KOMPAS.com - Puisi kemerdekaan bukan sekadar rangkaian kata indah, tetapi wadah untuk menyampaikan rasa hormat kepada para pahlawan dan mengingatkan kita akan makna kemerdekaan.
Melalui 35 contoh puisi kemerdekaan berbagai versi mulai dari panjang hingga sederhana, pembaca diajak menelusuri kembali kisah perjuangan, pengorbanan, dan janji untuk menjaga Indonesia tetap merdeka.
Karya-karya ini cocok dibacakan pada upacara, lomba baca puisi, atau acara peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus.
Baca juga: 30 Contoh Puisi Kemerdekaan HUT ke-80 RI, Penuh Makna dan Inspiratif
Contoh puisi kemerdekaan versi panjang
1. Warisan di Bawah Merah PutihDi bawah merah putih yang berkibar
Aku berdiri, terdiam lama
Membayangkan wajah-wajah yang tak sempat tua
Mereka yang memilih pergi
Demi kita yang tinggal.
Di medan yang sunyi
Mereka memanggil nama Indonesia
Sekali, dua kali, lalu hilang
Tapi gaungnya sampai hari ini
Mengetuk dada kita.
Apa arti kemerdekaan
Jika kita lupa pada lelahnya mereka?
Apa arti bendera
Jika kita biarkan warnanya pudar?
Merdeka bukan hadiah
Ia adalah wasiat
Yang diwariskan dengan darah,
dengan air mata,
dengan napas terakhir.
Hari ini kita tertawa di jalan-jalan
Tanpa takut bayang-bayang senjata
Kita belajar, kita bercinta, kita bermimpi
Karena mereka pernah berkata:
“Lanjutkanlah hidupmu di negeri yang bebas ini.”
Dan aku berjanji
Mereka tidak akan kecewa
Selama merah putih ini
Masih berkibar di langit kita.
Baca juga: 10 Puisi 17 Agustus untuk Memeriahkan HUT ke-80 RI
2. Wasiat dari Tanah PerjuanganDi tanah ini,
jejak kaki para pejuang terkubur bersama doa.
Mereka tidak meminta dikenang dalam patung,
tidak meminta wajahnya terpampang di buku sejarah.
Mereka hanya ingin negeri ini tetap merdeka.
Di bawah hujan peluru,
mereka masih mendengar suara ibu memanggil,
mereka masih mengingat wangi sawah yang ditinggalkan,
namun mereka memilih bertahan di garis depan.
Hari ini, kita berdiri di jalan yang mereka buka
dengan darah dan keberanian.
Jangan biarkan jalan itu retak
oleh perpecahan atau lupa.
Baca juga: 10 Puisi Menyentuh untuk Hari Anak Nasional: Suara Hati, Harapan, dan Cinta Anak Indonesia
3. Ketika Proklamasi TibaPagi itu, matahari seakan lebih dekat,
menyaksikan dua suara membelah sejarah.
Kata-kata yang sederhana,
namun mengguncang dunia:
“Kami bangsa Indonesia… menyatakan kemerdekaan.”
Di luar sana,
ada yang menangis di pelukan,
ada yang berlari membawa kabar,
ada yang sujud syukur di tanah.
Hari itu kita lahir kembali,
bukan sebagai koloni,
tapi sebagai anak-anak tanah air
yang berhak menentukan masa depannya sendiri.
Ibu, jika surat ini tiba,
mungkin aku sudah tak akan pulang.
Jangan menangis,
sebab aku pergi bukan untuk meninggalkan,
tapi untuk memastikan cucumu
lahir di negeri yang bebas.
Bila kau melihat bendera itu,
anggaplah itu aku yang berdiri tegak,
meski tubuhku telah menjadi tanah.
Aku di sana,
di setiap kibarnya.
Baca juga: Memahami Puisi: Pengertian, Unsur, Analisis, dan Tips Menulis
5. Kemerdekaan yang Kita JagaKemerdekaan bukanlah perayaan semalam,
bukan pula sekadar lagu dan lomba.
Ia adalah napas panjang
yang harus dijaga setiap hari.
Ia hidup di peluh petani,
di semangat guru mengajar,
di kerja nelayan yang berangkat sebelum fajar.
Ia hidup ketika kita mau saling menjaga,
saling menguatkan,
dan tidak membiarkan bangsa ini goyah.
Kemerdekaan datang dari hening
yang dipecahkan oleh sorak kemenangan.
Dari malam panjang yang penuh sembunyi,
ke siang yang penuh cahaya.
Tapi cahaya itu tak akan lama
jika kita membiarkannya padam.
Kita harus menjadi penjaga lilin-lilin kecil
yang menyala di hati setiap anak negeri,
agar kemerdekaan tetap hidup
bukan hanya di buku sejarah,
tapi di setiap langkah kita.
Baca juga: Bagaimana Cara Memahami Makna Puisi? Ini Panduan Lengkapnya
7. Di Bawah Langit AgustusLangit Agustus tak pernah sama
sejak proklamasi dibacakan.
Ia membawa aroma kebebasan
dan gema janji untuk mempertahankannya.
Di bawah langit ini,
anak-anak bermain dengan bebas,
pemuda menulis mimpi di udara,
dan orang tua tersenyum lega
melihat tanah airnya berdiri tegak.
