KOMPAS.com – Selama ini, guru dikenal sebagai sosok penting yang mendidik dan membimbing murid, baik di sekolah maupun di luar kelas. Kata “guru” biasanya dipahami sebatas sebutan sederhana bagi profesi pendidik.
Namun, dalam kearifan budaya Jawa, istilah guru ternyata memiliki makna yang jauh lebih mendalam. Tidak banyak yang tahu bahwa kata ini juga memiliki kepanjangan dengan pesan filosofis di baliknya.
Lalu, apa sebenarnya kepanjangan dari kata guru dan makna yang terkandung di dalamnya? Simak penjelasan berikut:
Baca juga: Kunci Kawaban Post Test PPA Umum 2 Pembelajaran Mendalam dan Asesmen PPG Guru 2025
Guru, akronim dari digugu lan ditiru
Dalam budaya Jawa, kata guru bukan sekadar sebutan bagi pendidik. Istilah ini dipahami sebagai akronim dari ungkapan digugu lan ditiru, yang berarti dipercaya dan dicontoh.
Ungkapan ini memuat filosofi mendalam tentang peran seorang guru. Guru bukan hanya penyampai ilmu pengetahuan, melainkan juga teladan yang harus dipercaya, diikuti, dan dijadikan contoh oleh murid-muridnya.
Filosofi digugu lan ditiru menggarisbawahi dua tanggung jawab utama guru: membimbing dengan ilmu serta menanamkan nilai-nilai kehidupan melalui sikap, etika, dan keteladanan.
Prinsip ini tetap relevan hingga kini, terutama di era pendidikan abad ke-21, ketika guru dituntut tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga mampu membentuk karakter dan kepribadian generasi penerus bangsa.
"Digugu" (dipercaya): pilar keilmuan dan kewibawaan
Pilar pertama dari filosofi digugu lan ditiru adalah "digugu", yang berarti dipercaya atau ditaati. Makna ini menuntut seorang guru untuk memiliki seperangkat ilmu pengetahuan yang memadai dan wawasan yang luas.
Perkataan guru harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan menjadi sumber informasi yang dapat dipercaya oleh murid-muridnya.
Kepercayaan ini bukan lahir secara instan, melainkan terbangun dari kompetensi, profesionalisme, dan integritas seorang guru dalam menyampaikan materi ajar.
Guru yang digugu adalah sosok yang memiliki kharisma dan wibawa, yang mampu menjadi penerang di tengah kegelapan pikiran siswa.
Wibawa ini tidak diciptakan melalui paksaan atau kekuasaan, melainkan melalui kedalaman ilmu dan kejujuran dalam berinteraksi.
Murid-murid akan menaati perkataan guru karena mereka meyakini bahwa apa yang disampaikan adalah benar dan bermanfaat.
Hal tersebut juga berarti guru harus terus belajar dan mengembangkan kapabilitas diri untuk menjawab tantangan zaman yang terus berubah.
Tanpa landasan keilmuan yang kuat, kepercayaan siswa akan luntur, dan peran guru akan kehilangan maknanya.
Baca juga: BSU Guru Honorer 2025 Cair! Cek BSU dan Syarat Penerima di Info GTK
"Ditiru" (dicontoh): teladan moral dan karakter
Pilar kedua, dan mungkin yang terpenting, adalah ditiru, yang berarti diikuti atau diteladani. Makna ini menekankan bahwa seorang guru adalah sosok yang memiliki moralitas, integritas, dan kepribadian yang utuh.
Segala tingkah laku, sikap, dan budi pekertinya harus menjadi contoh yang patut diikuti oleh peserta didik dan masyarakat.
Ini menjadikan guru sebagai "kurikulum hidup" (the living curriculum) yang memberikan pelajaran moral dan etika melalui tindakan nyata sehari-hari.
Prinsip ditiru mengajarkan bahwa nasihat yang tidak dibarengi dengan keteladanan akan menjadi sia-sia. Seperti pepatah "membawa garam ke laut untuk mengasinkan laut," kata-kata guru akan kehilangan bobotnya jika tidak tercermin dalam perbuatannya.
Seorang guru yang mengajarkan kejujuran, misalnya, harus menunjukkan sikap jujur dalam setiap tindakan, baik di dalam maupun di luar kelas. Demikian pula, seorang guru yang ingin muridnya disiplin harus terlebih dahulu datang tepat waktu dan mematuhi aturan.
Keteladanan guru memiliki pengaruh yang sangat besar pada kejiwaan siswa dan menjadi pondasi dalam pembentukan karakter.
Oleh karena itu, guru yang baik tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik jiwa dan watak siswa, memastikan bahwa nilai-nilai luhur tertanam dalam diri mereka dan tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak mulia.
Relevansi di abad ke-21
Di abad ke-21 yang serba digital dan penuh tantangan ini, prinsip digugu lan ditiru menjadi semakin relevan. Dengan derasnya arus informasi yang tidak terfilter, guru yang digugu dapat menjadi filter tepercaya bagi siswa untuk membedakan antara fakta dan hoaks.
Sementara itu, di tengah tantangan demoralisasi, guru yang ditiru dapat menjadi benteng moral yang kuat.
Guru yang menerapkan filosofi ini akan mampu mencetak generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh secara karakter, memiliki jiwa kepemimpinan, dan menjadi individu yang berakhlak mulia.
Oleh karena itu, upaya meningkatkan kualitas guru harus kembali pada esensi ini, yaitu dengan menumbuhkan guru yang digugu lan ditiru.
Definisi guru, tugas dan peran
Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Lebih dari sekadar pengajar, guru juga berperan sebagai pembimbing, pengembang, dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam mencapai tujuan pendidikan.
Dengan demikian, guru merupakan komponen terpenting yang bertanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengoptimalan berbagai potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Tugas guruTugas guru profesional sangatlah penting dan tidak dapat dipisahkan dari fungsi serta perannya. Tugas ini diklasifikasikan ke dalam tiga bidang utama:
- Tugas di bidang keprofesian guru memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, dan melatih.
- Mendidik atau menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik.
- Mengajar yakni mentransfer ilmu pengetahuan dan wawasan kepada peserta didik.
- Melatih yang dimaksud adalah mengembangkan keterampilan dan potensi diri peserta didik.
- Tugas di bidang kemanusiaan, yakni dalam lingkup sekolah, guru berperan sebagai orang tua kedua, menjadi teladan, dan menjalin kedekatan dengan peserta didik. Guru juga bertugas menjembatani peserta didik untuk menerapkan prinsip-prinsip kemanusiaan.
- Tugas di bidang kemasyarakatan guru diharapkan dapat memberikan ilmu dan teladan dalam bersikap di masyarakat. Secara luas, guru juga bertugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Baca juga: Kode Etik PPG Guru 2025: Panduan Profesionalisme Calon Pendidik
Peran guruPeran guru dalam pembelajaran sangat signifikan dan menentukan keberhasilan pendidikan. Guru tidak lagi hanya berfungsi sebagai pendidik dan pengajar yang dominan di depan kelas, melainkan dituntut untuk mengadopsi peran-peran baru yang lebih modern dan berorientasi pada siswa.
Berikut adalah berbagai peran penting yang dimiliki seorang guru dalam proses pendidikan:
- Guru sebagai pendidik adalah menjadi teladan bagi murid dalam sikap, tanggung jawab, kedisiplinan, dan wibawa.
- Guru sebagai pengajar berperan menyampaikan ilmu dengan jelas dan membantu siswa memahami materi, serta terampil dalam komunikasi dan pemecahan masalah.
- Guru sebagai sumber belajar harus menguasai materi pelajaran dan harus mampu menjawab pertanyaan siswa dengan bahasa yang mudah dipahami.
- Guru sebagai fasilitator Peran ini berarti guru tidak hanya menyediakan sarana fisik, tetapi juga memfasilitasi mental siswa dalam belajar. Guru harus menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa untuk bertanya, berdiskusi, dan menemukan kesimpulan sendiri. Sebagai fasilitator, guru juga harus terbuka terhadap ide-ide siswa, menghargai setiap pencapaian, dan menjadi pembantu dalam pengalaman belajar.
- Guru sebagai pembimbing berperan dalam menuntun perjalanan belajar siswa, baik dari segi intelektual, emosional, moral, maupun spiritual.
- Guru sebagai demonstrator memiliki peran yakni memberikan contoh sikap positif yang dapat diteladani siswa.
- Guru sebagai pengelola kelas memiliki peran untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, nyaman, dan terkendali.
- Guru sebagai penasehat diharapkan dapat membantu siswa dalam mengambil keputusan serta menjadi tempat kepercayaan bagi siswa maupun orang tua.
- Guru sebagai inovator dituntut untuk dapat menerjemahkan pengalaman dan pengetahuan agar relevan dengan kebutuhan zaman.
- Guru sebagai motivator berperan dalam menumbuhkan dan membangkitkan gairah dan semangat belajar siswa yang dapat diberikan melalui kata-kata penyemangat, pujian, atau tugas-tugas yang menantang rasa ingin tahu mereka.
- Guru sebagai pelatih memiliki peran yakni melatih keterampilan siswa, baik intelektual maupun motorik.
- Guru sebagai evaluator memiliki peran untuk melakukan penilaian atas hasil belajar siswa dan memberikan umpan balik untuk meningkatkan pembelajaran.
Baca juga: Cara Cek Insentif Guru Honorer 2025: Jadwal, Syarat, dan Panduannya
Referensi:
- Adib, M. A. (2022). Aktualisasi Prinsip “Digugu Lan Ditiru” Dalam Pengembangan Kualitas Guru Pai Di Abad-21. Jurnal Hurriah: Jurnal Evaluasi Pendidikan Dan Penelitian, 3.
- Arsini, Y., Yoana, L., & Prastami, Y. (2023). Peranan Guru Sebagai Model Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik. Jurnal Mudabbir (Journal Research and Education Studies).
- Munawir, Salsabila, Z. P., & Nisa’, N. R. (2022). Tugas, Fungsi dan Peran Guru Profesional. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 7(1), 8–12. Nurzannah, S. (2022). Peran Guru Dalam Pembelajaran. ALACRITY : Journal Of Education, 2(3).