KOMPAS.com - Setiap tahun, masyarakat Jawa dan beberapa daerah di Indonesia mengenal sebuah tradisi unik bernama Rabu Wekasan. Banyak yang penasaran, apa itu Rabu Wekasan?
Rabu Wekasan 2025 jatuh pada 20 Agustus, diperingati dengan doa dan ritual tolak bala untuk memohon keselamatan serta melestarikan tradisi.
Pertanyaan yang sering muncul adalah: Rabu Wekasan 2025 jatuh pada tanggal berapa? Berdasarkan Kalender Hijriah Indonesia 2025 terbitan Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama RI, Rabu Wekasan 2025 jatuh pada 20 Agustus 2025, bertepatan dengan 29 Safar 1447 H.
Tradisi ini telah berlangsung ratusan tahun, menjadi perpaduan antara nilai agama Islam dan budaya Jawa. Meski dipandang berbeda oleh setiap kalangan, tujuan tradisi Rebo Wekasan tetap sama, yaitu memohon perlindungan kepada Allah SWT agar terhindar dari bencana.
Baca juga: Doa Naik Kendaraan dan Anjuran Sholat Safar
Apa itu Rabu Wekasan?
Menurut Laili Mubarok, dkk dalam Tradisi Lokal dan Agama (Studi atas Pemaknaan Tradisi Reb Wekasan di Desa Panyuran, Palang, Tuban, Jawa Timur (2024), secara bahasa, kata “Rebo” berarti Rabu, sedangkan “Wekasan” berarti pungkasan atau akhir.
Dengan demikian, Rabu Wekasan adalah hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam penanggalan Islam.
Tradisi ini diyakini masyarakat sebagai hari turunnya bala atau musibah. Karena itu, mereka melakukan amalan khusus seperti shalat sunnah tolak bala, doa bersama, membaca surat Yasin, hingga membuat Air Salamun.
Tradisi ini masih kuat dipraktikkan di Desa Panyuran, Tuban, Jawa Timur. Rebo Wekasan menjadi peristiwa penting karena mempertemukan Islam dan kebudayaan Jawa dalam bentuk yang harmonis.
Bahkan jika ditinjau dari bahasa Arab, istilah “Rebo Wekasan” berasal dari kata Arba’a (Rabu) dan Hasanun (bagus), yang artinya hari Rabu terakhir bulan Safar sebaiknya digunakan untuk melakukan amal-amal baik.
Baca juga: 19 Agustus 2025 Memperingati Apa? Inilah Deretan Hari Besarnya!
Latar belakang tradisi Rebo Wekasan
Latar belakang tradisi Rebo Wekasan erat kaitannya dengan pendapat ulama klasik.
Menurut Ahmad Nurozi dalam Rebo Wekasan dalam Ranah Sosial Keagamaan di Kabupaten Tegal Jawa Tengah (Analisis terhadap Ritual Rebo Wekasan di Desa Sintanjung Lebaksiu) (2016), dalam kitab Kanzun Najah wa-Surur fi Fadhail al-Azminah wa-Shuhur karya Abdul Hamid Quds disebutkan bahwa pada Rabu terakhir bulan Safar setiap tahun, Allah menurunkan 320.000 bala bencana ke bumi.
Karena itu, sebagian masyarakat Muslim merasa perlu melakukan amalan-amalan khusus agar selamat dari marabahaya.
Salah satunya adalah shalat sunnah empat rakaat dengan bacaan khusus: setelah Al-Fatihah membaca surat Al-Kautsar 17 kali, surat Al-Ikhlas 5 kali, surat Al-Falaq 1 kali, dan surat An-Naas 1 kali. Setelah salam, dilanjutkan dengan doa tolak bala.
Meski demikian, tradisi ini tidak lepas dari pro dan kontra. Ada yang menilainya sebagai bentuk bid’ah, takhayul, bahkan syirik.
Namun, ada juga yang menganggapnya sebatas tradisi leluhur bernuansa Islami yang harus dilestarikan, tentunya dengan menyaring unsur mistis di dalamnya.
Baca juga: Tanggal 18 Agustus Memperingati Hari Apa? Ini 5 Peringatan Pentingnya
Tujuan tradisi Rebo Wekasan
Di balik kontroversi yang menyelimuti, tujuan tradisi Rebo Wekasan cukup jelas, yaitu:
- Menolak bala yang diyakini turun di hari Rabu terakhir bulan Safar.
- Mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT.
- Meningkatkan keimanan dengan memperbanyak ibadah.
- Menguatkan silaturahmi antarwarga melalui selamatan dan doa bersama.
Dengan kata lain, tradisi ini tidak hanya bermakna spiritual, tetapi juga sosial karena mempererat ikatan antarwarga dalam bingkai gotong royong.
Tradisi masyarakat Indonesia menyambut Rabu Wekasan
Dilansir dari Umma Farida dalam jurnnal Rebo Wekasan Menurut Perspektif KH. Abdul Hamid dalam Kanz Al-Najah Wa Al-Surur (2019), berikut adalah tradisi Rebo Wekasan yang berlangsung di berbagai daerah di Indonesia:
Kudus, Jawa TengahMasyarakat melaksanakan shalat sunnah tolak bala, membaca surat Yasin sebanyak 313 kali pada ayat “Salāmun qaulan min rabb al-raḥīm”, kemudian membuat Air Salamun yang ditulis dari tujuh ayat Al-Qur’an yang diawali dengan kata Salamun.
Air ini dipercaya membawa keselamatan jika diminum. Di Desa Jepang, Kudus, Air Salamun sering diambil dari Sumur Masjid Wali Al-Makmur yang diyakini peninggalan Sunan Kudus. Pembagian Air Salamun biasanya diiringi Kirab budaya sepanjang 5 km.
Garut, Jawa BaratMasyarakat melakukan shalat sunnah tolak bala dua rakaat dengan bacaan khusus, lalu doa bersama dan shalawat.
Tegal, Jawa TengahRitualnya berupa pengajian akbar, pembacaan Al-Qur’an, Barzanji, dan tahlilan. Di Desa Lebaksiu, tradisi ini ditambah ziarah ke petilasan Mbah Panggung dengan membawa sesajen sebagai simbol tolak bala.
Baca juga: Pacu Jalur, Tradisi Kuantan Singingi yang Viral dan Go Internasional
Wonokromo, YogyakartaRebo Wekasan diperingati dengan doa bersama di masjid, diiringi pasar malam sejak seminggu sebelumnya.
Tradisi ini sekaligus mengenang pertemuan antara Sultan Hamengku Buwono I dengan Kyai Faqih Usman, seorang penyebar Islam yang diyakini mampu menyembuhkan penyakit.
Daerah lainnyaBanyak masyarakat mengadakan selamatan dengan membagikan nasi atau makanan lain sebagai bentuk sedekah dan doa bersama agar terhindar dari bencana.
Tradisi yang beragam ini menunjukkan bahwa meski tujuannya sama, bentuk pelaksanaannya menyesuaikan budaya lokal masyarakat masing-masing.
Apa saja larangan Rebo Wekasan?
Selain amalan, ada pula larangan Rebo Wekasan yang dipercayai sebagian masyarakat Jawa. Larangan tersebut antara lain:
- Tidak menikah pada hari ini karena dianggap membawa kesialan.
- Tidak bepergian jauh agar terhindar dari kecelakaan.
- Tidak melakukan pekerjaan berbahaya, seperti memanjat atau menggunakan benda tajam.
- Tidak mengadakan pesta atau perayaan besar.
- Tidak memulai usaha baru karena diyakini akan berakhir dengan kegagalan.
Baca juga: Apa Itu Hari Tasyrik? Ini Tanggal, Larangan, dan Keutamaannya
Larangan ini bukan kewajiban agama, melainkan bentuk kehati-hatian masyarakat yang masih memegang teguh tradisi leluhur.
Makna tradisi Rebo Wekasan
Menurut Maya Widyaningsih dan Yusuf Falaq dalam jurnal Rebo Wekasan: Eksplorasi Tradisi dan Nilai Budaya di Masyarakat Desa Jepang - Kudus (2025), lebih dari sekadar ritual, makna tradisi Rebo Wekasan sangat mendalam:
- Makna spiritual: memperkuat ikatan manusia dengan Allah SWT, terutama lewat shalat, doa, dan khataman Al-Qur’an.
- Makna sosial: mempererat silaturahmi, gotong royong, serta solidaritas warga.
- Makna budaya: menjadi identitas masyarakat Jawa yang menjaga warisan leluhur.
- Makna simbolis: lewat Air Salamun yang melambangkan kesucian, kedamaian, kesehatan, dan perlindungan dari bala.
Tradisi ini bukan hanya upaya menolak bala, tetapi juga sarana untuk memperkuat spiritualitas, solidaritas, dan pelestarian budaya.
Baca juga: Tradisi Malam 1 Suro 2025, Peringatan Sakral dan Warisan Budaya Jawa
Dengan sejarah panjang, amalan khusus, dan beragam bentuk pelaksanaannya di berbagai daerah, Rabu Wekasan 2025 menjadi momen yang dinantikan sekaligus diperdebatkan.
Pertanyaan “Rabu Wekasan 2025 jatuh pada tanggal berapa?” sudah terjawab, yaitu 20 Agustus 2025.
Kini, tinggal bagaimana kita menyikapinya: sebagai tradisi leluhur yang sarat makna spiritual dan sosial, atau sekadar ritual budaya yang dipertahankan untuk menjaga kebersamaan.
Apa pun pandangan kita, tujuan tradisi Rebo Wekasan tetap sama: doa agar umat manusia selalu dilindungi Allah SWT dari segala marabahaya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.