KOMPAS.com - Indonesia adalah negara yang memiliki keragaman cuaca yang sangat kompleks, salah satunya adalah pola curah hujan yang bervariasi di berbagai wilayahnya.
Tahukah kamu bahwa di Indonesia tidak hanya ada 1 pola hujan, melainkan ada 3 pola hujan yang mempengaruhi cuaca?
Tga pola hujan di Indonesia yaitu monsunal, ekuatorial, dan lokal yang memengaruhi distribusi curah hujan, musim kemarau, dan aktivitas pertanian di berbagai wilayah, serta berperan penting dalam pengelolaan sumber daya alam dan mitigasi bencana.
Yuk kita simak lebih lanjut ketiga pola cuaca ini!
Baca juga: Bagaimana Pemanasan Global Mengakibatkan Cuaca Tidak Menentu?
1. Pola hujan monsunal
Menurut E. Hermawan dalam Pengelompokkan pola curah hujan yang terjadi di beberapa kawasan pulau Sumatera berbasis hasil analisis teknik spektra (2010), pola hujan monsunal adalah pola curah hujan yang paling sering ditemukan di Indonesia.
Terutama di wilayah Sumatra bagian Selatan, Kalimantan Tengah dan Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagian Papua.
Pola ini dicirikan oleh adanya perbedaan yang jelas antara musim hujan dan musim kemarau.
Pada wilayah dengan pola ini, curah hujan bersifat unimodial, yang artinya memiliki satu puncak hujan yang terjadi pada bulan Desember, Januari, dan Februari.
Sebaliknya, pada bulan Juni, Juli, dan Agustus, wilayah tersebut akan mengalami musim kemarau yang lebih kering dan kurang hujan.
Selain musim hujan dan kemarau, terdapat pula peralihan musim yang terjadi pada bulan-bulan transisi antara musim hujan dan musim kemarau.
Baca juga: Musim Pancaroba: Pengertian dan Ciri-cirinya
Biasanya, periode peralihan ini berlangsung selama tiga bulan dan dapat dibagi menjadi dua fase: tiga bulan peralihan dari musim kemarau ke musim hujan dan tiga bulan dari musim hujan ke musim kemarau.
Bagi sebagian besar wilayah Indonesia yang dipengaruhi oleh pola hujan monsunal.
Cuaca sangat dipengaruhi oleh dua musim tersebut, yang berhubungan erat dengan aktivitas pertanian, sumber daya air, serta mitigasi bencana seperti kebakaran hutan yang sering terjadi pada musim kemarau.
2. Pola hujan ekuatorial
Menurut BMKG dalam Buku Saku Klimatologi: Iklim dan Cuaca Kita (2020), berbeda dengan pola hujan monsunal, pola hujan ekuatorial memiliki dua puncak hujan dalam setahun, yang dikenal dengan istilah bimodal.
Biasanya, puncak hujan terjadi pada bulan Maret dan Oktober, yang bertepatan dengan momen ekuinoks, yaitu saat Matahari berada tepat di atas ekuator.
Pola curah hujan di wilayah ekuatorial memiliki curah hujan yang cukup tinggi, bahkan rata-rata lebih dari 150 mm per bulan.
Wilayah yang termasuk dalam pola hujan ekuatorial ini meliputi daerah Sumatra bagian Tengah dan Utara, serta Kalimantan bagian Utara.
Baca juga: Apa yang Dimaksud dengan Garis Khatulistiwa?
Keberadaan hutan tropis yang lebat dan ekosistem biodiversitas tinggi di daerah ini sangat dipengaruhi oleh tingginya curah hujan yang terjadi hampir sepanjang tahun.
Pola hujan ini mendukung pertumbuhan tanaman tropis, dan sangat berpengaruh pada ketersediaan air serta kehidupan masyarakat yang bergantung pada sumber daya alam.
Puncak hujan yang terjadi dua kali setahun ini juga memberi dampak langsung pada pola aktivitas pertanian, yang sering kali harus disesuaikan dengan waktu puncak hujan agar tanaman dapat tumbuh dengan optimal.
3. Pola hujan lokal
Pola hujan lokal adalah jenis pola curah hujan yang memiliki karakteristik unimodial (satu puncak hujan), namun dengan perbedaan yang unik dibandingkan dengan pola hujan monsunal.
Menurut Supriyadi, dkk dalam jurnal berjudul Analisis Pola Hujan untuk Mitigasi Aliran Lahar Hujan Gunungapi Sinabung (2018), pola hujan lokal sering kali terjadi pada wilayah-wilayah yang berada di luar daerah monsun, yaitu Maluku, Sulawesi, dan sebagian Papua.
Perbedaan utama dari pola hujan lokal adalah ketika daerah dengan pola hujan monsun mengalami musim hujan, wilayah dengan pola hujan lokal justru sedang mengalami musim kemarau.
Baca juga: Musim Kemarau 2025 Datang Lebih Lambat, Ini Penjelasan BMKG
Sebaliknya, ketika daerah dengan pola hujan monsun memasuki musim kemarau, wilayah dengan pola hujan lokal akan memasuki musim hujan. Ini menunjukkan adanya pola cuaca yang berlawanan di kedua wilayah tersebut.
Wilayah yang berada di bawah pola hujan lokal ini sering kali terpapar oleh curah hujan yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah ekuatorial.
Tetapi, tetap sangat berpengaruh pada aktivitas pertanian lokal dan kebutuhan air untuk kehidupan sehari-hari.
Keberadaan hujan yang tidak terprediksi ini juga menjadi tantangan dalam pengelolaan sumber daya alam, terutama di wilayah Papua yang memiliki iklim yang cukup variatif.
Baca juga: Mengenal Petrichor: Aroma Alami setelah Hujan Turun
Apa saja jenis hujan di indonesia?
Selain pola hujan, Indonesia juga mengalami berbagai jenis hujan yang dapat memengaruhi intensitas dan distribusi curah hujan di wilayahnya. Berikut adalah beberapa jenis hujan yang umum terjadi di Indonesia:
- Hujan Orografis: Jenis hujan ini terjadi di lereng pegunungan. Hujan orografis terbentuk ketika udara yang mengandung uap air terpaksa naik ke pegunungan, lalu mendingin dan terkondensasi menjadi hujan. Hujan ini biasanya terjadi di daerah pegunungan atau dataran tinggi.
- Hujan Zenithal (Konveksi): Hujan jenis ini disebabkan oleh naiknya udara yang mengandung uap air secara vertikal, kemudian udara tersebut akan mendingin dan terkondensasi menjadi hujan. Biasanya, hujan jenis ini terjadi pada siang hari, terutama di daerah yang cukup panas dan lembab.
- Hujan Frontal: Jenis hujan ini terjadi ketika massa udara dingin bertemu dengan massa udara panas. Massa udara dingin yang lebih berat akan turun, sedangkan udara panas akan naik. Proses ini menyebabkan pembentukan awan hujan yang akhirnya menghasilkan hujan.
Baca juga: Kemarau Basah: Hujan di Musim Kemarau, Apa Sebabnya?
Memahami pola curah hujan di Indonesia sangat penting, baik untuk sektor pertanian, pengelolaan sumber daya alam, maupun untuk mitigasi bencana alam seperti banjir dan longsor.
Dengan mengenali pola hujan di Indonesia, masyarakat dan pemerintah dapat lebih efektif dalam merencanakan aktivitas pertanian, kebutuhan air, dan persiapan menghadapi cuaca ekstrem.
Selain itu, pemahaman tentang pola hujan lokal, monsunal, dan ekuatorial membantu dalam pengelolaan ekosistem yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Pola hujan yang beragam ini memberikan gambaran tentang keragaman iklim dan cuaca di Indonesia yang perlu diperhatikan untuk memaksimalkan potensi alam sekaligus mengurangi risiko bencana terkait cuaca.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.