Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Jadi Daerah Lumbung Cabai, Harga Rawit di Banyuwangi Tembus Rp 75.000 per Kilogram

Kompas.com - 06/03/2022, 15:21 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ahmad Su'udi ,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, merupakan salah satu lumbung cabai nasional. Meski begitu, harga cabai di Banyuwangi juga meningkat.

Beberapa hari terakhir, harga cabai rawit di pasar tradisional berada di kisaran Rp 75.000 per kilogram.

Baca juga: Cerita Puluhan Warga Desa di Banyuwangi Diteror Debt Collector, Berawal Pinjamkan KTP untuk Utang di Pinjol dan Koperasi

Padahal dua minggu sebelumnya, harganya di kisaran Rp 25.000 per kilogram. Demikian juga harga cabai merah besar dari Rp 25.000 per kilogram menjadi Rp 50.000.

Kabid Perkebunan dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Disperta) Banyuwangi Ilham Juanda mengatakan, kenaikan harga cabai disebabkan karena turunnya produksi.

"Jadi dari sisi produksi memang sedang tidak ada suplai. Di daerah-daerah sentra di Jawa Timur seperti Kediri, itu juga belum panen kayaknya, atau belum bisa produksi," kata Ilham di Banyuwangi, Sabtu (5/3/2022).

Baca juga: Heran Pinkan Mambo Seolah Mengeluh Padahal Pesanan Donat Ramai, Raffi Ahmad: Kalau Laku Kan Bersyukur

Panen raya dengan estimasi perolehan 12.000 ton cabai per musim akan terjadi sekitar Juni hingga Juli.

Sementara saat ini, pasokan cabai masih mengandalkan pertanian di luar musim, yang diestimasi menghasilkan 600 ton per musim.

Lebih banyak ladang di sentra cabai Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, merupakan lahan tanah hujan.

Baca juga: Dirugikan Ulah Bagi-bagi Bir Gratis Saat Lari, Pocari: Free Runner Tak Bisa Ikuti Event Selanjutnya

Sehingga pola tanam mereka menyesuaikan musim hujan, yakni sekitar Januari. Di sisi lain pertanian cabai di luar musim, mengandalkan sumur bor atau sawah dengan irigasi.

"Lebih dari 2.000 hektare yang tercatat itu, baru bisa panen Juni Juli itu, yang sekarang usia (pohonnya) satu sampai dua bulan," kata Ilham.

Selain itu, distribusi cabai mengikuti hukum pasar, penjual memprioritaskan pembeli pemberi harga tertinggi.

Baca juga: Hasto Kristiyanto Divonis 3,5 Tahun Penjara Terkait Kasus Suap Harun Masiku

Ilham mengatakan, sebagian hasil panen petani cabai Banyuwangi banyak dijual ke kota besar, terutama Jakarta.

Sehingga, meskipun memiliki ladang cabai sendiri, pasokan cabai di Banyuwangi ikut berkurang dan harganya turut naik.

Di tingkat pasar tradisional, salah satu pedagang, Tia, mengaku memilih mengurangi jumlah kulakan cabai karena khawatir pembeli lebih sedikit.

Baca juga: Merasa Tak Pinjam Uang, 27 Warga di Banyuwangi Diteror Debt Collector, Ini Ceritanya

Biasanya, Tia mengambil sepuluh kilogram cabai ke pengepul. Kali ini, dia hanya berani mengambil lima kilogram cabai.

"Ya terpaksa mengurangi. Konsumen pun juga ngeluh karena kenaikannya itu cukup tinggi. Akhirnya mereka juga mengurangi. Biasanya satu kilogram, kini belanjanya cuma setengah kilogram saja," kata Tia di Banyuwangi, Jumat (4/3/2022).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Komentar
sudah masuk kah yg saya tranfer, membalas komentar war yati : adakah yg ikhlas bantu aku buat makan anakku, pusing udh suami nganggur jualan sepi blm buat bayar sewa kontrakn, jika ikhlas bantu aku ini no rekning bca 8770812306 trmksh.


Terkini Lainnya
Dokter Spesialis THT dari UB Soal Sound Horeg: Waspada Ancaman Tuli Permanen
Dokter Spesialis THT dari UB Soal Sound Horeg: Waspada Ancaman Tuli Permanen
Surabaya
Perseteruan Sengketa Rumah Waris Antara Istri Ketiga dan Anak Tiri, Cak Ji Bantu Tengahi
Perseteruan Sengketa Rumah Waris Antara Istri Ketiga dan Anak Tiri, Cak Ji Bantu Tengahi
Surabaya
Soal Sound Horeg, Kapolres Blitar: Silakan Lapor, Kami Akan Datang
Soal Sound Horeg, Kapolres Blitar: Silakan Lapor, Kami Akan Datang
Surabaya
Pelaku Perburuan Satwa Dilindungi di Taman Nasional Baluran Ditangkap
Pelaku Perburuan Satwa Dilindungi di Taman Nasional Baluran Ditangkap
Surabaya
Polda Jatim Bongkar Kasus Perdagangan Orang ke Jerman, Modus Mencari Suaka
Polda Jatim Bongkar Kasus Perdagangan Orang ke Jerman, Modus Mencari Suaka
Surabaya
Cari Alternatif Menuju Banyuwangi, Truk Boks Terguling di Jalur Kawah Ijen yang Ekstrem
Cari Alternatif Menuju Banyuwangi, Truk Boks Terguling di Jalur Kawah Ijen yang Ekstrem
Surabaya
Paus Biru Sepanjang 20 Meter Mati Terdampar di Situbondo, Nelayan: Saya Kira Perahu Terbalik
Paus Biru Sepanjang 20 Meter Mati Terdampar di Situbondo, Nelayan: Saya Kira Perahu Terbalik
Surabaya
Ada Pungli Parkir di Surabaya, Eri Cahyadi: Saya Mohon Maaf, Sudah Ditindak
Ada Pungli Parkir di Surabaya, Eri Cahyadi: Saya Mohon Maaf, Sudah Ditindak
Surabaya
Emil Dardak: Pemprov Jatim Bentuk Tim Rumuskan Regulasi Sound Horeg
Emil Dardak: Pemprov Jatim Bentuk Tim Rumuskan Regulasi Sound Horeg
Surabaya
Polres Pasuruan Tetapkan 7 Tersangka Pemerkosaan Terhadap Anak
Polres Pasuruan Tetapkan 7 Tersangka Pemerkosaan Terhadap Anak
Surabaya
Pasangan Pengemis 'Tajir' di Ponorogo Kerap Melawan Saat Diamankan
Pasangan Pengemis "Tajir" di Ponorogo Kerap Melawan Saat Diamankan
Surabaya
Dana Rp 620 Juta dari APBD Blitar Digunakan untuk Pendirian Koperasi Desa Merah Putih
Dana Rp 620 Juta dari APBD Blitar Digunakan untuk Pendirian Koperasi Desa Merah Putih
Surabaya
Pelabuhan Jangkar Situbondo Jadi Opsi Penyeberangan Jawa-Bali
Pelabuhan Jangkar Situbondo Jadi Opsi Penyeberangan Jawa-Bali
Surabaya
Warga Blitar Ganti Kolom Agama di KTP dengan Aliran Kepercayaan, Pemkab: Sudah Ada 78 Orang
Warga Blitar Ganti Kolom Agama di KTP dengan Aliran Kepercayaan, Pemkab: Sudah Ada 78 Orang
Surabaya
Legalitas Beres, Tapi Mayoritas Koperasi Merah Putih di Sumenep Belum Beroperasi
Legalitas Beres, Tapi Mayoritas Koperasi Merah Putih di Sumenep Belum Beroperasi
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau