Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gua Sinjang Lawang Lebih Eksotis dari Green Canyon

Kompas.com - 03/08/2014, 11:10 WIB
TIDAK banyak yang tahu lokasi Gua Sinjang Lawang di Dusun Parinengan, Desa Jadimulya, Kecamatan Langkap Lancar, Kabupaten Pangandaran. Gua ini memiliki panjang 500 meter dengan dilewati oleh aliran Sungai Cijulang. Gua ini memiliki lebar sekitar 65 meter dengan tinggi 60 meter.

Menyusuri gua ini bisa dilakukan dengan cara berenang menggunakan pelampung, helm, head lamp, dan ban karet yang disediakan pemandu wisata dari Cukang Taneuh atau Green Canyon yang ditunjuk oleh warga dusun tersebut untuk menemani pengunjung. Itu dilakukan karena warga di dusun tersebut belum ada yang ahli dan berpengalaman memandu penyusuran gua. Warga di dusun itu pun baru sadar gua tersebut bisa jadi obyek wisata andalan mengalahkan Green Canyon.

Obyek wisata ini bisa diakses dari kawasan Pantai Pangandaran dengan mengambil rute ke arah obyek wisata Citumang yang berada satu jalur menuju kawasan Pantai Batu Karas atau Greend Canyon. Dari obyek wisata Citumang, dibutuhkan waktu sekitar 30 menit menuju Dusun Parinengan.

Baca juga: Prabowo di KTT PBB: Jika Israel Akui Palestina, RI Akui Israel

Setibanya di Dusun Parinengan, pengunjung harus berjalan kaki melewati jalan setapak menuju mulut gua dengan jarak 1 km. Atau, pengunjung bisa menuju mulut gua menggunakan ban karet dengan menyusuri aliran sungai.

Kedalaman aliran sungai di dalam gua sendiri bervariasi. Ada yang dangkal dan ada pula yang cukup dalam, yakni 1,5 meter hingga 3 meter. Namun, pengunjung bisa melaluinya dengan bantuan pelampung atau ban karet.

Sepanjang 500 meter di dalam gua, pengunjung akan menikmati fenomena alam di dinding dan langit- langit gua berupa stalaktit. Di tengah-tengah gua, saat siang hari, pengunjung bisa melihat sinar matahari menembus gua melalui langit-langit gua yang terbuka lebar. Pemandangan sinar matahari menembus gua itu menjadi pemandangan menarik karena berkelindan dengan stalaktit, serta ukiran batu hasil proses alam.

Baca juga: Penggugat Keberatan KPU Ganti Info Pendidikan Terakhir Gibran Rakabuming

Tidak hanya itu, sinar matahari yang menembus gua dari atap gua lalu mengenai air di aliran sungai ini juga memantulkan warna hijau toska, hijau, dan merah ke dinding-dinding gua. Perpaduan warna yang bisa dilihat di dinding gua ini bisa membuat pengunjung takjub. Di ujung gua, pengunjung akan melihat fenomena alam di langit-langit gua, berupa ukiran batu membentuk hati.

Setelah menikmati pemandangan batu-batu kapur dalam bentuknya yang unik, pengunjung pun akan mengakhiri perjalanan di ujung gua yang dikelilingi hutan kecil milik warga.

Karena belum ada akses menuju titik pertama dari ujung gua, untuk kembali pulang pengunjung harus kembali menyusuri gua. Bisa kembali dengan berenang atau berjalan di batuan kapur di atas aliran sungai di dalam gua. Hanya saja, jika memilih pulang dari gua dengan berjalan di batuan kapur, harus dilakukan ekstrahati-hati karena jalan licin. Itu sebabnya, lebih baik melawan arus air yang tenang untuk kembali ke titik pertama penelusuran gua.

Baca juga: Mahfud MD Cerita Ditelepon Jenderal Senior, Ditawari Kursi Menko Polkam

Warga dusun tersebut menamakan gua ini Sinjang Lawang. Disebut Sinjang Lawang karena di dinding di mulut gua ini terdapat ukiran batu mirip batik yang tercipta karena proses alam. Ukiran batu karena proses alam ini membentuk motif batik khas Sunda dalam kain sinjang atau dalam bahasa Indonesia disebut sarung.

Gua yang dialiri sungai bawah tanah Cijulang ini terbilang kawasan wisata baru di Kabupaten Pangandaran meski keberadaannya sudah sejak lama. Sejak dua bulan lalu, gua ini diperkenalkan pada dunia luar. Itu sebabnya warga di sana sangat antusias membangun prasarana wisata dengan keyakinan bahwa mereka  bisa berdaya secara ekonomi dengan memanfaatkan gua tersebut sebagai objek wisata alam.

Saat Tribun mengunjungi objek wisata itu, akhir pekan lalu, puluhan warga tengah bergotong royong membuka akses jalan melalui mulut gua dengan jalan setapak melewat hutan kecil dan melewati pinggiran sungai.

Baca juga: Skor Arema FC Vs Persib 1-2: Cara Terbaik Thom Haye Respons Kritik

Kepala Dusun setempat, Ujang Solihin (48), mengatakan semua warga di dusun itu sudah mengetahui keberadaan gua tersebut. Hanya saja, mereka tidak sadar bahwa gua tersebut bisa jadi modal wisata yang bisa mereka kembangkan.

"Kami sudah tahu tempat ini sejak lama. Tapi memang kami baru ingin mengembangkan gua ini sebagai obyek wisata terbaru di Pangandaran yang tidak kalah dengan Green Canyon. Bahkan, kami yakin obyek wisata gua ini lebih bagus dari Green Canyon," katanya.

Jauh sebelumnya, kata Ujang, banyak warga yang sering mengunjungi lokasi tersebut untuk sekadar memancing di dalam gua. Hanya saja, tidak banyak warga yang bisa menembus gua tersebut hingga ke ujung.

Baca juga: Cerita Purnomo Berinvestasi Emas di Pegadaian, Terinspirasi dari Kisah Gen-Z

Halaman:
Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Terkini Lainnya
10 Destinasi Wisata di Negara Terdamai di Asia, Lokasinya Tak Jauh dari Indonesia!
10 Destinasi Wisata di Negara Terdamai di Asia, Lokasinya Tak Jauh dari Indonesia!
Travelpedia
8 Tempat Wisata di Negara Paling Damai di Dunia, Cocok Buat Healing!
8 Tempat Wisata di Negara Paling Damai di Dunia, Cocok Buat Healing!
Travelpedia
Cuaca Membaik, Kampung Wae Rebo Kembali Dibuka untuk Wisatawan
Cuaca Membaik, Kampung Wae Rebo Kembali Dibuka untuk Wisatawan
Travel News
3 Jalur Kereta Api Terindah di Indonesia, Mana yang Pernah Kamu Coba?
3 Jalur Kereta Api Terindah di Indonesia, Mana yang Pernah Kamu Coba?
Travelpedia
Desa Wisata Lerep Masuk Nominasi 30 Terbaik Wonderful Indonesia Award
Desa Wisata Lerep Masuk Nominasi 30 Terbaik Wonderful Indonesia Award
Travel News
Artotel Buka Hotel Baru di Harmoni, Tersedia 150 Kamar
Artotel Buka Hotel Baru di Harmoni, Tersedia 150 Kamar
Hotel Story
Ada Promo Tiket Kereta Api Cuma Rp 80.000, Perhatikan Syarat Ini!
Ada Promo Tiket Kereta Api Cuma Rp 80.000, Perhatikan Syarat Ini!
Travel News
Inilah KA Rajabasa, Layani Relasi Terpanjang di Pulau Sumatera
Inilah KA Rajabasa, Layani Relasi Terpanjang di Pulau Sumatera
Travelpedia
Bukan Cuma Tokyo, Jepang Punya Prefektur Fukushima dengan Wisata Alam dan Kuliner Khas
Bukan Cuma Tokyo, Jepang Punya Prefektur Fukushima dengan Wisata Alam dan Kuliner Khas
Travelpedia
Stasiun Ketapang, Penghubung Transportasi Darat dan Laut di Banyuwangi
Stasiun Ketapang, Penghubung Transportasi Darat dan Laut di Banyuwangi
Travelpedia
Seperti Garut Domba, Cianjur Jadikan Ayam Pelung Jadi Branding Kabupaten
Seperti Garut Domba, Cianjur Jadikan Ayam Pelung Jadi Branding Kabupaten
Travel News
SKB 3 Menteri 2026 Rilis! Ini Daftar Long Weekend Tahun Depan, Ada Berapa Kali?
SKB 3 Menteri 2026 Rilis! Ini Daftar Long Weekend Tahun Depan, Ada Berapa Kali?
Travel News
Cara ke Festival Jak-Japan Matsuri 2025 naik LRT
Cara ke Festival Jak-Japan Matsuri 2025 naik LRT
Travelpedia
Kunjungan Turis Asing ke Indonesia Naik 10 Persen pada 2025
Kunjungan Turis Asing ke Indonesia Naik 10 Persen pada 2025
Travel News
Cara ke Festival Jak-Japan Matsuri 2025 naik MRT
Cara ke Festival Jak-Japan Matsuri 2025 naik MRT
Travelpedia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau
Kompas.com

Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru! Jangan lewatkan update berita dari Kompas.com.