KOMPAS.com - Langit malam pada 2025 kembali menghadirkan fenomena menarik bagi para pengamat bintang, khususnya pada Oktober.
Di antara kerlip bintang, sesekali muncul cahaya cepat menembus gelap malam. Fenomena ini dikenal sebagai hujan meteor, momen istimewa bagi pecinta astronomi maupun siapa pun yang ingin menyaksikan keajaiban alam semesta.
Dalam kondisi langit gelap dan minim cahaya buatan, setiap kilatan meteor seakan menceritakan perjalanan kosmik dari ruang angkasa, menghadirkan pertunjukan alam yang tak terlupakan.
Baca juga: 9 Fenomena Astronomi September 2025: Dari Hujan Meteor hingga Gerhana
Hujan Meteor Orionid
Hujan meteor Orionid adalah fenomena tahunan yang terjadi ketika Bumi melintasi jalur orbit Komet Halley.
Mengutip EarthSky, Komet Halley mengorbit Matahari setiap sekitar 76 tahun. Saat melintas, komet ini meninggalkan partikel debu yang kemudian memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan sekitar 66 kilometer per detik.
Gesekan dengan udara menghasilkan cahaya terang menyerupai bintang jatuh, bahkan kadang menciptakan bola api yang memukau.
Orionid mencapai puncaknya pada pertengahan Oktober. Meteor tampak berasal dari konstelasi Orion, tepat di utara bintang Betelgeuse, sehingga titik pancarnya mudah dikenali. Karena kecepatannya, Orionid meninggalkan jejak bercahaya atau “kereta” yang bisa terlihat selama beberapa detik.
Keindahan Orionid semakin mempesona dengan latar konstelasi Orion yang dikelilingi bintang terang, menciptakan pemandangan spektakuler di langit malam.
Baca juga: Hujan Meteor Perseid 2025: Puncak Fenomena Astronomi 12–13 Agustus
Mengapa disebut Orionid?
Nama Orionid merujuk pada titik pancaran meteor yang berada di dekat konstelasi Orion.
Perlu dicatat, meteor bukan berasal dari bintang di Orion, melainkan dari puing-puing Komet Halley yang masuk ke atmosfer Bumi.
Penamaan ini hanya memudahkan pengamat untuk membedakannya dari hujan meteor lain dengan titik pancar berbeda.
Konstelasi Orion sendiri dikenal luas sebagai "The Hunter" dan mudah dikenali berkat susunan bintangnya yang khas. Dengan mengetahui titik pancaran ini, pengamat lebih mudah melacak meteor Orionid saat melesat di langit.
Baca juga: 5 Fenomena Astronomi Agustus 2025: Parade Planet hingga Hujan Meteor
Jadwal hujan Meteor Orionid 2025
Hujan meteor Orionid berlangsung tiap tahun mulai 26 September hingga 22 November.
Menurut NASA, puncak Orionid pada 2025 diperkirakan terjadi pada 22–23 Oktober. Pada periode ini, jumlah meteor yang tampak bisa mencapai sekitar 20 per jam, baik dari belahan Bumi utara maupun selatan.
Waktu terbaik mengamati Orionid
Orionid dapat diamati dari kedua belahan Bumi. Waktu terbaik pengamatan adalah malam hingga dini hari, ketika konstelasi Orion sudah berada di atas cakrawala.
Untuk pengalaman terbaik, carilah lokasi jauh dari cahaya kota atau lampu jalan, seperti tanah lapang atau area terbuka.
Namun, kondisi cuaca sangat menentukan. Walau hujan meteor tetap berlangsung di atmosfer, awan tebal, kabut, atau hujan bisa menghalangi pandangan sehingga meteor sulit terlihat.
Langit yang cerah dan minim awan akan membuat setiap meteor tampak jelas, meninggalkan jejak bercahaya yang menambah keindahan malam.
Baca juga: Langit Malam 29–30 Juli 2025 Akan Dihiasi Dua Hujan Meteor Sekaligus
Referensi:
- Ezokanzo, T., & Annisha, W. (2019). Fenomena Alam Unik. Bhuana Ilmu Populer.
- Egal, A., Brown, P. G., Rendtel, J., Campbell-Brown, M., & Wiegert, P. (2020). Activity of the Eta-Aquariid and Orionid Meteor Showers. Astronomy & Astrophysics, 640, A58.