu galaksi.
Profesor Ryan Chornock dari University of California, Berkeley menyatakan bahwa temuan ini memberikan cara baru untuk mendeteksi populasi lubang hitam yang tersembunyi di luar pusat galaksi.
Lubang hitam seperti ini memang telah lama diprediksi secara teori, namun baru sekarang benar-benar terkonfirmasi.
Baca juga: Apa itu Lubang Putih (White Hole)?
Penemuan lubang hitam pengembara ini dapat menandai terobosan besar dalam astronomi modern.
Tidak hanya menunjukkan bahwa lubang hitam bisa berkeliaran sendiri tanpa pusat, tetapi juga memberi petunjuk baru tentang bagaimana galaksi berevolusi dan berinteraksi satu sama lain.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.