Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Kembali Diguyur Hujan Lebat, BMKG Ungkap Penyebabnya

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/S Widodo
Ilustrasi hujan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan adanya potensi hujan lebat dan angin kencang pada 12-13 September 2025.
|
Editor: Silmi Nurul Utami

KOMPAS.com - Sudah masuk bulan September, tapi kenapa hujan turun hampir setiap hari? Bukan sekadar gerimis, Indonesia kembali diguyur hujan lebat disertai angin kencang, bahkan kilat dan petir.

Padahal menurut kalender iklim, bulan ini seharusnya masih berada dalam periode musim kemarau.

Lalu, apa sebenarnya yang sedang terjadi? Apakah perubahan iklim semakin nyata? Atau ada fenomena atmosfer tertentu yang memicu anomali cuaca ini? Berikut penjelasan lengkap dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika).

Baca juga: 9 Fenomena Astronomi September 2025: Dari Hujan Meteor hingga Gerhana

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Data curah hujan dan angin kencang sepekan terakhir

Berdasarkan data BMKG pada periode 4–6 September 2025, sejumlah wilayah di Indonesia mencatat curah hujan harian yang cukup tinggi:

Selain hujan deras, fenomena angin kencang juga terpantau di sejumlah wilayah, seperti:

Akibatnya, sejumlah wilayah melaporkan kerusakan infrastruktur dan gangguan aktivitas warga.

Baca juga: Kapan Hujan di Musim Kemarau Berhenti? Ini Prediksi BMKG

Penyebab cuaca ekstrem: DMI negatif hingga gelombang atmosfer

BMKG menyatakan bahwa kondisi cuaca ekstrem ini tidak terjadi tanpa alasan. Ada beberapa faktor meteorologis penting yang berkontribusi terhadap anomali ini, antara lain:

1. Dipole Mode Index (DMI) Negatif

DMI merupakan indikator anomali suhu permukaan laut di Samudra Hindia. Saat ini, DMI tercatat -1,28, yang artinya suhu permukaan laut di sebelah barat Indonesia (Samudra Hindia timur) lebih hangat daripada di barat Afrika.

Kondisi ini meningkatkan aktivitas konvektif (pembentukan awan hujan) di wilayah Indonesia, khususnya bagian barat dan tengah.

Baca juga: Kenali Macam Bentuk Awan, Cara Sederhana Prediksi Cuaca

2. Aktivitas Gelombang Atmosfer

Tiga gelombang atmosfer yang saat ini aktif di wilayah Indonesia antara lain:

Ketiganya memicu peningkatan konveksi dan pertumbuhan awan hujan, terutama di kawasan:

3. Sirkulasi Siklonik

BMKG juga mendeteksi adanya sirkulasi siklonik di dua lokasi:

Baca juga: Urutan Lapisan Atmosfer Berdasarkan Temperaturnya

Sirkulasi ini memicu terbentuknya wilayah konvergensi (perlambatan angin) dan konfluensi (pertemuan angin), yang mendukung pertumbuhan awan hujan di sekitarnya.

Jalur konvergensi memanjang dari barat daya Banten hingga barat Bengkulu, serta dari Sulawesi Tengah ke Sulawesi Selatan.

Wilayah-wilayah yang perlu waspada

Menurut prakiraan cuaca BMKG, hujan intensitas sedang hingga lebat diperkirakan masih akan terus mengguyur Indonesia dalam dua periode:

Periode 9–11 September 2025

Daerah hujan sedang-lebat:

  • Sumatera: Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Bengkulu, Lampung
  • Jawa: Banten, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, DIY, Jatim
  • Bali, NTB, NTT
  • Kalimantan: seluruh wilayah
  • Sulawesi: seluruh wilayah
  • Maluku dan Papua

Status Siaga (hujan lebat):

  • Aceh
  • Sumut
  • Babel
  • Bengkulu
  • Lampung
  • Jabar
  • Jateng
  • DIY
  • Jatim
  • Bali
  • Kalbar
  • Sulbar
  • Maluku Utara
  • Papua Barat Daya
  • Papua Pegunungan

Angin kencang: Jawa Barat

Baca juga: Apa itu Angin Laut dan Angin Darat? Ini Penjelasan dan Perbedaannya!

Periode 12–15 September 2025

Daerah hujan sedang-lebat masih meliputi wilayah yang sama, dengan potensi siaga hujan lebat di:

  • Sumut
  • Sumbar
  • Babel
  • Bengkulu
  • Kalbar
  • Kalteng
  • Kaltim
  • Sulut
  • Papua Tengah
  • Papua Pegunungan
  • Papua Selatan

Angin kencang: tetap di Jawa Barat

Baca juga: Apa yang Dimaksud dengan Angin Darat

Imbauan dan tindakan pencegahan dari BMKG

BMKG mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi, seperti:

  • Banjir
  • Tanah longsor
  • Genangan air
  • Angin puting beliung
  • Gelombang tinggi di laut

Beberapa langkah penting yang disarankan:

  • Rutin membersihkan saluran drainase dan got
  • Hindari bepergian saat cuaca ekstrem
  • Cek kondisi atap rumah secara berkala
  • Update informasi cuaca hanya dari kanal resmi BMKG
  • Nelayan dan pelaku pelayaran: cermati peringatan angin kencang dan gelombang tinggi

Baca juga: Indonesia Dilanda Cuaca Ekstrem Berkepanjangan, Ini Penjelasan BMKG!

Fenomena Indonesia kembali diguyur hujan lebat di tengah musim kemarau menjadi tanda bahwa perubahan iklim benar-benar terjadi.

Apa yang dulu bisa diprediksi dengan pola musiman kini berubah secara drastis akibat pengaruh global, termasuk pemanasan suhu laut dan dinamika atmosfer yang semakin aktif.

Kita tak bisa lagi mengandalkan musim seperti dulu. Musim kemarau bisa saja basah, dan musim hujan bisa terasa kering. Yang bisa kita lakukan adalah beradaptasi dan tetap siaga terhadap setiap perubahan cuaca.

Meski biasanya September merupakan puncak kemarau, Indonesia kembali diguyur hujan lebat karena kombinasi faktor atmosfer global seperti DMI negatif, aktivitas MJO, serta sirkulasi siklonik.

Dampaknya nyata: banjir, tanah longsor, dan angin kencang muncul di berbagai daerah.

Kesiapsiagaan menjadi kunci. Ikuti terus pembaruan informasi cuaca dari BMKG, lakukan langkah preventif di rumah, dan selalu prioritaskan keselamatan di tengah cuaca yang tak menentu.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi