Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raden Wijaya dan Strategi Menaklukkan Pasukan Mongol 

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia Commons
Ilustrasi Raden Wijaya (kiri) dan Hayam Wuruk (kanan) raja Kerajaan Majapahit.
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Ribuan suporter bersorak ketika wajah Raden Wijaya muncul dalam bentuk tifo kolosal di Stadion Utama Gelora Bung Karno. 

Sosok pendiri Majapahit itu berdiri gagah dengan keris dan sorot mata tajam, diangkat sebagai simbol perlawanan dan kejayaan dalam laga bergengsi sepak bola 2025 Indonesia-China. 

Di balik visual tersebut, tersembunyi kisah sejarah bagaimana Raden Wijaya dengan kecerdikannya mampu menaklukkan pasukan Mongol. 

Baca juga: Mengenal Kerajaan Majapahit dari Berbagai Bidang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Runtuhnya Singasari dan Pelarian 

Raden Wijaya bukanlah nama asing dalam sejarah Jawa. Ia adalah keturunan langsung Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari, dan menantu Raja Kertanegara, raja terakhir Singasari. 

Namun, takdir membawanya ke jalur penuh bahaya ketika pada 1292, Singasari diserang dan ditaklukkan oleh Jayakatwang dari Kediri. 

Raden Wijaya melarikan diri, menyelamatkan diri bersama para sahabat setianya Sora, Nambi, dan Ranggalawe.

Berkat perlindungan Arya Wiraraja di Sumenep, Madura, ia berhasil mengatur siasat. 

Raden Wijaya pura-pura tunduk pada Jayakatwang dan diberi izin membuka wilayah Hutan Tarik. 

Dari sanalah lahir desa baru bernama Majapahit, diambil dari rasa pahit buah maja yang ditemukan di sana.

Raden Wijaya mulai mengambil hati penduduk desa, sembari menunggu waktu yang tepat untuk menyerang Jayakatwang. 

Baca juga: Faktor Majapahit menjadi Kerajaan Besar Agraris dan Perdagangan

Datangnya Pasukan Mongol 

Ketiak persiapannya sudah matang, datanglah 20.000 pasukan Mongol yang dikirim oleh Kaisar Kubilai Khan untuk menghukum Kertanegara karena telah menghina utusan kekaisaran. 

Namun mereka datang terlambat, Kertanegara sudah gugur dan Jayakatwang telah merebut kekuasaan.

Raden Wijaya melihat peluang besar. Ia mengutus perwakilan untuk menyatakan kesediaan tunduk kepada Kaisar Tiongkok dan menawarkan bantuan untuk menggempur Jayakatwang. 

Tawaran itu disambut baik oleh jenderal Mongol. Dalam waktu singkat, pasukan gabungan Raden Wijaya dan Mongol menggulingkan Jayakatwang. 

Baca juga: Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit

Serangan berbalik ke Pasukan Mongol 

Setelah kemenangan atas Kediri, Raden Wijaya meminta izin kembali ke Majapahit untuk mempersiapkan upeti bagi Kaisar Kubilai Khan. Tanpa curiga, pasukan Mongol mengizinkannya.

Namun yang menanti bukanlah persembahan, melainkan serangan mendadak. 

Dengan pasukan yang telah dikonsolidasikan, Raden Wijaya melancarkan serangan balik ke arah Mongol. 

Tercatat sekitar 3.000 tentara Mongol tewas dalam kejutan tersebut. Sisa-sisa armada asing itu pun segera mundur dan meninggalkan Pulau Jawa, kalah telak oleh kecerdikan seorang pribumi

Setelah kekuasaan Jayakatwang runtuh dan tentara Mongol pergi dari Jawa, Raden Wijaya menobatkan diri menjadi raja Majapahit. 

Letak Kerajaan Majapahit berada di wilayah yang saat ini masuk dalam Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Baca juga: Sistem Pemerintahan Kerajaan Majapahit

Memerintah Majapahit 

Raden Wijaya merupakan pendiri Kerajaan Majapahit sekaligus raja pertamanya yang memerintah dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.

Menurut Kidung Harsa-Wijaya, penobatannya berlangsung saat bulan purnama di bulan Kartika.

Waktu penobatannya bisa ditelusuri melalui peristiwa kedatangan pasukan Kubhilai Khan ke Jawa pada tahun 1293. Dengan demikian, Raden Wijaya secara resmi diangkat menjadi raja pertama Majapahit pada tanggal 10 November 1293

Selama pemerintahannya, Raden Wijaya memberikan jabatan penting kepada para pengikut setianya yang telah berkontribusi dalam mendirikan Kerajaan Majapahit.

Raden Wijaya meninggal pada 1309 dan dicandikan di Candi Simping atau Candi Sumberjati di Blitar, Jawa Timur.

Baca juga: Peninggalan Sejarah Kerajaan Majapahit

 

Referensi

  • Mardiyono, Peri. (2020). Sejarah Kelam Majapahit: Jejak-Jejak Konflik Kekuasaan dan Tumbal Asmara di Majapahit. Penerbit Araska: Yogyakata
  • Isnaini, Danik. (2019). Kerajaan Hindu-Buddha di Jawa. Singkawang: Maraga Borneo Tarigas

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi