Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Masak Tak Lagi Sempat

Kompas.com - 23/10/2013, 08:00 WIB
PADATNYA ritme hidup membikin sebagian orang jarang memasak, apalagi menyiapkan bekal. Memesan makanan dari restoran sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Mendapati rumah makan dengan menu beragam, cita rasa yang sedap, tentulah keberuntungan tersendiri.

Salah satu rumah makan yang memenuhi kebutuhan tersebut adalah Pondok Kuliner di kawasan Meruya Ilir, Jakarta Barat. Lokasi persisnya bersebelahan dengan kantor layanan PLN di Jalan Meruya Ilir, yang juga kawasan kampus dan perkantoran.

Meski berupa rumah makan kecil dan sederhana, puluhan pilihan menu yang tersedia memungkinkan pelanggannya bisa memilih dan memadupadankan masakan yang berbeda-beda saban hari selama sebulan. Pilihan menu lauk-pauk berbasis ayam, ikan, dan daging sapi yang lengkap juga diimbangi dengan menu sayuran yang bervariasi. Dengan demikian, niscaya kebutuhan gizi yang lengkap akan tetap terpenuhi.

Baca juga: Pertama Kali Dengar Suara Ibu Kandung Setelah 14 Tahun, Farel Prayoga: Ibuku Nyebut Aku Langgeng

”Banyak pelanggan yang minta pesan-antar, dari perkantoran ataupun perumahan. Minimal pemesanan dua porsi. Mungkin karena zaman sekarang orang kayaknya memang sudah enggak sempat masak di rumah ya. Jadi, sehari-hari memilih pesan makanan dari luar rumah,” kata Dano (65), pengelola Pondok Kuliner.

Pondok Kuliner menaungi tiga penyedia masakan, yakni Achiaw, Sate Kambing Saipul, dan Es Kolang-Kaling 777. Achiaw sendiri yang dikelola Dano sudah sembilan tahun bergelut di dunia katering. Uji coba masakan terus dilakukannya untuk menemukan olahan masakan baru. Sebab, bagaimanapun menemukan menu baru penting untuk mengatasi kebosanan pelanggan yang menggantungkan kebutuhan makanan sehari-hari dari rumah makan atau restoran.

Mi kedelai

Salah satu masakan yang baru saja diciptakan di Pondok Kuliner adalah mi kedelai. Bersama rekannya, Rudy Badil, yang doyan membuat mi, Dano mencoba menciptakan mi dengan susu kedelai. Adonan dasar mi sebenarnya serupa dengan mi pada umumnya, tetapi cairan untuk menguleni digunakan susu kedelai dengan konsistensi sedang. Sementara, untuk membuat adonan mi menjadi cukup rekat digunakan telur bebek. ”Telur bebek lebih kencang mengikat adonan ketimbang telur ayam,” kata Dano.

Baca juga: Menolak Uang Denda Guru Madin Demak yang Dikembalikan, Zuhdi: Saya Ikhlas

Alhasil, mi berbahan susu kedelai dan telur bebek ini punya kekenyalan yang baik, sekaligus lembut dan nuansa rasa gurih yang khas. Dengan memproduksi mi sendiri, olahan mi selalu segar dan terhindar dari kemungkinan paparan kandungan zat-zat tambahan makanan yang mengkhawatirkan.

Mi tersebut kemudian disajikan sebagaimana umumnya mi ayam, yakni dengan potongan ayam, kaldu bening, sawi hijau, dan rajangan daun bawang. Dengan demikian, kebutuhan protein tak hanya dari potongan ayam, tetapi juga dari minya sendiri yang dibuat dari susu kedelai dan telur bebek.

Mi kedelai tadi hanya salah satu menu yang layak dicoba. Pilihan menu lain yang juga menggoda adalah sop kambing yang disajikan dengan kuah yang bening. Potongan kambing mudanya terasa empuk dengan serat-serat daging yang halus. Kuahnya yang bening terasa segar mengimbangi rasa gurih daging.

Baca juga: Alice Norin Pulang Kampung ke Norwegia: Tolong Beri Support untuk Suami Saya

Sementara itu, pilihan menu berbasis ikan yang menjadi favorit pesanan salah satunya adalah ikan nila dengan saus mangga. Ikan nila berukuran cukup besar ini diiris lebih dahulu bagian dagingnya (fillet), lalu dipotong-potong, kemudian digoreng dengan baluran tepung yang dibumbui tersendiri. Setelah itu, potongan-potongan ikan tadi kemudian disajikan dengan rangka ikan yang juga telah digoreng sehingga seolah-olah tampak merupakan ikan utuh. Saus asam manis dengan rajangan mangga muda kemudian disiramkan di atas ikan. ”Jadi makannya lebih gampang,” kata Mono, koki dari Achiaw selama sembilan tahun terakhir.

Tak ketinggalan adalah pilihan minuman es yang bervariasi dari Kolang-Kaling 777. Perpaduan es kolang-kaling di sini disajikan cukup unik, yakni dengan bubur kacang hijau, potongan nanas, dan cincau hitam. Cairan santannya disiramkan sedikit di puncak es serut dan perwujudannya mirip whipped cream. ”Kacang hijaunya harus dimasak sampai pecah dan lunak,” kata Amel.

Ketika memasak tak lagi sempat, pesan makanan dari luar rumah tak harus melulu junk food. Masakan ala rumahan dengan gizi yang baik masih mungkin terpenuhi sekalipun dari rumah makan yang sederhana. (SF/BSW/INK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya
Candi Prambanan Buka Jam Berapa? Ini Harga Tiket dan Rute dari Malioboro
Candi Prambanan Buka Jam Berapa? Ini Harga Tiket dan Rute dari Malioboro
Travel Ideas
12 Museum di Jakarta Terlibat Proyek Kolaborasi Amerika-Indonesia
12 Museum di Jakarta Terlibat Proyek Kolaborasi Amerika-Indonesia
Travel News
Hingga Juni, 36.500 Orang Mendaki Gunung Rinjani
Hingga Juni, 36.500 Orang Mendaki Gunung Rinjani
Travel News
Apakah Uang Pendaftaran akan Hangus jika Permohonan Paspor Ditolak?
Apakah Uang Pendaftaran akan Hangus jika Permohonan Paspor Ditolak?
Travel News
Mendaki Gunung: Perlengkapan Wajib Dibawa dan Jenis Komunikasi Darurat
Mendaki Gunung: Perlengkapan Wajib Dibawa dan Jenis Komunikasi Darurat
Travelpedia
Rute Menuju Air Terjun Sri Gethuk Gunungkidul dari Stasiun Tugu Yogyakarta
Rute Menuju Air Terjun Sri Gethuk Gunungkidul dari Stasiun Tugu Yogyakarta
Travelpedia
Wisata Baru di Maliboro, Keliling Naik Becak Listrik
Wisata Baru di Maliboro, Keliling Naik Becak Listrik
Travel News
Ketentuan Membeli Tiket Kereta untuk Anak-anak, Usia 3 Tahun Bayar atau Gratis?
Ketentuan Membeli Tiket Kereta untuk Anak-anak, Usia 3 Tahun Bayar atau Gratis?
Travelpedia
Daftar 4 Insiden Pendaki Asing Jatuh di Gunung Rinjani dalam Sebulan
Daftar 4 Insiden Pendaki Asing Jatuh di Gunung Rinjani dalam Sebulan
Travel News
Terbuat dari Tempered Glass, Kenapa Kaca Kereta Masih Bisa Pecah? Ini Penjelasan KAI
Terbuat dari Tempered Glass, Kenapa Kaca Kereta Masih Bisa Pecah? Ini Penjelasan KAI
Travel News
Dieng Mulai Diselimuti Embun Es, Ini Tips Melihatnya
Dieng Mulai Diselimuti Embun Es, Ini Tips Melihatnya
Travelpedia
Jazz Atas Awan Dipisah, Dieng Culture Festival Fokus ke Budaya
Jazz Atas Awan Dipisah, Dieng Culture Festival Fokus ke Budaya
Travel News
Selamat Tinggal Kereta Kelas Bisnis, Resmi Dihapus di Pulau Jawa
Selamat Tinggal Kereta Kelas Bisnis, Resmi Dihapus di Pulau Jawa
Travel News
Resor Pantai Baru Korea Utara, Tidak Terbuka untuk Turis Asing
Resor Pantai Baru Korea Utara, Tidak Terbuka untuk Turis Asing
Travel News
Dieng Culture Festival 2025 Tanpa Jazz Atas Awan, Ini Alasannya
Dieng Culture Festival 2025 Tanpa Jazz Atas Awan, Ini Alasannya
Travel News
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau