Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mempromosikan Budaya Indonesia sambil Menuntut Ilmu di Belgia

Kompas.com - 21/05/2015, 20:17 WIB
KOMPAS.com - Melanjutkan pendidikan di luar negeri bukan sekadar mempelajari bidang studi di kampus saja, akan tetapi perlu juga mempelajari kehidupan budaya setempat dan berinteraksi sosial dengan lingkungan sekitarnya. Perbedaan budaya, pola pikir serta tingkah laku keseharian di negara mana kita melanjutkan pendidikan memiliki ciri khas masing-masing.

Ciri khas ini menjadi obyek perbandingan dan daya tarik untuk dipelajari. Dengan demikian mempelajari ciri khas tersebut akan memudahkan kita memperluas wawasan dalam menimba pengalaman baru di negara mana kita belajar.

Sebuah acara menarik yang dikemas dalam event multikultur berjudul "Open House OBSG" diselenggarakan oleh OBSG (Ontmoeting Buitenlandse Studenten Gent) pada tanggal 9 Mei 2015 di kota Gent Belgia.

Baca juga: Gaya Pidato Gibran di Hadapan TNI-Polri Peserta Pendidikan Lemhannas

OBSG adalah sebuah asosiasi non-government yang menyediakan tempat tinggal "home-away-from-home" dan tempat bertemu/berinteraksi antar mahasiswa dari berbagai negara terutama negara-negara berkembang baik yang menempuh studi doktor, master ataupun peneliti yang sedang menempuh studi di Universitas Gent.

Kegiatan "Open House OBSG" multikultur ini dimeriahkan berbagai penampilan seni tradisional, musik modern, etnis musik, band dan hidangan kuliner khas beberapa negara di antaranya Vietnam, India, Indonesia, Filipina, Etiopia dan beberapa negara Afrika lainnya.

Dalam kesempatan tersebut mahasiswa Indonesia diwakili oleh Perkumpulan Pelajar Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Belgia. Penampilan Indonesia tersebut adalah tari Sriwijaya oleh Dian Wulandari, Grup band PPI dan penampilan gamelan dan tari Bali dibawah pimpinan Made Agus Wardana, seniman Bali yang tinggal di Belgia.

Baca juga: Hanung Bramantyo Unggah Foto Bareng Ariel Tatum, Zaskia Mecca: Dia Lupa Semua Surat Tanah Atas Nama Aku

Hadir dalam kesempatan tersebut, seorang Mahasiswa dari Bali, Pande Gde Sasmita, Dosen Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana Bali yang sedang menempuh Study S3 bidang aquakultur menggunakan beasiswa Dikti di Lab Aquaculture and Artemia Reference Centre (ARC), Ghent University.

Bli Pande, sapaan akrab Pande Gde Sasmita, setiap tahun berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini beserta para pelajar Indonesia lainnya dengan menampilkan tari dan musik tradisional Indonesia. Kali ini sungguh berbeda, Pande bergeliat memainkan gamelan Bali mengiringi penari Legong keraton. Gamelan Bali ini hanya dimainkan dalam jumlah kecil "mini gamelan" terdiri dari 3 orang penabuh.

Dengan kelincahannya, Pande memainkan teknik-teknik gamelan Bali seperti kotekan, norot, ngoncag, nguncab, ngisep dengan tempo cepat maupun lambat. Sementara itu bunyi kendang menghentak keras mempercepat dan memperlambat tempo secara tegas. Lalu secara beruntun bunyi kendang memberikan aksen kuat/angsel kepada gerak tingkah penari legong yang ditarikan oleh penari cantik Ni Wayan Yuadiani.

Baca juga: KPK Sita Uang Rp 1,3 Miliar dari Mantan Suami Olla Ramlan di Kasus Pertamina

Pertunjukan ini menjadi pusat perhatian yang mendapat sambutan hangat para penonton. Lebih unik lagi, pada awal pertunjukan dijelaskan tentang pengertian gamelan Bali. Bagaimana cara memainkan, apa laras yang digunakan hingga pesan promosi Indonesia dengan humor segar untuk mengakrabkan suasana pertunjukan.

Di samping itu juga para penonton sangat terpesona dengan penjelasan tari legong di mana penonton diajak mempraktikkan ekspresi seledet mata dengan ucapan singkat "det pong" yang menjadi ciri khas tarian Bali tersebut.

Menurut Annemie Derbaix, OBSG socialservice officer (Kepala Bidang Pelayanan Sosial OBSG ) yang mengundang khusus penampilan grup gamelan Bali ini mengatakan, "Saya sangat kagum dengan penampilan gamelan dan tari Bali ini, sangat menarik".

Baca juga: Upacara HUT Ke-80 RI Kembali ke Jakarta, PDI-P: Luar Biasa

Lebih lanjut disampaikan, adanya unsur edukasi dalam penjelasan singkat tentang gamelan dan tari Bali memberi kesan berbeda dengan penampilan grup lainnya. Hal-hal berbau kreatif inilah yang sangat diharapkan sehingga acara yang dilakukan tidak monoton setiap tahunnya. Saking senangnya, Annemie menyempatkan diri berfoto bersama kepada penari dan penabuh gamelan Bali ini.

Bagi Pande sebagai seorang penabuh dan seorang mahasiswa, berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini membawa kesan yang sangat positif. Kita bertemu, berbicara, bertukar pengalaman, mengeksplor budaya, mencicipi hidangan negara lain dan mempertunjukan budaya kita. Itu semua memperluas cakrawala cara berpikir, cara pandang terhadap sebuah lingkungan agar menghargai perbedaan budaya orang lain.

Perbedaan budaya itu bukanlah sebuah hal yang perlu ditakuti, justru harus dipahami dan dimengerti. Dengan pemahaman itu akan tumbuh sikap toleransi dan empati terhadap kebudayaan itu sendiri.  Hal positif yang lain yang dapat diambil dari kegiatan ini, adalah sebagai seorang mahasiswa, Pande juga termotivasi dan mendapat suntikan semangat baru untuk mengiringi harapannya menyelesaikan studi S3 di Universitas Gent dalam waktu yang tidak terlalu lama. Semoga! (MADE AGUS WARDANA, tinggal di Brussel, Belgia)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Terkini Lainnya
Daftar Promo Liburan ke Jepang, Ada Diskon dan Tiket Pesawat Murah
Daftar Promo Liburan ke Jepang, Ada Diskon dan Tiket Pesawat Murah
Travel News
Titik Lokasi Jatuhnya Pendaki Denmark Dekat dengan Pendaki Swiss
Titik Lokasi Jatuhnya Pendaki Denmark Dekat dengan Pendaki Swiss
Travel News
Ada Cashback Hingga Rp 26,4 Juta di Pameran Wisata Ini, Cek Syaratnya
Ada Cashback Hingga Rp 26,4 Juta di Pameran Wisata Ini, Cek Syaratnya
Travel News
Efisiensi Anggaran, Ditjen Imigrasi Tunda Peluncuran Desain Paspor Baru Merah Putih
Efisiensi Anggaran, Ditjen Imigrasi Tunda Peluncuran Desain Paspor Baru Merah Putih
Travel News
Pendaki Denmark Jatuh di Gunung Rinjani, Tambah Daftar Insiden Kecelakaan
Pendaki Denmark Jatuh di Gunung Rinjani, Tambah Daftar Insiden Kecelakaan
Travel News
Pendaki Denmark Jatuh di Gunung Rinjani, Helikopter Diturunkan
Pendaki Denmark Jatuh di Gunung Rinjani, Helikopter Diturunkan
Travel News
Evakuasi Pendaki Asal Swiss Pakai Helikopter, Fasilitas dari Asuransi Pribadi
Evakuasi Pendaki Asal Swiss Pakai Helikopter, Fasilitas dari Asuransi Pribadi
Travel News
Promo Diskon Perjalanan ke Jepang Hingga Rp 11,5 Juta, Ini Cara Dapatnya
Promo Diskon Perjalanan ke Jepang Hingga Rp 11,5 Juta, Ini Cara Dapatnya
Travel News
Mulai 17 Juli 2025, Bagasi Gratis Lion Air Maksimal 10 Kg: Ini Ketentuannya
Mulai 17 Juli 2025, Bagasi Gratis Lion Air Maksimal 10 Kg: Ini Ketentuannya
Travelpedia
Promo Harga Tiket Pesawat Jakarta- Jepang PP Mulai Rp 4,8 Juta, Mau?
Promo Harga Tiket Pesawat Jakarta- Jepang PP Mulai Rp 4,8 Juta, Mau?
Travel News
Gubernur NTB: Orang Harus Punya Keyakinan kalau Mereka Datang ke Rinjani, Selamat
Gubernur NTB: Orang Harus Punya Keyakinan kalau Mereka Datang ke Rinjani, Selamat
Travel News
Dievakuasi Pakai Helikopter, Ini Lokasi Jatuhnya Pendaki Swiss di Gunung Rinjani
Dievakuasi Pakai Helikopter, Ini Lokasi Jatuhnya Pendaki Swiss di Gunung Rinjani
Travel News
Bagaimana Kondisi Lokasi Jatuhnya Pendaki Swiss di Gunung Rinjani?
Bagaimana Kondisi Lokasi Jatuhnya Pendaki Swiss di Gunung Rinjani?
Travel News
Tiga Pendaki Diblacklist 5 Tahun Usai Mendaki Gunung Baru Jari Rinjani
Tiga Pendaki Diblacklist 5 Tahun Usai Mendaki Gunung Baru Jari Rinjani
Travel News
Kronologi Pendaki Swiss Jatuh di Gunung Rinjani, Sempat Ditolong Dokter Spanyol
Kronologi Pendaki Swiss Jatuh di Gunung Rinjani, Sempat Ditolong Dokter Spanyol
Travel News
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau