KOMPAS.com – Kenapa bulan Februari hanya memiliki 28 hari, sementara bulan-bulan lain berjumlah 30 hingga 31 hari?
Pertanyaan ini kerap muncul setiap kali kalender berganti tahun. Fenomena unik tersebut ternyata bukan kebetulan, melainkan hasil dari sejarah panjang penanggalan yang dipengaruhi politik, budaya, hingga kekuasaan para kaisar Romawi.
Sistem kalender yang kita gunakan sekarang lahir dari proses perbaikan kalender kuno yang penuh perhitungan astronomi dan kepentingan politik.
Februari, yang awalnya bukan bulan dengan status istimewa, justru menjadi bulan dengan jumlah hari paling sedikit.
Baca juga: 21 Februari, Hari Bahasa Ibu Internasional
Bahkan, dalam tahun kabisat sekalipun, Februari hanya mendapat tambahan satu hari. Lalu, apa sejarah dibalik 28 hari bulan februari?
Alasan Februari hanya 28 hari
Februari menjadi bulan terpendek karena pengaruh tradisi Romawi kuno. Saat kalender Romawi diperbaiki Raja Numa Pompilius, bulan baru ditambahkan agar genap menjadi 12.
Namun karena angka genap dianggap sial, bulan diatur bergantian 29 dan 31 hari, sementara Februari yang ditempatkan di akhir tahun hanya mendapat 28 hari.
Bulan ini juga erat dengan ritual pemurnian dan penghormatan arwah, sesuai asal namanya dari kata Latin februum.
Reformasi berikutnya, baik pada masa Julius Caesar maupun Kaisar Augustus, tidak mengubah posisi Februari sebagai bulan terpendek, hanya menambahkan satu hari ekstra pada tahun kabisat.
Baca juga: Fenomena Langka! 7 Planet Sejajar di Langit pada 28 Februari 2025
Perjalanan kalender Romawi ke Modern
Sebelum ada kalender modern, Romawi menggunakan sistem sederhana dengan sepuluh bulan dan sekitar 304 hari.
Perubahan besar datang pada 46 SM ketika Julius Caesar, dibantu astronom Mesir Sosigenes, memperkenalkan kalender Julian berbasis matahari dengan 365 hari plus tahun kabisat, serta menetapkan 1 Januari sebagai awal tahun.
Kalender ini dipakai lebih dari 1.500 tahun hingga akhirnya disempurnakan menjadi kalender Gregorian pada abad ke-16, yang masih digunakan di seluruh dunia hingga sekarang.
Kalender Gregorian
Kalender Gregorian diperkenalkan Paus Gregorius XIII pada 1582 untuk menggantikan kalender Julian yang kurang akurat.
Masalah utama kalender Julian ada pada aturan tahun kabisat yang selalu ditetapkan tiap empat tahun sekali, membuat perhitungannya lebih panjang sekitar 11 menit per tahun dibanding tahun matahari sebenarnya.
Akibatnya, musim perlahan bergeser misalnya titik ekuinoks musim semi yang seharusnya 21 Maret, pada abad ke-16 sudah maju hingga 11 Maret.
Reformasi Gregorian memperbaiki hal itu dengan aturan baru, yakni tahun kabisat tetap setiap empat tahun, tetapi dikecualikan bagi tahun yang habis dibagi 100 kecuali juga habis dibagi 400. Dengan sistem ini, panjang rata-rata tahun menjadi 365,2425 hari, hampir sama dengan tahun matahari.
Baca juga: Mengapa Ada Tahun Kabisat? Ini Penyababnya!
Tahun kabisat
Tahun kabisat adalah tahun dengan jumlah hari 366, satu hari lebih banyak dari tahun biasa. Penambahan hari ini dilakukan untuk menyesuaikan kalender dengan lama peredaran bumi mengelilingi matahari yang sebenarnya sekitar 365,24 hari.
Dalam kalender Gregorian, aturan tahun kabisat ditetapkan dengan setiap tahun yang habis dibagi 4 adalah kabisat, kecuali jika habis dibagi 100, maka bukan kabisat, kecuali juga habis dibagi 400.
Tahun kabisat harus dibagi 4 karena alasan ilmiah yang berkaitan dengan waktu sebenarnya yang dibutuhkan bumi untuk mengelilingi matahari.
Agar kalender tetap sinkron dengan peredaran bumi mengelilingi matahari dan tidak terjadi pergeseran musim, maka setiap empat tahun sekali ditambahkan satu hari ekstra atau hari kabisat.
Contohnya, tahun 2000 dan 2024 termasuk tahun kabisat, sementara tahun 1900 tidak. Tambahan satu hari tersebut diberikan pada bulan Februari, sehingga bulan ini memiliki 29 hari pada tahun kabisat.
Sistem ini pertama kali diperkenalkan melalui kalender Julian oleh Julius Caesar, kemudian disempurnakan oleh Paus Gregorius XIII pada 1582 agar kalender lebih akurat mengikuti peredaran bumi dan pergeseran musim.
Baca juga: Perbedaan Kalender Tahun Kabisat dan Tahun Masehi
Jadi, sejarah Februari yang hanya memiliki 28 hari ternyata bukan sekadar keputusan praktis, melainkan hasil dari perjalanan panjang penanggalan sejak masa Romawi.
Mulai dari tradisi angka ganjil-genap, kepentingan politik para kaisar, hingga penyesuaian astronomi dalam kalender Julian dan Gregorian, semuanya berperan membentuk kalender modern yang kita gunakan sekarang.
Referensi:
- Farah, L. A., Saifulloh, M., & Roesuldi, J. (2022). Studi Komparasi Sejarah dan Aturan Kalender Tahun Masehi: Julian dan Gregorian. AL-AFAQ: Jurnal Ilmu Falak dan Astronomi, 4(1), 65-77.
- Sari, I. P., & Qulub, S. T. (2022). Analisa Pergeseran Kalender Gregorian Menjadi Kalender Dunia. AL-AFAQ: Jurnal Ilmu Falak Dan Astronomi, 4(1), 20-31.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.