Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nama Bali Berdasarkan Urutan Kelahiran, Putu Anak Keberapa?

Baca di App
Lihat Foto
wikimedia.org
Ilustrasi orang Bali
|
Editor: Silmi Nurul Utami

KOMPAS.com - Pernahkah berkenalan dengan orang Bali bernama Wayan, Putu, Made, atau Ketut? Nama-nama tersebut ternyata adalah nama Bali berdasarkan urutan kelahiran. Sehingga, kamu bisa mengetahui urutan kelahiran seseorang hanya dari namanya. 

Kamu mungkin bertanya-tanya, Putu anak ke berapa atau anak pertama di Bali diberi nama apa? Putu adalah nama anak pertama di Bali. Nama anak pertama lainnya adalah Wayan dan Gede.

Faktanya, bagaimana suku Bali memberi nama anak mereka sangat unik dan penuh makna. Nama-nama tersebut bukan sekadar identitas, melainkan petunjuk tentang urutan lahir, jenis kelamin, bahkan status sosial dalam sistem kasta.

Mari kita telusuri lebih dalam urutan nama anak Bali dan filosofi di baliknya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Mengenal Kesenian Unik Masyarakat Bali dan Lombok

Sistem penamaan anak di Bali berdasarkan urutan kelahiran

Dalam tradisi Bali, nama seseorang mencerminkan banyak hal.

Menurut I Gustu Ayu Nila Sutrisna dalam Sistem Nama Diri Bahasa Bali pada Komunitas Penutur Bahasa Bali di Cakranegara Mataram (2015), salah satu yang paling khas adalah penamaan berdasarkan urutan kelahiran, yang membedakan anak pertama, kedua, ketiga, dan keempat secara eksplisit.

Sistem ini digunakan secara luas di berbagai kasta dan komunitas di Bali, meski variasi tertentu bisa muncul tergantung jenis kelamin dan latar belakang keluarga.

1. Wayan / Putu / Gede – Untuk Anak Pertama

Anak pertama di Bali diberi nama Wayan, yang berasal dari kata “wayah” yang berarti “tua”.

Variasi nama lain untuk anak pertama adalah:

Baca juga: Tradisi Pemakaman Ngaben di Bali

Menariknya, nama Putu juga bisa diberikan kepada perempuan maupun laki-laki. Jadi, saat kamu bertemu orang bernama I Putu Adi, kamu tahu bahwa ia adalah anak sulung dalam keluarganya.

2. Made / Nengah / Kadek – Untuk Anak Kedua

Nama Made berasal dari kata “madya” yang berarti tengah, menandai posisi anak kedua.

Variasi lainnya meliputi:

Nama-nama ini bisa digunakan oleh siapa saja, tanpa batasan gender. Di kasta non-Sudra (Brahmana, Ksatria, dan Waisya), biasanya lebih memilih Made dan Kade dibanding Nengah.

Baca juga: Mengenal Sistem Kasta dalam Hindu

3. Nyoman / Komang – Untuk Anak Ketiga

Nama Nyoman berasal dari kata “anom” yang berarti muda. Ada juga interpretasi menarik dari kata “nyeman”, yang berarti lebih tawar. Penamaan ini mengacu pada kulit pohon pisang yang digunakan dalam kuliner khas Bali, seperti jukut ares.

Variasi nama untuk anak ketiga lainnya adalah Komang. Nama Komang sering muncul dalam keluarga dari berbagai kasta.

Konsep di balik nama ini erat kaitannya dengan filosofi “tiga” dalam ajaran Hindu Bali, seperti Tri Hita Karana, Tri Datu, dan Tri Murti. Ini menunjukkan bahwa memiliki tiga anak dulunya dianggap cukup.

4. Ketut – Untuk Anak Keempat

Nama Ketut berasal dari kata “ketuut”, yang berarti “mengikuti” atau “membuntuti”.

Dulu, karena tiga anak dianggap cukup, maka anak keempat yang “ikut-ikutan lahir” dianggap perlu diberi penamaan baru. Maka lahirlah nama Ketut, yang hingga kini digunakan tanpa variasi.

Baik laki-laki maupun perempuan bisa diberi nama Ketut, dan tidak ada pembatasan dalam penggunaannya di semua kasta.

Baca juga: Pengaruh Islam di Bidang Sosial, Pudarnya Sistem Kasta

Apa yang terjadi jika jumlah anak lebih dari empat?

Nah, bagaimana jika sebuah keluarga memiliki lima anak atau lebih?

Menurut I Gede Bagus Wisnu Bayu Temaja dalam Sistem Penamaan Orang Bali (2017),urutan nama anak Bali tidak berhenti di Ketut saja, tapi akan diulang kembali ke urutan pertama.

Namun, agar tidak membingungkan, biasanya ditambahkan unsur pembeda. Berikut beberapa caranya:

1. Penambahan kata “Alit” (artinya kecil) pada nama tengah.

Contoh: I Putu Alit Dana (anak kelima), Ni Made Alit Restini (anak keenam).

2. Menggunakan angka dalam Bahasa Jawa Kuno sebagai nama tengah:

Panca (anak kelima), Sad (keenam), Sapta (ketujuh), Asta (kedelapan), dst.

Contoh: I Wayan Panca Putra.

3. Sapaan dengan tambahan “Balik” yang berarti kembali:

Putu Balik untuk anak kelima, Made Balik untuk anak keenam.

Penamaan ini tidak hanya memperlihatkan kreativitas masyarakat Bali, tapi juga mencerminkan filosofi dan struktur sosial yang dalam.

Baca juga: 3 Provinsi di Pulau Bali dan Nusa Tenggara

Sehingga, nama Bali berdasarkan urutan kelahiran seperti Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut bukan sekadar nama, melainkan bagian dari identitas budaya dan spiritual yang diwariskan secara turun-temurun.

Di tengah dunia modern, sistem penamaan ini masih terus dipertahankan oleh masyarakat Bali sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi