KOMPAS.com - Indonesia bukan hanya dikenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya, tetapi juga sebagai rumah bagi berbagai primata endemik Indonesia yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.
Primata-primata ini memiliki peran besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Sayangnya, sebagian besar dari mereka kini terancam punah akibat perburuan dan kerusakan habitat.
Tujuh primata endemik Indonesia adalah bekantan, owa jawa, simakobu, orangutan, siamang, tarsius, dan kukang.
Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai 7 primata endemik Indonesia yang perlu kita kenali dan jaga kelestariannya.
Baca juga: Apa yang Dimaksud dengan Hewan Primata? Ini Ciri-Ciri dan Contohnya
1. Bekantan (Nasalis larvatus)
Bekantan terkenal dengan ciri hidung panjang yang khas pada pejantan dewasa.
Hidung tersebut berfungsi sebagai resonator suara untuk menarik perhatian betina dan menunjukkan dominasi.
Satwa ini hanya bisa ditemukan di hutan rawa, mangrove, dan sepanjang tepian sungai Kalimantan.
- Habitat: Hutan mangrove, rawa, dan tepian sungai Kalimantan.
- Ciri khas: Hidung panjang pada jantan, perut buncit karena pencernaan khusus untuk daun dan buah.
- Status konservasi: Endangered (IUCN).
- Ancaman: Deforestasi akibat perkebunan sawit, penebangan hutan, serta perburuan.
2. Owa Jawa (Hylobates moloch)
Owa jawa adalah jenis primata endemik Indonesia yang hidup di hutan pegunungan Jawa bagian barat.
Dengan bulu abu-abu keperakan dan suara melodi nyaring, owa sering dijuluki “penyanyi hutan.”
Baca juga: Bekantan, Primata Endemik Kalimantan dengan Hidung Besar yang Unik
Menurut Budi Prasetyo dan Santi Amelia dalam Deskripsi Tingkah Laku Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert) di Taman Margasatwa Ragunan (2013), mereka hidup berpasangan monogami bersama anak-anaknya dan dikenal sebagai penyebar biji alami yang menjaga regenerasi hutan.
- Habitat: Hutan tropis dan hutan pegunungan Jawa Barat.
- Ciri khas: Bulu abu-abu, wajah hitam, suara duet melodi yang khas.
- Status konservasi: Critically Endangered (IUCN).
- Ancaman: Fragmentasi habitat dan perdagangan satwa ilegal.
3. Simakobu (Simias concolor)
Simakobu hanya ditemukan di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Tubuhnya kekar dengan ekor pendek menyerupai babi sehingga sering dijuluki pig-tail monkey. Satwa ini pemalu, namun ketika terganggu dapat mengeluarkan suara teriakan keras.
- Habitat: Hutan dataran rendah dan rawa di Kepulauan Mentawai.
- Ciri khas: Ekor sangat pendek, tubuh gemuk, rambut cokelat kehitaman.
- Status konservasi: Critically Endangered (IUCN).
- Ancaman: Perburuan tradisional oleh masyarakat lokal dan perusakan habitat.
4. Orangutan
Orangutan adalah primata besar dengan kecerdasan luar biasa, bahkan menggunakan alat sederhana dalam aktivitas sehari-hari.
Mereka dijuluki “arsitek hutan” karena selalu membangun sarang baru setiap malam. Indonesia memiliki tiga spesies orangutan endemik:
- Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus)
- Orangutan Sumatra (Pongo abelii)
- Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis), spesies yang baru diidentifikasi pada 2017.
- Habitat: Hutan hujan tropis Kalimantan dan Sumatra.
- Ciri khas: Tubuh besar, lengan panjang, wajah dengan bantalan pipi pada jantan dewasa.
- Status konservasi: Critically Endangered (IUCN).
- Ancaman: Deforestasi, kebakaran hutan, dan perburuan.
Baca juga: Fakta Menarik tentang Orangutan, Primata Cerdas Sang Arsitek Hutan
5. Siamang (Symphalangus syndactylus)
Siamang adalah primata arboreal dengan tubuh lebih besar dibanding owa.
Menurut Wanda Kuswanda dan R. Gersetiasih dalam Daya Dukung dan Pertumbuhan Populasi Siamang (Hylobates syndactylus Raffles, 1821) di Cagar Alam Dolok Sipirok, Sumatera Utara (2016), ciri khasnya adalah kantung suara besar di leher yang dapat mengembang, menghasilkan suara keras yang bisa terdengar hingga 3–5 km.
Mereka hidup berkelompok kecil yang terdiri dari pasangan monogami dan anak-anaknya.
- Habitat: Hutan hujan Sumatera dan Semenanjung Malaya (tetapi subspesies tertentu endemik Indonesia).
- Ciri khas: Kantung suara besar berwarna hitam, jari kedua dan ketiga menyatu.
- Status konservasi: Endangered (IUCN).
- Ancaman: Kehilangan habitat akibat alih fungsi lahan.
6. Tarsius
Tarsius adalah primata nokturnal mungil dengan mata besar yang menyesuaikan diri untuk berburu serangga di malam hari.
Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), tubuhnya hanya sepanjang 10–15 cm, menjadikannya salah satu primata terkecil di dunia. Ada beberapa spesies tarsius endemik Sulawesi, seperti tarsius spectrumgurskyae.
- Habitat: Hutan tropis Sulawesi.
- Ciri khas: Mata besar, tubuh kecil, kepala bisa berputar hampir 180 derajat.
- Status konservasi: Rentan hingga terancam (tergantung spesies).
- Ancaman: Fragmentasi habitat dan penangkapan untuk perdagangan satwa.
Baca juga: Apa Primata Terkecil di Dunia?
7. Lutung
Menurut Dwi Eliana, dkk dalam Tingkah Laku Makan Lutung Jawa Trachypithecus auratus di Kawasan Pancuran 7 Baturaden Gunung Slamet Jawa Tengah (2017), Lutung Jawa merupakan satwa dilindungi dengan status Vulnerable (IUCN) dan masuk Appendix II CITES. Populasinya menurun karena perburuan, konversi lahan, dan perdagangan liar.
Primata ini hidup arboreal di berbagai tipe hutan, dari mangrove, dataran rendah hingga pegunungan.
Bersifat folivorus, Lutung lebih banyak makan daun, namun juga memakan buah manis, bahkan telur burung dalam kondisi tertentu. Buah dengan tanin dan fenol dapat membantu pencernaan mereka.
Lutung Jawa tersebar di Jawa, Bali, dan Lombok, dengan sebutan berbeda: Javan Langur (internasional), Lutung (Sunda), Budeng (Jawa), dan Petu Hirengan (Bali). Perannya penting dalam ekosistem karena membantu penyebaran biji dan kesuburan tanah
Baca juga: 10 Fakta Primata Bekantan atau Monyet Belanda, Apa Saja?
Ketujuh primata endemik Indonesia ini bukan hanya satwa unik, tetapi juga bagian penting dari ekosistem.
Kehadiran mereka membantu menjaga keseimbangan hutan, dari penyebaran biji hingga pengendalian serangga. Namun, ancaman deforestasi, perburuan, dan perdagangan ilegal terus menghantui mereka.
Melestarikan 7 primata endemik Indonesia berarti juga menjaga hutan tropis yang menjadi paru-paru dunia.
Dengan kesadaran bersama, upaya konservasi, dan dukungan masyarakat, kita masih bisa memastikan suara siamang, tatapan tarsius, dan lengkingan owa tidak hilang dari bumi Nusantara.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.