Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Disamakan, Ini Bedanya Tabu Bahasa dan Disfemisme!

Baca di App
Lihat Foto
freepik
Jangan Cuek, Ini Kalimat yang Harus Dihindari Saat Anak Mengalami Cyber Bullying
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar kata-kata kasar, vulgar, atau ungkapan yang menyakitkan. Banyak orang langsung menyebut semua itu sebagai bahasa tabu.

Padahal, tidak semua kata kasar termasuk kategori tabu. Salah kaprah ini sering terjadi karena disfemisme sering disamakan dengan tabu bahasa, padahal keduanya punya makna, fungsi, dan latar belakang yang berbeda dalam kajian bahasa.

Lalu, apa sebenarnya perbedaan antara tabu bahasa dan disfemisme? Simak penjelasan berikut agar tidak salah memahami dua konsep penting ini.

Baca juga: Contoh Perkenalan Diri dalam Bahasa Inggris saat MPLS 2025

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Tabu bahasa?

Secara etimologi, tabu berasal dari kata "tapu" dalam bahasa Tonga yang berarti "tidak diperbolehkan". Istilah ini diperkenalkan oleh Kapten James Cook pada tahun 1777.

Dalam konteks bahasa, tabu merujuk pada larangan atau penghindaran terhadap ucapan atau tindakan tertentu karena alasan sosial, budaya, agama, atau kepercayaan.

Berikut karakteristik utama tabu:

Baca juga: Bahasa Aglutinatif: Pengertian, Ciri-ciri, Contoh, dan Proses Pembentukan Kata

Dua kategori Tabu

Tabu memiliki dua kategori, yaitu: 

Larangan menggunakan kata, ekspresi, atau topik tertentu, misalnya menyebut nama hewan tertentu di hutan, atau sumpah serapah.

Larangan melakukan perilaku tertentu yang tidak sesuai norma, misalnya menyentuh benda suci sembarangan.

Faktor psikologis Tabu bahasa

Tabu bahasa muncul karena faktor budaya dan psikologis, antara lain:

Baca juga: Menyelami Konsep Kebenaran Menurut Plato, dari Alegori Gua hingga Bahasa

Pengertian Disfemisme 

Disfemisme adalah ekspresi yang digunakan untuk menyampaikan makna negatif, kasar, atau menghina, meskipun makna aslinya netral. 

Tujuan disfemisme sering kali untuk menyerang, mengejek, atau meluapkan emosi negatif.

Contoh disfemisme sehari-hari: menyebut seseorang dengan julukan menghina, menyebut tempat kerja lawan politik sebagai “sarang maling”, atau menyebut makanan sederhana dengan sebutan merendahkan.

Latar belakang penggunaan Disfemisme

Disfemisme biasanya digunakan untuk:

Baca juga: Mengenal Struktur Suku Kata dalam Bahasa Indonesia

Perbedaan tabu bahasa dan disfemisme

Berikut ini adalah tabel perbedaan tabu bahasa dengan disfemisme:

Pembeda Tabu Bahasa Disfemisme
Pengertian

Tabu bahasa adalah kata, ungkapan, maupun tindakan yang dilarang secara sosial, budaya, ataupun agama karena dianggap suci, berbahasa, atau tidak pantas.

Disfemisme adalah penggunaan kata kasar, kata yang menghina, atau menyakitkan.

Latar Belakang

Tabu digunakan karena beberapa faktor psikologis meliputi: faktor menakutkan, faktor perasaan tidak mengenakan atau tidak nyaman, faktor tidak santun atau tidak pantas, dan faktor perintah agama.

Disfemisme sering digunakan sebagai "senjata" verbal untuk menyerang lawan, atau untuk meluapkan kekecewaan, kemarahan, dan emosi negatif lainnya seperti frustasi.

Tujuan

Tabu bahasa digunakan untuk menjaga norma dan kesopanan, yang apabila dilanggar dapat berujung pada sanksi sosial.

Disfemisme bertujuan untuk meluapkan emosi negatif, merendahkan, mengkritik, atau memaki.

Contoh

Larangan menyebut nama gajah di hutan yang dikaitkan dengan magi atau gaib dan apabila dilanggar akan mendatangkan hal-hal buruk.

“Tolol”, “goblok”,

Tabu bahasa dan disfemisme sama-sama berkaitan dengan penggunaan bahasa, tetapi memiliki makna dan tujuan yang berbeda. 

Tabu lebih terkait dengan larangan karena norma, sedangkan disfemisme adalah pilihan untuk mengungkapkan sesuatu secara kasar atau menghina. 

Memahami perbedaan keduanya penting agar tidak salah kaprah saat berkomunikasi sehari-hari.

Baca juga: Mengenal Arti Walk Out dalam Bahasa Indonesia

 

Referensi:

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi