Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Rasa Makanan di Luar Angkasa Berbeda? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Baca di App
Lihat Foto
NASA
Makanan astronot di luar angkasa
|
Editor: Silmi Nurul Utami

KOMPAS.com - Apa yang kamu makan hari ini? Mungkin sepiring nasi hangat, buah segar, atau makanan favorit yang menggugah selera. Tapi, pernahkah kamu membayangkan bagaimana rasanya makan jika kamu berada di luar angkasa?

Menjadi seorang astronot memang terdengar luar biasa, tapi ternyata ada satu hal sederhana yang berubah drastis saat mereka meninggalkan Bumi yaitu rasa makanan. Ya, rasa makanan dan minuman di luar angkasa ternyata bisa terasa berbeda, bahkan cenderung hambar.

Mengapa bisa begitu? Dan sebenarnya, apakah makanan luar angkasa enak? Mari kita telusuri jawabannya dari perspektif ilmiah!

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Mengapa Astronot Kesulitan Berjalan Setelah Kembali dari Luar Angkasa?

1. Efek gravitasi nol

Dilansir dari NASA, tubuh manusia mengalami fluid shift saat berada di gravitasi mikro. Di Bumi, gravitasi menarik cairan tubuh ke arah bawah.

Namun di luar angkasa, cairan ini tersebar merata ke seluruh tubuh, termasuk ke wajah dan hidung.

Akibatnya? Astronot sering mengalami wajah bengkak dan hidung tersumbat, persis seperti sedang pilek berat. Karena indera penciuman sangat memengaruhi rasa, hal ini membuat makanan terasa hambar.

Tak heran jika para astronot meminta tambahan saus pedas, kecap, bahkan saus BBQ agar makanan terasa lebih “hidup”.

Jadi, jika kamu bertanya apakah makanan luar angkasa enak, jawabannya bisa sangat subjektif, tergantung seberapa kuat selera dan sensitivitas penciuman masing-masing astronot.

Baca juga: Mengapa Astronot Melayang-layang di Luar Angkasa?

2. Perubahan persepsi aroma di lingkungan isolasi

Dilanir dari Pursuit The University of Melbourne, penelitian dari Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) menemukan bahwa isolasi sosial dan kondisi terbatas di luar angkasa juga memengaruhi cara otak kita merasakan aroma dan rasa.

Dalam simulasi lingkungan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) menggunakan VR, aroma vanili dan almond dirasakan lebih kuat, sedangkan aroma lemon tetap sama.

Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan memengaruhi persepsi aroma, yang akhirnya berpengaruh pada rasa makanan dan minuman di luar angkasa.

Persepsi rasa juga sangat tergantung pada sensitivitas masing-masing orang terhadap aroma tertentu, yang membuat penelitian ini sangat kompleks.

Baca juga: Mengenal Rasa Makanan dan Minuman dalam Bahasa Inggris

3. Makanan harus awet, tapi jadi kurang menggugah selera

Makanan luar angkasa harus melalui berbagai proses pengawetan agar aman dan tahan lama.

Proses seperti pengeringan beku, sterilisasi, atau iradiasi memang efektif menjaga makanan tetap layak konsumsi dalam waktu lama.

Tapi, efek sampingnya adalah tekstur dan penampilan makanan jadi kurang menarik. Tidak ada makanan yang renyah, segar, atau hangat seperti di rumah.

Untuk mengatasinya, para ilmuwan menambahkan rempah-rempah, cabai, hingga saus manis guna mengembalikan cita rasa yang kuat.

Karena dalam gravitasi nol, rasa pedas, hangat, dan asam bisa lebih terasa di mulut lewat sensasi trigeminal.

4. Aroma retronasal dan efek lingkungan

Aroma tidak hanya dirasakan melalui hidung (orthonasal), tapi juga melalui mulut saat kita mengunyah, ini disebut aroma retronasal.

Dalam simulasi luar angkasa, aroma kopi, bawang putih, dan rempah-rempah seperti ketumbar dan jintan terasa lebih lemah dibandingkan di Bumi. Tapi ini bukan berarti makanannya tidak enak, hanya saja persepsi kita terhadap rasa berubah.

Baca juga: Apakah Semua Bagian Lidah Dapat Merasakan Rasa?

Bahkan, eksperimen sensorik terbaru terhadap bir luar angkasa (meskipun saat ini belum boleh dikonsumsi astronot) menunjukkan bahwa suasana dan lingkungan sangat memengaruhi persepsi rasa dan emosi.

Di simulasi luar angkasa, bir dengan aroma herbal terasa lebih nikmat dan membangkitkan emosi positif. Sementara di Bumi, bir yang sama justru menimbulkan emosi negatif seperti kesedihan dan marah.

5. Masa depan makanan luar angkasa: printer makanan 3D

Karena tantangan soal rasa ini begitu besar, ilmuwan kini mengembangkan teknologi printer makanan 3D.

Tujuannya adalah agar astronot bisa mencetak makanan yang lebih menarik secara visual dan kaya rasa dari bahan nabati bergizi.

Bayangkan saja, di masa depan, mereka bisa mencetak burger, pasta, atau bahkan makanan khas negara asal mereka di luar angkasa!

Baca juga: Zat Gizi Mikro: Pengertian dan Contohnya

Jadi, apakah makanan luar angkasa enak?

Jawabannya: bisa ya, bisa tidak. Rasa makanan dan minuman di luar angkasa sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fisiologis, dan psikologis.

Meski rasanya sering dianggap hambar oleh banyak astronot, upaya terus dilakukan agar makanan di luar angkasa tak hanya bergizi, tetapi juga menyenangkan dan membangkitkan semangat.

Dan jika suatu hari kamu berkesempatan menjadi astronot, mungkin kamu akan merasakan sendiri betapa berartinya semangkuk mie instan hangat ketika masih berada di bumi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi