Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keterlibatan Amerika Serikat dalam PRRI

Kompas.com - 20/09/2021, 10:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada 1956 hingga 1958, terjadi pemberontakan di Sumatera disebut Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).

Selain PRRI, juga terjadi pemberontakan Permesta di Sulawesi, Perjuangan Rakyat Semesta.

Pemberontakan ini terjadi karena rasa kecewa para politis dan perwira di daerah tersebut terhadap kebijakan pemerintah pusat Republik Indonesia.

Dalam pemberontakan ini, para politisi dan perwira juga turut dibantu oleh Amerika Serikat karena sikap anti-komunis mereka.

Keterlibatan Amerika Serikat dalam pemberontakan PRRI dan Permesta adalah dengan memberi bantuan berupa pesawat tempur, dana, perlengkapan, amunisi, dan pilot melalui CIA (Central Intelligence Agency).

Baca juga: PRRI: Latar Belakang, Tuntutan, Anggota, Penumpasan, dan Dampaknya

Keterlibatan Amerika Serikat dalam PRRI dan Permesta

Kekecewaan yang dirasakan oleh para politisi dan perwira tidak hanya disebabkan oleh kebijakan pemerintah pusat Republik Indonesia.

Selain itu, kedekatan Presiden Soekarno dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) juga membuat para politisi dan perwira di daerah tidak senang, karena banyak dari mereka yang sangat anti-komunis dan pro-barat.

Karena bersikap anti-komunis, mereka pun mendapat dukungan dan bantuan dari Amerika Serikat, yang saat itu sedang terlibat perang dingin melawan Uni Soviet dan negara-negara komunis.

Bantuan dari Amerika Serikat diberikan melalui CIA pada 1958, dimulai dengan memberi bantuan terselubung untuk PRRI dan Permesta.

Dukungan CIA terhadap pemberontak Permesta datang dengan 15 pesawat pengebom B-26 dan beberapa pesawat tempur P-51 Mustang.

Selain pesawat, CIA juga membantu dengan memberikan sejumlah senjata, peralatan, dana, serta tentara bayaran dari Taiwan, Polandia, Filipina, dan Amerika Serikat.

Dengan bantuan CIA, para pemberontak mulai melakukan serangan udara terhadap kota-kota di Sulawesi dan Maluku yang dikendalikan oleh pemerintah pusat.

Kota-kota yang dibom termasuk Balikpapan, Makassar, dan Ambon.

Menghadapi serangan dari Permesta, TNI memutuskan melakukan operasi militer.

Dalam operasi ini, pesawat B-26 ditembak jatuh pada 18 Mei 1958 oleh Pilot Ignatius Dewanto di Ambon.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com