Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata Alam Butuh Dukungan Mutlak Masyarakat

Kompas.com - 15/12/2013, 09:43 WIB
NUSA PENIDA, KOMPAS - Pelibatan masyarakat dalam perlindungan habitat atau ekosistem menjadi syarat mutlak konservasi di darat ataupun laut. Dukungan itu bisa terjaga hanya jika masyarakat merasakan manfaatnya secara langsung. Wisata selam di Tulamben, Karangasem, dan pemantauan burung di Nusa Penida, Klungkung, Bali, bisa menjadi contoh pendekatan konservasi melalui sarana awig-awig atau kearifan lokal yang melibatkan masyarakat.

”Tanpa dukungan masyarakat, konservasi tak akan pernah berhasil,” kata I Gede Nyoman Bayu Wirayudha, Direktur Friends of the National Parks Foundation, di Nusa Penida, Minggu lalu. Di Nusa Dua, sejak tahun 2006, dirilis jalak atau curik bali yang menurut temuan fisik hanya berhabitat di Taman Nasional Bali Barat.

Pelepasan itu dilakukan setelah masyarakat desa adat menyepakati berlakunya awig-awig untuk tak menangkap segala jenis burung di alam. Saat itu, pelepasan yang awalnya 65 ekor tersebut mendapat reaksi keras konservasionis lain. Alasannya, jalak bali tak berhabitat asli di Pulau Nusa Penida (termasuk Pulau Nusa Lembongan dan Pulau Ceningan).

Meski begitu, pelepasan dilakukan lagi tahun 2011 sebanyak 10 ekor hasil penangkaran dari Bandung, Jawa Barat. Survei tahun 2012 menunjukkan, jumlah jalak bali di Nusa Penida mencapai 120-200 ekor.

Saat itu, kata Nyoman, upaya konservasi oleh masyarakat tersebut akan memperbaiki stigma Nusa Penida sebagai desa tertinggal atau desa miskin. Dampaknya, diharapkan terdapat dukungan pemerintah, swasta, atau internasional untuk wisata alam di Nusa Penida.

Di Tulamben, I Wayan Tambir, pengelola Puri Madha Beach Bungalows, menjelaskan, dukungan masyarakat penting untuk menjaga wisata selam bangkai kapal USS Liberty yang menjadi andalan daerah setempat.

Bangkai kapal sepanjang 120 meter itu menjadi ”rumah” berbagai jenis karang dan ikan. Kelebihannya, wisata selam tersebut mudah dijangkau atau hanya berjarak sekitar 50 meter dari tepi pantai.

”Pengunjung semakin meningkat dan terus ramai. Sekarang lagi banyak wisatawan dari China,” kata Wayan.

Potensi wisata itu didukung kelestariannya melalui awig- awig yang melarang memancing di sekitar bangkai kapal. Selain itu, masyarakat juga dilarang mengambil bagian dari bangkai kapal dan tidak merusak karang.

”Masyarakat sangat mendukung karena telah merasakan sendiri manfaat dari pelestarian ekosistem di bangkai kapal itu,” ujarnya. (ICH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya
Tidak Terdampak Banjir, Perjalanan KRL Jabodetabek Selasa Pagi Lancar
Tidak Terdampak Banjir, Perjalanan KRL Jabodetabek Selasa Pagi Lancar
Travel News
Kepri Siapkan 15 Event Unggulan, Kejar Target 1,7 Juta Wisman 2025
Kepri Siapkan 15 Event Unggulan, Kejar Target 1,7 Juta Wisman 2025
Travel News
Gunung Lewotobi Kembali Erupsi Selasa Pagi, Penerbangan Batal dan Bandara Tutup
Gunung Lewotobi Kembali Erupsi Selasa Pagi, Penerbangan Batal dan Bandara Tutup
Travel News
Jangan Main Layangan Dekat Bandara, Bisa Ganggu Penerbangan
Jangan Main Layangan Dekat Bandara, Bisa Ganggu Penerbangan
Travel News
Pesona Hortensia Brakseng, Surga Bunga Viral di Puncak Kota Batu
Pesona Hortensia Brakseng, Surga Bunga Viral di Puncak Kota Batu
Travel Ideas
HP Ketinggalan di Kereta Api? Jangan Panik, Segera Hubungi Kontak Ini
HP Ketinggalan di Kereta Api? Jangan Panik, Segera Hubungi Kontak Ini
Travelpedia
Gunung Lewotobi Meletus, 24 Penerbangan dari Bandara Ngurah Rai Bali Dibatalkan
Gunung Lewotobi Meletus, 24 Penerbangan dari Bandara Ngurah Rai Bali Dibatalkan
Travel News
Gunung Lewotobi Meletus Juli 2025, Operasional Bandara di Bali Normal
Gunung Lewotobi Meletus Juli 2025, Operasional Bandara di Bali Normal
Travel News
Cara Naik KA BIAS Solo-Madiun dari Yogyakarta, Ini Panduan Beli Tiket
Cara Naik KA BIAS Solo-Madiun dari Yogyakarta, Ini Panduan Beli Tiket
Travel Ideas
Gunung Lewotobi Meletus, Enam Penerbangan Batik Air Rute Labuan Bajo Dibatalkan
Gunung Lewotobi Meletus, Enam Penerbangan Batik Air Rute Labuan Bajo Dibatalkan
Travel News
Tarik Kunjungan Wisatawan, Kim Jong-Un Buka Resor Mewah di Korut
Tarik Kunjungan Wisatawan, Kim Jong-Un Buka Resor Mewah di Korut
Travel News
Imbas Gunung Lewotobi Meletus, Bandara Frans Seda Ditutup Sementara
Imbas Gunung Lewotobi Meletus, Bandara Frans Seda Ditutup Sementara
Travel News
PRJ 2025 sampai Tanggal Berapa? Ini Jadwal Konser Penutupan Jakarta Fair Kemayoran
PRJ 2025 sampai Tanggal Berapa? Ini Jadwal Konser Penutupan Jakarta Fair Kemayoran
Travel News
24 Penerbangan Batal dan Dua Ditunda Imbas Letusan Gunung Lewotobi, Bagaimana Nasib Penumpang?
24 Penerbangan Batal dan Dua Ditunda Imbas Letusan Gunung Lewotobi, Bagaimana Nasib Penumpang?
Travel News
Festival Layang-layang Jogja 2025, Catat Tanggal dan Lokasinya
Festival Layang-layang Jogja 2025, Catat Tanggal dan Lokasinya
Travelpedia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau