Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa itu Tradisi Peh Cun? Perayaan Tradisional dengan Telur

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Humas Pemkot Tangerang
Masyarakat Kota Tangerang saat mengikuti acara mendirikan telur di perayaan Festival Perahu Naga Peh Cun 2575/2024, Senin (10/6/2024).
|
Editor: Silmi Nurul Utami

KOMPAS.com - Pernahkah kamu mencoba membuat telur berdiri tegak tanpa penyangga? Kedengarannya memang sulit. Tapi tahukah kamu, ada satu hari dalam tradisi Tionghoa di mana telur bisa berdiri dengan mudah?

Hari itu dikenal sebagai perayaan Peh Cun. Apa yang dimaksud dengan Peh Cun?

Peh Cun adalah perayaan tradisional Tionghoa untuk mengenang Qu Yuan, yang dirayakan dengan lomba perahu naga, ritual budaya, dan fenomena unik telur berdiri karena keseimbangan energi bumi dan matahari.

Lalu, apa saja yang dilakukan saat Peh Cun? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini!

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Aktivitas Ekonomi Masyarakat Tionghoa di Surakarta Awal Abad 20

Apa yang dimaksud dengan Peh Cun?

Menurut Rosyadi dalam jurnal berjudul Festival Peh Cun Menelusuri Tradisi Etnis Cina di Kota Tanggerang (2010), setiap tahun, tepat pada hari kelima bulan kelima dalam kalender Imlek, masyarakat Tionghoa di berbagai penjuru dunia menyambut perayaan Peh Cun.

Peh Cun atau perayaan Duan Wu Jie adalah pesta musim panas yang menjadi tradisi di Negeri Cina dan dirayakan pada tengah hari di hari kelima bulan kelima (go gwee cee go) di tahun Imlek. 

Secara etimologis, “Peh Cun” berasal dari dua kata Hokkien: peh yang berarti mendayung, dan cun yang berarti perahu.

Jadi, Peh Cun secara harfiah berarti “mendayung perahu”. Dalam pelaksanaannya, memang benar bahwa inti dari perayaan ini adalah lomba perahu naga, yang sering kali menjadi acara puncak.

Namun, makna terdalam dari Peh Cun jauh lebih dari sekadar olahraga air.

Tradisi ini memiliki akar sejarah dan budaya yang kuat, bahkan telah mengalami akulturasi dengan budaya lokal Indonesia, terutama di kalangan masyarakat Tionghoa.

Baca juga: Apa yang Dimaksud dengan Proses Akulturasi?

Tujuan perayaan Peh Cun: mengenang Qu Yuan

Asal-usul perayaan Peh Cun berasal dari legenda Tiongkok kuno tentang Qu Yuan, seorang menteri bijak dan setia dari Negara Chu yang hidup di era Warring States.

Menurut Josephine Theodora dan Dewi Isma Aryani dalam Pemaknaan Tradisi Peh Cun di Indonesia: Visualisasi dalam Koleksi Ready-toWear Deluxe bagi Generasi Muda dengan Gaya Hidup Urban (2022), arena difitnah oleh lawan politiknya, Qu Yuan dibuang dan hidup dalam pengasingan.

Di masa itu, ia menulis banyak puisi yang menggambarkan kesedihan dan kecintaannya terhadap tanah air.

Akhir hidupnya tragis ia memilih menenggelamkan diri di Sungai Miluo sambil membawa batu besar, sebagai bentuk protes atas pengkhianatan yang ia terima.

Warga yang mengetahui pengorbanan Qu Yuan berbondong-bondong mendayung perahu menyisir sungai untuk mencari jasadnya.

Mereka melemparkan kue bakcang ke air agar ikan tidak memakan tubuh Qu Yuan, dan memukul genderang untuk menakut-nakuti roh jahat.

Inilah yang menjadi cikal bakal tradisi melempar bakcang dan lomba perahu naga dalam perayaan Peh Cun.

Baca juga: 18 Hal yang Harus Dihindari Ketika Imlek, Termasuk Potong Rambut

Apa yang dilakukan saat Peh cun?

Tradisi Peh Cun tidak hanya kaya akan cerita sejarah, tapi juga dipenuhi berbagai ritual dan kegiatan menarik yang penuh makna.

Menurut Lelly Qodariah dalam jurnal Festival Peh Cun: Pesta Musim Panas Masyarakat Tionghoa di Kota Tangerang (2021), berikut ini adalah rangkaian prosesi yang biasanya dilakukan dalam perayaan Peh Cun:

1. Sembahyang Samkay dan Twan Yang

Ritual ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada penguasa langit, bumi, dan air.

Sembahyang Samkay dilakukan tengah malam, sedangkan Twan Yang dilakukan tepat tengah hari tanggal 5 bulan 5.

Ajaran Tian yang melandasi ritual ini mengajarkan manusia untuk menjaga keseimbangan dengan alam dan mengikuti kehendak Tian-Dao (Tuhan).

Baca juga: 6 Tradisi Hari Raya Imlek yang Membawa Kebahagiaan dan Keberuntungan

2. Memandikan perahu papak merah dan hijau

Perahu ini diyakini keramat karena pernah mengalami insiden saat lomba di Sungai Cisadane namun tetap bisa mencapai garis akhir.

Prosesi memandikan dilakukan dengan air kembang dan kain merah, menandakan penghormatan terhadap Qu Yuan. Air bekas mandian perahu bahkan dipercaya membawa berkah.

3. Melempar bakcang dan menggantung padi

Lemparan bakcang ke sungai dilakukan untuk mengenang Qu Yuan sekaligus menghindarkan dari kesialan.

Menggantung padi di teras rumah dipercaya sebagai simbol perlindungan dari roh jahat.

4. Memanen tanaman obat

Dipercaya bahwa pada hari Peh Cun, terdapat keselarasan antara energi bumi dan langit, sehingga tanaman obat memiliki khasiat maksimal.

Masyarakat Cina Benteng memanen tanaman yang mereka tanam sebagai bagian dari tradisi penyembuhan alami.

Baca juga: Pemberontakan Taiping di Cina (1850-1864)

5. Telur berdiri

Nah, ini yang paling sering memancing perhatian: telur berdiri sendiri tanpa bantuan. Tapi, kenapa telur bisa berdiri saat Peh Cun?

Menurut kepercayaan masyarakat, pada saat Tiong Ngo (tengah hari di hari Peh Cun), terjadi keseimbangan antara gaya gravitasi bumi dan tarikan matahari, menciptakan kondisi yang memungkinkan telur berdiri tegak di atas ujungnya.

Tak heran jika setiap tahunnya, warga dan wisatawan berkumpul di tempat-tempat umum mencoba mendirikan telur. Orang yang berhasil menyimbangkan sehingga telur berdiri dipercaya akan mendapatkan berkah. 

Meski tak semua berhasil, suasana tetap meriah dan penuh tawa. Fenomena telur berdiri saat Peh Cun ini seakan menyatukan sains, mitos, dan budaya dalam satu pengalaman yang unik.

Baca juga: Apa Itu Mitologi? Ilmu yang Mempelajari Mitos dari Berbagai Budaya

6. Mandi siang hari (mandi u shi)

Tradisi ini dilakukan di sungai untuk membuang sial dan membersihkan diri dari penyakit. Masyarakat dari berbagai etnis ikut serta, menciptakan suasana inklusif dan penuh semangat.

7. Melempar bebek ke sungai (ci swa)

Ratusan bebek dilepaskan ke Sungai Cisadane sebagai simbol membuang sial.

Para pemuda kemudian berlomba menangkap bebek-bebek tersebut dalam suasana yang penuh keceriaan. Bebek yang berhasil ditangkap bisa dibawa pulang.

8. Lomba perahu naga

Inilah acara yang paling ditunggu-tunggu. Tim-tim mendayung dengan semangat sepanjang 500 meter di Sungai Cisadane, disemangati oleh sorakan penonton.

Lomba ini tak hanya menguji kekuatan fisik, tapi juga simbol perjuangan masyarakat dalam mengenang Qu Yuan.

Baca juga: Perahu Jong, Permainan Tradisional asal Riau

Jika kamu masih bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan Peh Cun, jawabannya adalah sebuah perpaduan antara sejarah, spiritualitas, kebersamaan, dan fenomena alam.

Dari ritual persembahyangan hingga lomba perahu naga, dari kue bakcang hingga telur berdiri, semuanya menyatu menjadi perayaan budaya yang luar biasa.

Tak hanya menjadi milik masyarakat Tionghoa Benteng, perayaan Peh Cun di Tangerang kini juga menjadi momen kebersamaan lintas budaya, yang memperkaya khazanah kebudayaan Indonesia.

Jadi, jika tahun depan kamu mendengar ada telur bisa berdiri sendiri, ingatlah itu bukan sihir, itu Peh Cun.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi