KOMPAS.com - Ketua National Olympic Committee (NOC) Indonesia, Raja Sapta Oktohari, mengecam pembuatan logo Olimpiade yang digabungkan dengan gambar virus corona atau Covid-19 pada sampul sebuah majalah.
Menurut Raja Sapta Oktohari, pemuatan logo tersebut tidak mencerminkan semangat olimpisme.
"Olahraga itu mengajarkan semangat olimpisme yaitu friendship, excellent, dan respect. Makanya, saya mengecam logo Olimpiade digabungkan dengan gambar Covid-19," kata Raja Sapta Oktohari dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (30/5/2020).
Baca juga: BWF Rilis Regulasi Baru untuk Kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020
Sebelumnya, pihak Olimpiade Tokyo 2020 juga mengecam sebuah majalah yang memasang logo Olimpiade digabungkan dengan gambar virus corona tersebut.
Kecaman ini terjadi karena logo itu diklaim tidak relevan dengan keadaan saat ini dan melanggar hak cipta.
Logo itu muncul di halaman depan majalah Number 1 Shimbun, majalah Klub Koresponden Asing Jepang (FCCJ), edisi April 2020.
Logo itu didesain oleh Andrew Pothecary, seorang desainer asal Inggris yang berbasis di Tokyo.
Pothecary sendiri juga merupakan Direktur Seni dari majalah tersebut.
"Logo itu melambangkan Olimpiade Tokyo 2020," kata juru bicara Olimpiade, Masa Takaya, kepada Inside The Games.
"Sangat mengecewakan melihat logo terdistorsi dan secara sengaja dikaitkan dengan virus corona yang telah menyebabkan kerusakan ekonomi sangat besar, gangguan sosial, dan hilangnya kehidupan manusia," tutur Takaya.
Seperti diketahui, lambang Tokyo 2020 sendiri telah ditentukan sejak tahun 2016 dan didesain oleh Asao Tokolo.
Desain Tokolo terpilih setelah lambang asli yang dibuat oleh Kenjiro Sano dihilangkan karena dianggap plagiarisme dari logo Theatre de Liege.
Hal itu pula yang menyebabkan desain Pothecary dianggap melanggar hak cipta karena menggunakan logo kotak-kotak namun berupa bentuk Covid-19.
"Desainnya jelas menggunakan lambang Olimpiade. Karena itu kami menganggapnya sebagai pelanggaran hak cipta kami yang dijamin secara hukum untuk lambang Olimpiade Tokyo 2020," tutur Masa Takaya.
Baca juga: Sebelum Kualifikasi Olimpiade, Tim Bulu Tangkis Malaysia Fokus ke Thomas-Uber
"Ini (logo Pothecary) juga tak sensitif bagi banyak orang yang terdampak di seluruh dunia oleh situasi yang merusak dan menyakitkan. Terutama bagi para atlet yang bekerja keras untuk berkompetisi di Olimpiade."
Pandemi Covid-19 telah memaksa penyelenggaraan Olimpiade dan Paralimpade Tokyo 2020 ditunda hingga musim panas tahun depan.
Terlebih lagi, Jepang saat ini dinyatakan dalam kondisi darurat seperti halnya negara-negara lain.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.