Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kalender yang Pernah digunakan di Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
canva.com
Ilustrasi kalender Agustus 2025. 18 Agustus 2025 cuti bersama. 18 Agustus 2025 libur cuti bersama.
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com – Tahukah kamu, sebelum kalender Masehi digunakan secara resmi, Indonesia ternyata pernah memakai sistem penanggalan yang berbeda?

Kalender ini tidak hanya berfungsi sebagai penanda hari, tetapi juga menjadi acuan dalam mengatur tradisi, kegiatan sehari-hari, hingga kebijakan politik pada masanya.

Sayangnya, kisah tentang peralihan kalender ini jarang dibicarakan, sehingga banyak orang tidak sadar bahwa Indonesia pernah melewati momen penting dalam sejarah penanggalan.

Inilah kalender yang pernah digunakan Indonesia sebelum kalender masehi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Kalender September 2025: Jadwal Libur Nasional Maulid Nabi Muhammad SAW

Kalender yang digunakan Indonesia

Berikut beberapa kalender yang pernah digunakan di Indonesia: 

Kalender Jawa

Kalender Jawa adalah sistem penanggalan tradisional yang lahir pada masa Sultan Agung Mataram (1613–1645) dan dikenal sebagai Kalender Sultan Agungan. 

Kalender jawa tidak hadir secara orisonal namun hasil perpaduan antara kalender Islam, kalender Saka dari tradisi Hindu, serta sedikit pengaruh kalender Julian.

Ciri khas kalender ini terletak pada dua siklus pekan yang berjalan bersamaan. Pertama, siklus tujuh hari seperti kalender Masehi (Ahad–Sabtu), dan kedua, siklus pancawara berisi lima hari pasaran (Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon).

Perpaduan siklus tersebut menjadi dasar dalam menentukan hari baik atau waktu penting dalam tradisi Jawa.

Nama bulan dalam kalender Jawa sebagian besar mengacu pada bulan Islam, tetapi dengan istilah Jawa, misalnya Sura (Muharram), Sapar (Safar), dan Mulud (Rabiul Awal).

Tahun dalam kalender ini berbasis peredaran bulan, berbeda dengan kalender Masehi yang berbasis matahari.

Meski zaman modern lebih mengandalkan kalender Masehi, kalender Jawa tetap dipertahankan sebagai warisan budaya yang bernilai tinggi.

Ia bukan sekadar penanggalan, tetapi juga simbol harmoni antara agama, tradisi, dan alam yang masih dijaga hingga sekarang.

Baca juga: Tanggal 18 Agustus 2025 Resmi Libur Nasional, Ini Kalender Lengkapnya 

Kalender Sunda

Kalender Sunda meruppakan sistem penanggalan tradisional yang digunakan oleh masyarakat Sunda.

Kalender Sunda memiliki dua jenis yaitu Kala Surya Saka Sunda yang mengacu pada amatahari sedangkan Kala andra Caka Sunda mengacu pada bulan.

Kalender Sunda dikenal dengan sistemnya yang menggunakan pembagian bulan dan hari berbasis pola yang berulang.

Pada kalender Sunda tidak ada perbedaan signifikan dengan kalender masehi karena sama dalam jumlah bulan, minggu, dan hari hanya penamaannya saja yang berbeda.

Awal tahun pada kalender Sunda dimulai dengan Kartika dan bulan terakhir atau bulan ke -12 diakhiri dengan Asuji.  

Kalender ini lahir sejak zaman dahulu sekitar 1000 tahun yang lalu yang ditandai dengan penemuan prasasti Sang Hyang tapak. 

Baca juga: Kalender Agustus 2025: Tanggal Merah dan Hari Libur 

Kalender Hijriah

Kalender hijriah dibuat pada abad ke-7 oleh umat islam yang dipoppulerkan oleh Umar bin Khattab.

Pembuatan kalender ini dilatarbelakangi atas permasalahan surat menyurat pada era pemerintahan islam Khulafayur Rasyidin karena kesulitan untuk mengidentifikasi dokumen yang tidak memiliki tahun. 

Kalender Hijriah adalah sistem penanggalan umat Islam yang berbasis pada siklus bulan (kalender lunar).

Perhitungannya dimulai dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.