Aku berdiri di depan tugu pahlawan,
membaca nama-nama yang terukir di batu.
Aku tak mengenal mereka,
tapi mereka mengenal aku, sebagai generasi yang harus menjaga janji.
Janji untuk tidak membiarkan
bendera ini jatuh,
janji untuk menjaga negeri
sebagaimana mereka menjaganya dengan nyawa.
Baca juga: 10 Puisi Hari Pendidikan Nasional 2025 yang Menggugah Semangat Belajar
9. Di Balik Warna Merah PutihMerah itu darah yang tumpah
di pagi-pagi penuh jerit dan doa.
Putih itu tulang dan keringat
yang terbaring di tanah basah.
Bendera itu tidak dijahit oleh kain semata,
tapi oleh harapan yang tak pernah padam.
Ia berkibar bukan hanya karena angin,
tapi karena janji kita untuk menjaganya.
Setiap kali kau melihatnya,
ingatlah:
ada ribuan nyawa
yang menghembuskan napas terakhir
dengan mata menatap langit yang kini bebas.
Ada pahlawan yang gugur
sebelum anaknya lahir,
ada anak yang tumbuh
hanya dengan cerita tentang ayahnya.
Rindu mereka tak pernah bertemu,
hanya bertaut di bendera yang sama.
Di setiap tiang upacara,
ada air mata yang jatuh
bukan karena sedih,
tapi karena bangga
menjadi bagian dari janji kemerdekaan.
Baca juga: Langkah Menulis Puisi: Kenali Unsur dan Jenisnya
Contoh puisi kemerdekaan versi sederhana
1. Merah Putih di DadakuMerah di dadaku, putih di nadiku
Kau berkibar, memanggil rindu
Aku berdiri, aku berjanji
Indonesia, kaulah abadi.
Di tanah ini mereka rebah
Suara mereka tak lagi terdengar
Namun di detak jantung kita
Janji mereka tetap berdebar.
Tanah basah yang kupijak
Air sungai yang kulintas
Semua saksi
Indonesia yang bebas.
Di sehelai kain merah putih
Ada doa yang tak pernah habis
Ada darah yang tak ingin sia-sia
Ada janji untuk terus setia.
Bukan hanya tanggal di kalender
Bukan hanya lagu di bibir
Kemerdekaan adalah langkah
Yang kita ambil untuk negeri ini.
Baca juga: Macam-Macam Puisi Baru berdasarkan Bentuknya
6. Suara dari Masa LaluPahlawan memanggil dari tidur panjangnya
"Bangunlah, lanjutkan perjalananku"
Kita menjawab
Dengan kerja, bukan sekadar kata.
Di atas tanah ini
Kutulis namamu: Indonesia
Dengan tinta pengorbanan
Dan pena perjuangan.
Angin berbisik di telinga
"Merdeka!"
Bukan hanya suara
Tapi napas bangsa.
Bunga yang mekar di musim gugur
Itulah kemerdekaan
Mekar dari luka,
Tumbuh dari pengorbanan.
Kembang api hanya sehari
Tapi api kemerdekaan
Harus menyala
Sepanjang hidup kita.
Baca juga: Cuti Bersama 18 Agustus 2025, Rayakan Kemerdekaan Lebih Lama
11. Langkah di Jalan PanjangKemerdekaan adalah awal
Jalan panjang menanti
Mari kita melangkah
Tanpa ragu, tanpa henti.
Di tiap senyum anak-anaknya
Di tiap peluh petaninya
Kutemukan alasan
Untuk menjaga negeri ini.
17 Agustus
Matahari itu terbit lebih terang
Menyinari hati
Dengan janji kemerdekaan.
Tuhan, jaga negeri ini
Agar damai tak hanya kata
Tapi nyata di setiap jiwa.
Baca juga: Makna Kemerdekaan bagi Rakyat Indonesia
15. Dari Desa hingga KotaKemerdekaan itu menyapa
Dari sawah di desa
Hingga gedung di kota
Semua merasakan hangatnya.
Laut berdebur, angin menerpa
Tapi perahu perjuangan
Tak pernah karam.
Merdeka bukan hanya bendera
Ia adalah hati yang bebas
Dari takut dan benci.
Aku bersumpah
Tak akan membiarkan
Merah putih ini jatuh ke tanah.
Baca juga: Negara yang Memiliki Tanggal Kemerdekaan Sama seperti Indonesia
19. Rindu pada PahlawanAku tak mengenal namamu
Tapi rinduku padamu
Tak pernah padam.
Langkah kecilku hari ini
Akan jadi jejak besar
Untuk masa depan negeri.
Kemerdekaan itu cahaya
Yang menuntun kita
Dari gelap penjajahan.
Setiap hembus nafas
Adalah tanda
Indonesia masih berdiri.
Setelah hujan penjajahan
Pelangi kemerdekaan
Menghiasi langit kita.
Baca juga: Contoh Penerapan Makna Proklamasi Kemerdekaan di Lingkungan Masyarakat
24. Hujan Air MataHujan air mata para ibu
Mengalir menjadi sungai
Yang mengantar perahu kemerdekaan.
Kita semua tinggal
Di rumah besar bernama Indonesia
Mari menjaganya
Seperti rumah kita sendiri.