Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengembangan Wisata di Kawasan Konservasi, KLHK: Menuju Pariwisata Berkualitas

Kompas.com - 18/01/2021, 18:06 WIB
Nabilla Ramadhian,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tengah berusaha mengembangkan pariwisata berkualitas.

Namun, yang mengincar perubahan tersebut bukan hanya Kemenparekraf saja, tetapi juga Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

"Terlebih dalam pengembangan wisata di kawasan konservasi," kata Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (PJLHK) Nandang Prihadi.

Pernyataan itu ia sampaikan dalam webinar Indonesia Adventure Travel Trade Association (IATTA) bertajuk “Membangkitkan Kembali Pariwisata Indonesia Melalui Wisata Petualangan” pada Kamis (14/1/2021).

Baca juga: Daftar Lengkap TN, TWA, dan Suaka Margasatwa di Indonesia

“Tentu saja akhir dari pengembangan wisata di kawasan konservasi adalah seperti yang banyak didengungkan semua pihak, yaitu adalah tidak hanya berkualitas, tapi juga wisata yang bertanggung jawab,” ungkapnya.

Ia melanjutkan bahwa dalam pariwisata berkualitas dan bertanggung jawab di kawasan konservasi, hal tersebut tidak hanya mencakup konservasi, komunitas, dan komoditas.

Menurut Nandang, wisatawan yang berada dalam pasar tersebut harus mematuhi apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Baca juga: Wisata di Kawasan Konservasi, Ini 4 Hal yang Perlu Diperhatikan

“Kita akan coba dengan sanksi dan denda. Sanksinya tidak berat, cuma mungkin misalnya tidak boleh berkunjung atau mendaki selama setahun dan seterusnya,” ujar Nandang.

Adapun, pemberlakuan sanksi dan denda bagi wisatawan yang melanggar aturan yang telah diterapkan dalam kawasan konservasi merupakan bagian dari perubahan perilaku wisatawan agar makin disiplin.

Kendati demikian, dalam mencapai pariwisata berkualitas dan bertanggung jawab di kawasan konservasi, Nandang mengatakan bahwa pihaknya perlu melakukan perubahan manajemen atau standar operasional prosedur.

Ada juga perubahan sarana dan prasarana, serta infrastruktur dan metode promosi pemasaran kegiatan wisata di kawasan konservasi.

“Bukan promosi pemasaran untuk mass tourism, tapi lebih ke promosi ekowisata yang bertanggung jawab,” jelasnya.

Baca juga: Indonesia Punya 556 Kawasan Konservasi, Mana yang Boleh Dikunjungi?

Untuk mencapai hal tersebut, Nandang menyebutkan bahwa dukungan juga diperlukan, baik dari Kemenparekraf atau Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa, PDT dan Transmigrasi).

Kerja sama juga diperlukan dengan sejumlah asosiasi wisata alam atau petualangan, salah satunya Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI).

“Indonesia akan maju karena kekayaan hayatinya. Asalkan kita tahu apa yang kita punya, dan mengerti bagaimana mengembangkannya,” imbuh Nandang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Terkini Lainnya
10 Stasiun Kereta Favorit Turis Asing di Indonesia dan Daya Tariknya
10 Stasiun Kereta Favorit Turis Asing di Indonesia dan Daya Tariknya
Travel Ideas
Gunung Raung Erupsi Lagi, Aktivitas Pendakian Ditutup Mulai Hari Ini
Gunung Raung Erupsi Lagi, Aktivitas Pendakian Ditutup Mulai Hari Ini
Hotel Story
Kursi 11A dan Kisah 2 Penumpang Selamat dari Kecelakaan Pesawat
Kursi 11A dan Kisah 2 Penumpang Selamat dari Kecelakaan Pesawat
Travel News
Kapan Waktu Terbaik Berkunjung ke Osaka Castle?
Kapan Waktu Terbaik Berkunjung ke Osaka Castle?
Travel News
39 Stasiun Kereta Kini Punya Water Station, Traveler Bisa Isi Tumbler Gratis
39 Stasiun Kereta Kini Punya Water Station, Traveler Bisa Isi Tumbler Gratis
Travel News
Osaka Castle 2025: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuknya
Osaka Castle 2025: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuknya
Travel News
Indahnya Lautan Awan di Kaldera Bromo dari Bukit Kingkong
Indahnya Lautan Awan di Kaldera Bromo dari Bukit Kingkong
Travel Ideas
Ada Diskon Tiket Kereta Ekonomi Saat Libur Sekolah, Ini Rinciannya
Ada Diskon Tiket Kereta Ekonomi Saat Libur Sekolah, Ini Rinciannya
Travel News
4 Cara Pilih Tenda untuk Camping di Gunung, Simak Sebelum Beli
4 Cara Pilih Tenda untuk Camping di Gunung, Simak Sebelum Beli
Travelpedia
5 Cara Pilih Tas Carrier untuk Naik Gunung, Tips dari Penjual
5 Cara Pilih Tas Carrier untuk Naik Gunung, Tips dari Penjual
Travel Ideas
Jadwal Kereta Uap Wisata Klinthing Semarang, Berangkat Sebulan Sekali
Jadwal Kereta Uap Wisata Klinthing Semarang, Berangkat Sebulan Sekali
Travelpedia
Naik Kereta Uap Wisata Klinthing Ambarawa-Tuntang, Ini Syaratnya
Naik Kereta Uap Wisata Klinthing Ambarawa-Tuntang, Ini Syaratnya
Travelpedia
Selfie Terakhir Keluarga Dokter, Penumpang Air India yang Jadi Korban
Selfie Terakhir Keluarga Dokter, Penumpang Air India yang Jadi Korban
Travel News
4 Syarat Visa Transit China 10 Hari untuk Masyarakat Indonesia
4 Syarat Visa Transit China 10 Hari untuk Masyarakat Indonesia
Travel News
Jetstar Tutup Permanen 31 Juli 2025: Penyebab, Kerugian, dan Langkah Bisnis Baru
Jetstar Tutup Permanen 31 Juli 2025: Penyebab, Kerugian, dan Langkah Bisnis Baru
Travel News
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Penampakan Tel Aviv Porak-poranda Dihujani Drone Iran
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau