Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Flora Endemik Sulawesi: Kayu Eboni, Kantong Semar, dan Nepenthes Hamata

Baca di App
Lihat Foto
wikipedia.org/Thomas Gronemeyer
Tumbuhan kantong semar
|
Editor: Silmi Nurul Utami

KOMPAS.com - Sulawesi dikenal sebagai pulau dengan keanekaragaman hayati yang sangat kaya. Banyak flora endemik Indonesia hanya dapat ditemukan di pulau ini, termasuk kayu eboni, kantong semar, hingga spesies langka Nepenthes Hamata.

Ketiganya bukan sekadar tanaman biasa, melainkan memiliki peran penting secara ekologis, budaya, hingga ekonomi.

1. Kayu eboni

Menurut Retno Wulandari dan Rukmi dalam Potensi Pengembangan Eboni (Diospyros celebia Bakh.) oleh Masyarakat Kasimbar Kabupaten Donnggala sebagai Upaya Konservasi Genetik (2019), kayu eboni (Diospyros celebica Bakh.) merupakan salah satu flora endemik Sulawesi yang hanya tumbuh alami di Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan.

Sebaran alaminya banyak ditemukan di Kabupaten Poso, Parigi Moutong, Donggala, Morowali, serta Tojo Una-Una.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Mengapa Tumbuhan Kantong Semar dan Venus Memakan Serangga?

Kayu eboni dikenal sebagai kayu mewah atau fancy wood yang bernilai ekonomi tinggi.

Coraknya sangat khas, yaitu memiliki garis hitam pekat berpadu dengan serat merah kecokelatan hingga cokelat tua, sehingga sangat diminati pasar internasional.

Karena keunikan dan keindahannya, eboni ditetapkan sebagai maskot Sulawesi Tengah melalui Surat Gubernur Sulawesi Tengah No. 660/78/1995 tanggal 27 Februari 1995.

Adapun menurut Merryana Kiding Allo dalam studi Eboni dan Habitatnya (2002), secara morfologi, pohon eboni dapat tumbuh hingga 40 meter dengan batang bebas cabang sepanjang 23 meter, diameter mencapai 117 cm, serta akar banir setinggi 4 meter.

Kulit luarnya mudah dikenali karena beralur, mengelupas, dan berwarna hitam seperti arang. Habitat terbaik kayu eboni berada di tanah Podsolik Merah Kuning, Andosol, hingga Podsolik Coklat Kekuningan, pada ketinggian 60–450 mdpl dengan kelerengan 10°–30°.

Sayangnya, karena kualitasnya yang istimewa, eksploitasi besar-besaran membuat populasi eboni di alam semakin menipis.

Upaya reboisasi sudah dilakukan, tetapi tingkat keberhasilan masih rendah karena kurangnya pemahaman tentang ekologi habitat asli eboni.

Baca juga: Mengapa Kayu Dapat Terapung di Atas Air?

2. Kantong semar

Kantong semar (Nepenthes spp.) adalah tumbuhan unik yang hidup di tanah miskin hara dan beradaptasi dengan cara memangsa serangga.

Daunnya termodifikasi menjadi kantong berisi cairan pencernaan asam yang mampu melarutkan serangga.

Bahkan, dalam beberapa kasus memanfaatkan kotoran hewan sebagai sumber nutrisi tambahan.

Permukaan dalam kantong semar licin karena dilapisi ribuan sisik lilin kecil yang membuat serangga sulit keluar setelah terperangkap.

Sementara itu, kelenjar nektar di sepanjang daun dan batangnya mengeluarkan cairan manis yang menarik perhatian serangga.

Uniknya lagi, beberapa spesies bisa menjadi sumber air bagi petualang, tanaman obat tradisional, bahkan digunakan sebagai pengikat alami.

Baca juga: Fungsi Sekret pada Bunga Venus dan Kantong Semar

Menurut Idham Khalid, dkk dalam Pola Penyebaran (Nepenthes spp.) di Gunung Rorekautimbu Kawasan Taman Nasional Lore Lindu (2015), Indonesia tercatat memiliki 64 jenis kantong semar dari total 103 jenis di dunia.

Dari jumlah tersebut, setidaknya 9 jenis terdapat di Sulawesi, dengan 5 di antaranya menjadi flora endemik Sulawesi, yaitu Nepenthes eymae, N. glabrata, Nepenthes Hamata, N. pitopangii, dan N. tomoriana.

Kantong semar Sulawesi tumbuh di kawasan hutan pegunungan hingga rawa gambut, pada suhu 10–35°C dengan kelembapan tinggi minimal 70%. Tanpa kelembapan yang memadai, kantong tidak akan terbentuk.

3. Nepenthes hamata

Di antara semua kantong semar, Nepenthes Hamata adalah yang paling terkenal dan dianggap sebagai salah satu kantong semar terindah di dunia.

Baca juga: Bentuk Adaptasi Tumbuhan Kantong Semar

Habitat Nepenthes Hamata berada di hutan pegunungan Sulawesi dengan kelembapan sangat tinggi.

Tumbuhan ini tumbuh baik pada suhu 10–30°C di dataran tinggi, dengan kelembapan udara di atas 70%.

Karena keunikannya, Nepenthes Hamata tidak hanya menjadi simbol keindahan alam Sulawesi, tetapi juga menjadi indikator ekologi yang penting.

Namun, keberadaan Nepenthes Hamata kini semakin terancam akibat kerusakan habitat dan perdagangan ilegal.

Oleh karena itu, spesies ini telah masuk ke dalam daftar tumbuhan dilindungi CITES Appendix I dan II, yang artinya perdagangan internasional hanya diperbolehkan untuk kepentingan tertentu dengan izin khusus.

Baca juga: Ciri-Ciri Khusus Tanaman Kantong Semar

Kayu eboni, kantong semar, dan Nepenthes Hamata adalah bukti betapa kayanya flora endemik Indonesia.

Keindahan kayu eboni yang bernilai ekonomi tinggi, keunikan kantong semar sebagai tumbuhan karnivora, hingga eksotisme Nepenthes Hamata yang hanya ada di Sulawesi adalah warisan alam yang wajib dijaga.

Melestarikan flora endemik Sulawesi bukan hanya soal menjaga keindahan alam, tetapi juga memastikan ekosistem tetap seimbang dan manfaatnya bisa dirasakan oleh generasi mendatang.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi