Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rempah Indonesia Pernah Jadi yang Termahal di Dunia, 1 Pon Pala Setara 7 Sapi

Kompas.com - 27/09/2020, 11:31 WIB
Nabilla Ramadhian,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com – Nusantara merupakan pemain penting dalam aktivitas perdagangan internasional di Asia Tenggara.

Hal ini disampaikan salah seorang perwakilan dari Museum Bank Indonesia Winarni Soewarno. Menurut dia, Nusantara telah lama dikenal sebagai pemasok rempah-rempah.

“Jauh sebelum bangsa Eropa melakukan aktivitas perdagangan di Asia Tenggara, Nusantara jadi satu pemain penting dalam perdagangan dunia,” kata Winarni.

Pernyataan itu ia sampaikan dalam International Forum On Spice Route 2020 bertajuk Celebrating Diversity and Intercultural Understanding Through Spice Route as One of the World’s Common Heritage, Kamis (24/9/2020).

Baca juga: Sejarah Rempah di Indonesia, Ada Pengaruh dari India, Spanyol, dan Portugis

Sejumlah rempah dijual para pedagang Nusantara utamanya adalah pala, cengkeh, lada, dan kayu manis. Rempah Nusantara sangat terkenal pada saat itu lantaran memiliki banyak manfaat.

“Untuk bumbu, menghilangkan rasa tidak sedap dan bau pada makanan, mengawetkan makanan, jaga kondisi makanan tetap segar,” ujar Winarni.

Selanjutnya, rempah-rempat juga memiliki rasa dan aroma yang dianggap menyenangkan bagi masyarakat dari luar Nusantara.

Baca juga: Cerita Avan, Anak Penjual Es di Ponorogo yang Rumahnya Penuh Piala, Mengaku Tak Pernah Dapat Beasiswa Pemda

Punya nilai ekonomi yang tingi

Kepopuleran rempah pun berkembang secara bertahap seiring berjalannya waktu hingga akhirnya menjadi sebuah komoditas dengan nilai ekonomi yang tinggi.

“Satu pon biji pala, sekitar 0,45 kilogram, itu dinilai setara dengan tujuh ekor lembu gemuk. Sekarang saja lembu harganya sudah berapa juta,” kata Winarni.

Baca juga: Waktu Terbaik Konsumsi Air Rempah untuk Meningkatkan Imunitas Tubuh

Ia melanjutkan, saat itu terdapat tiga jenis rempah termahal di dunia, yakni pala, cengkeh, dan lada.

Pala yang dijual pada saat itu berasal dari Pulau Run, Kepulauan Banda. Sementara Cengkeh dari Ternate, Tidore, Halmahera, Seram, dan Ambon.

Untuk lada, rempah yang dijual pada saat itu dihasilkan dari Banten, Sumatera, dan Kalimantan Selatan.

Baca juga: Buntut Pemukulan Anggota TNI, Terminal Arjosari di Kota Malang Usir 25 Jupang dan Mandor Liar

“Karena trinitas rempah tadi harganya mahal, pedagang China dan Arab yang sudah lebih dulu tahu tentang Nusantara yang menghasilkan rempah berusaha merahasiakannya dari orang-orang Eropa,” ujar Winarni.

Harga rempah yang meroket

Para pedagang China dan Arab sengaja menutupi Nusantara agar mereka mendapat keuntungan yang lebih. Pasalnya, rempah dijual dengan harga yang cukup tinggi di Eropa.

Selain karena manfaat, kualitas, dan aroma yang dihasilkan, rempah-rempah yang dijual oleh para pedagang tersebut kepada saudagar Eropa juga dibumbui dengan cerita agar nilainya semakin mahal.

Baca juga: Cara Membuat Herbal Tea, Minuman Teh Rempah Penghangat Badan Saat Sahur

“Cerita seru seperti rempah didapat dari kawasan yang sangat terisolasi, tempatnya seram, menakutkan, juga penuh hal-hal mistis. Ini yang mengangkat harga rempah jadi sangat dihormati di Eropa,” kata Winarni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Komentar
#jernihberkomentar #melihatharapan, rempah2 tinggi khasiat dan manfaat serta minim efek samping, sudah waktunya negara ini kembali mengonsumsi rempah dan rimpang.


Terkini Lainnya
Menhut Bantah Isu Penjualan Cagar Alam Pulau Panjang di NTB
Menhut Bantah Isu Penjualan Cagar Alam Pulau Panjang di NTB
Travel News
Tanggal 15 Juli 2025 Masuk Candi Prambanan Gratis, Khusus Ulang Tahun di Bulan Juli!
Tanggal 15 Juli 2025 Masuk Candi Prambanan Gratis, Khusus Ulang Tahun di Bulan Juli!
Travel News
Ridwan Kamil Protes Delay Super Air Jet, Ini Klarifikasi Bandara Ngurah Rai
Ridwan Kamil Protes Delay Super Air Jet, Ini Klarifikasi Bandara Ngurah Rai
Travel News
Upaya Geopark Kaldera Toba Dapatkan Lagi Green Card UNESCO
Upaya Geopark Kaldera Toba Dapatkan Lagi Green Card UNESCO
Travel News
9 Jenis Pelanggaran di Operasi Patuh Polri 14-27 Juli 2025, Jangan sampai Kena Tilang!
9 Jenis Pelanggaran di Operasi Patuh Polri 14-27 Juli 2025, Jangan sampai Kena Tilang!
Travel Ideas
Jalur Denpasar–Gilimanuk Ambles, Kendaraan Besar Dialihkan Lewat Utara Sebulan
Jalur Denpasar–Gilimanuk Ambles, Kendaraan Besar Dialihkan Lewat Utara Sebulan
Travel News
Camping di Pantai Menganti Kebumen, Tidur di Bawah Bintang hingga Panorama Lautan
Camping di Pantai Menganti Kebumen, Tidur di Bawah Bintang hingga Panorama Lautan
Travel Ideas
Delay Berkali-kali hingga Diprotes Ridwan Kamil, Super Air Jet Minta Maaf dan Beri Kompensasi
Delay Berkali-kali hingga Diprotes Ridwan Kamil, Super Air Jet Minta Maaf dan Beri Kompensasi
Travel News
Refleksi Bulan Suro Mangkunegaran Solo di Tengah Ramainya Sarinah Jakarta
Refleksi Bulan Suro Mangkunegaran Solo di Tengah Ramainya Sarinah Jakarta
Travel News
Gowes di Malang Kini Jadi Aktivitas Wisata yang Gerakkan Roda Ekonomi
Gowes di Malang Kini Jadi Aktivitas Wisata yang Gerakkan Roda Ekonomi
Travel News
Pacu Jalur Masuk Festival Unggulan 2025, Menpar Janjikan Dukungan Promosi dan Fasilitas
Pacu Jalur Masuk Festival Unggulan 2025, Menpar Janjikan Dukungan Promosi dan Fasilitas
Travel News
Pesan Tiket Kereta Kini Bisa 30 Menit sebelum Keberangkatan, Ini Cara Lengkapnya!
Pesan Tiket Kereta Kini Bisa 30 Menit sebelum Keberangkatan, Ini Cara Lengkapnya!
Travel Ideas
Usai KA Sancaka, Giliran KRL Baru Buatan Cina Dilempar Batu
Usai KA Sancaka, Giliran KRL Baru Buatan Cina Dilempar Batu
Travel News
Viral Bocah Aura Farming, Penonton Festival Pacu Jalur 2025 Diprediksi Membeludak
Viral Bocah Aura Farming, Penonton Festival Pacu Jalur 2025 Diprediksi Membeludak
Travel News
Rute Menuju Obelix Sea View dari Malioboro Jogja, Berapa Jam?
Rute Menuju Obelix Sea View dari Malioboro Jogja, Berapa Jam?
Travelpedia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau