KOMPAS.com - Pernahkah berkenalan dengan orang Bali bernama Wayan, Putu, Made, atau Ketut? Nama-nama tersebut ternyata adalah nama Bali berdasarkan urutan kelahiran. Sehingga, kamu bisa mengetahui urutan kelahiran seseorang hanya dari namanya.
Kamu mungkin bertanya-tanya, Putu anak ke berapa atau anak pertama di Bali diberi nama apa? Putu adalah nama anak pertama di Bali. Nama anak pertama lainnya adalah Wayan dan Gede.
Faktanya, bagaimana suku Bali memberi nama anak mereka sangat unik dan penuh makna. Nama-nama tersebut bukan sekadar identitas, melainkan petunjuk tentang urutan lahir, jenis kelamin, bahkan status sosial dalam sistem kasta.
Mari kita telusuri lebih dalam urutan nama anak Bali dan filosofi di baliknya.
Baca juga: Mengenal Kesenian Unik Masyarakat Bali dan Lombok
Sistem penamaan anak di Bali berdasarkan urutan kelahiran
Dalam tradisi Bali, nama seseorang mencerminkan banyak hal.
Menurut I Gustu Ayu Nila Sutrisna dalam Sistem Nama Diri Bahasa Bali pada Komunitas Penutur Bahasa Bali di Cakranegara Mataram (2015), salah satu yang paling khas adalah penamaan berdasarkan urutan kelahiran, yang membedakan anak pertama, kedua, ketiga, dan keempat secara eksplisit.
Sistem ini digunakan secara luas di berbagai kasta dan komunitas di Bali, meski variasi tertentu bisa muncul tergantung jenis kelamin dan latar belakang keluarga.
1. Wayan / Putu / Gede – Untuk Anak PertamaAnak pertama di Bali diberi nama Wayan, yang berasal dari kata “wayah” yang berarti “tua”.
Variasi nama lain untuk anak pertama adalah:
- Putu, yang berarti “cucu”, dan lebih sering digunakan oleh keluarga dari kasta tinggi.
- Gede, yang berarti “besar”, biasanya digunakan untuk anak laki-laki, tapi bisa juga dipakai untuk perempuan jika diawali penanda seperti “Luh” (contohnya: Luh Gede).
Baca juga: Tradisi Pemakaman Ngaben di Bali
Menariknya, nama Putu juga bisa diberikan kepada perempuan maupun laki-laki. Jadi, saat kamu bertemu orang bernama I Putu Adi, kamu tahu bahwa ia adalah anak sulung dalam keluarganya.
2. Made / Nengah / Kadek – Untuk Anak KeduaNama Made berasal dari kata “madya” yang berarti tengah, menandai posisi anak kedua.
Variasi lainnya meliputi:
- Nengah, yang juga berarti tengah.
- Kadek atau Kade, yang berasal dari kata “adi” yang berarti adik.
Nama-nama ini bisa digunakan oleh siapa saja, tanpa batasan gender. Di kasta non-Sudra (Brahmana, Ksatria, dan Waisya), biasanya lebih memilih Made dan Kade dibanding Nengah.
Baca juga: Mengenal Sistem Kasta dalam Hindu
3. Nyoman / Komang – Untuk Anak KetigaNama Nyoman berasal dari kata “anom” yang berarti muda. Ada juga interpretasi menarik dari kata “nyeman”, yang berarti lebih tawar. Penamaan ini mengacu pada kulit pohon pisang yang digunakan dalam kuliner khas Bali, seperti jukut ares.
Variasi nama untuk anak ketiga lainnya adalah Komang. Nama Komang sering muncul dalam keluarga dari berbagai kasta.
Konsep di balik nama ini erat kaitannya dengan filosofi “tiga” dalam ajaran Hindu Bali, seperti Tri Hita Karana, Tri Datu, dan Tri Murti. Ini menunjukkan bahwa memiliki tiga anak dulunya dianggap cukup.
4. Ketut – Untuk Anak KeempatNama Ketut berasal dari kata “ketuut”, yang berarti “mengikuti” atau “membuntuti”.
Dulu, karena tiga anak dianggap cukup, maka anak keempat yang “ikut-ikutan lahir” dianggap perlu diberi penamaan baru. Maka lahirlah nama Ketut, yang hingga kini digunakan tanpa variasi.
Baik laki-laki maupun perempuan bisa diberi nama Ketut, dan tidak ada pembatasan dalam penggunaannya di semua kasta.
Baca juga: Pengaruh Islam di Bidang Sosial, Pudarnya Sistem Kasta
Apa yang terjadi jika jumlah anak lebih dari empat?
Nah, bagaimana jika sebuah keluarga memiliki lima anak atau lebih?
Menurut I Gede Bagus Wisnu Bayu Temaja dalam Sistem Penamaan Orang Bali (2017),urutan nama anak Bali tidak berhenti di Ketut saja, tapi akan diulang kembali ke urutan pertama.
Namun, agar tidak membingungkan, biasanya ditambahkan unsur pembeda. Berikut beberapa caranya:
1. Penambahan kata “Alit” (artinya kecil) pada nama tengah.Contoh: I Putu Alit Dana (anak kelima), Ni Made Alit Restini (anak keenam).
2. Menggunakan angka dalam Bahasa Jawa Kuno sebagai nama tengah:Panca (anak kelima), Sad (keenam), Sapta (ketujuh), Asta (kedelapan), dst.
Contoh: I Wayan Panca Putra.
3. Sapaan dengan tambahan “Balik” yang berarti kembali:Putu Balik untuk anak kelima, Made Balik untuk anak keenam.
Penamaan ini tidak hanya memperlihatkan kreativitas masyarakat Bali, tapi juga mencerminkan filosofi dan struktur sosial yang dalam.
Baca juga: 3 Provinsi di Pulau Bali dan Nusa Tenggara
Sehingga, nama Bali berdasarkan urutan kelahiran seperti Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut bukan sekadar nama, melainkan bagian dari identitas budaya dan spiritual yang diwariskan secara turun-temurun.
Di tengah dunia modern, sistem penamaan ini masih terus dipertahankan oleh masyarakat Bali sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.