Satu tahun Hijriah terdiri dari 12 bulan dengan total sekitar 354 hari, lebih pendek 10–12 hari dari kalender Masehi. Awal bulan ditentukan melalui pengamatan hilal (bulan sabit). Jika hilal tidak terlihat pada hari ke-29, maka bulan disempurnakan menjadi 30 hari.

Dalam kalender ini juga ada tahun kabisat dengan 355 hari, yang terjadi 11 kali dalam siklus 30 tahun.

Kalender Hijriah berperan penting bagi umat Islam untuk menetapkan waktu ibadah, seperti awal Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, dan pelaksanaan haji. Karena berbasis bulan, tanggal-tanggal tersebut bergeser 10–12 hari lebih awal setiap tahunnya dibandingkan kalender Masehi.

Baca juga: Kalender Agustus 2025: 17 Agustus Jatuh pada Hari Minggu

Kalender Saka

Kalender Saka di Indonesia merupakan sistem penanggalan yang berasal dari India, dibawa melalui penyebaran agama Hindu yang ada sejak abad ke-4 Masehi. Kalender ini bersifat luni-solar, yakni menggabungkan perhitungan bulan dan matahari.

Perhitungan Tahun Saka sendiri dimulai dari tahun 78 Masehi, dan sejak awal telah dipakai oleh kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Nusantara, terutama di Jawa, Sumatera, dan Bali.

Di wilayah Nusantara, kalender Saka dikenal dengan beberapa sebutan lokal, seperti “Soko” di Jawa dan “Caka” di Bali.

Pada masa peralihan ke era Islam di Jawa, sistem ini kemudian dipadukan dengan kalender Hijriah hingga lahirlah kalender Jawa Islam yang disusun Sultan Agung.

Khusus di Bali, kalender Saka menjadi dasar penentuan hari-hari suci dan upacara Hindu. Meski telah mengalami beberapa penyesuaian budaya, fungsinya tetap sentral dalam berbagai perayaan adat dan ritual keagamaan.

Secara historis, kalender ini diangkat sebagai kalender resmi oleh Raja Kaniska I dari Dinasti Kushana pada tahun 79 Masehi.

Langkah tersebut menandai dimulainya era baru yang melambangkan persatuan dan toleransi berbagai suku di India, pengaruh yang kemudian juga sampai ke kepulauan Nusantara.

Baca juga: Kalender Jawa Juni 2025: 1 Suro Jatuh pada Jumat Kliwon 

Pergantian menggunakan kalender masehi

Kalender masehi atau yang disebut dengan Gregorian merupakan penanggalan yang berbasis peredaran bumi mengelilingi matahari selama lebih kurang 362 hari, sehingga kalender ini cukup akurat mengikuti musim. 

Kalender masehi dijadikan kalender berstandar internasional sejak abad ke-16. Namun, di Indonesia sendiri kalender masehi resmi digunakan pada tahun 1910 oleh pemerintah kolonial Belanda menggantikan penggunaan kalender Jawa, Sunda, dan Saka.

Kalender masehi mulai digunakan secara luas karena dianggap memudahkan dalam komunikasi perdagangan dan kerjasama global.

Kalender ini lahir di Romawi sehingga penamaan bulannya menggunakan nama dari dewa bangsa Romawi, seperti Junius, Februarius, Martius, dan masih banyak lagi. 

 

Referensi:

  • Riza, M. H., & Izzuddin, A. (2020). Pembaruan kalender masehi Delambre dan implikasinya terhadap jadwal waktu Salat. Ulul Albab: Jurnal Studi Dan Penelitian Hukum Islam, 3(2), 163-184.
  • Husna, A. H. (2022). Unifikasi Kalender Hijriah Nasional Menurut Perspektif Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Al-Afaq: Jurnal Ilmu Falak Dan Astronomi, 4(1), 1-19.
  • Ulva, I., & Istianah, U. (2024). Mengenal Istilah Bulan Dalam Kalender Jawa Pada Kehidupan Masyarakat Jawa: Kajian Etnolinguistik. Realisasi: Ilmu Pendidikan, Seni Rupa Dan Desain, 1(3), 178-186.
  • Holis, E. N. B., & Madawistama, S. T. (2024). Pola Simetri dan Hari Baik dalam Kalender Sunda: Kajian Matematika dan Filosofi. Jurnal Kongruen, 3(4), 347-350.
  • Supriyanto, M. A. Transformasi kalender Saka (Sūryasiddhānta) menuju kalender Gregorian di Jawa dan Asia Tenggara.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi