Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beda Gamelan Gaya Yogyakarta dan Surakarta, Warisan Budaya Tak Benda dari Indonesia

Kompas.com - 16/12/2021, 16:03 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tepat pada Rabu (15/12/2021, gamelan resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda ke-12 dari Indonesia oleh UNESCO.

Itu karena di samping proses pembuatannya yang rumit, ada nilai rasa begitu dalam yang terlibat dalam setiap teknik permainan alat musik ini.

"Gamelan yang ditetapkan sama UNESCO, dari segi bahan itu sangat bagus (dari perunggu), teknik penempaannya juga enggak bisa sembarangan (sistem tempa), tidak bisa secara ilmu logika saja," kata Dosen Karawitan Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Purnama kepada Kompas.com pada Kamis (16/12/2021).

Sebagai alat musik tradisional asli Indonesia, gamelan sering ditemui di berbagai daerah di Nusantara, mulai dari Sumatera, Jawa, hingga Kalimantan.

Gamelan gaya Surakarta dan Yogyakarta

Hanya saja, istilah gamelan Jawa dalam seni karawitan umumnya mengacu pada gamelan yang ada di Jawa Tengah, yakni gamelan gaya Yogyakarta dan Surakarta. Ini perbedaan keduanya:

Baca juga:

Bayu Purnama menjelaskan bahwa gamelan gaya Yogyakarta cenderung memiliki ukuran alat musik yang lebih besar, serta instrumen yang lebih kompleks dibanding gamelan gaya Surakarta.

Selain itu, motif pada gamelan gaya Yogyakarta kebanyakan berbentuk dedaunan dan akar yang polos, serta variasi ukiran yang lebih sederhana, sehingga menimbulkan kesan gagah dan lugas.

Sedangkan motif ukiran pada gamelan gaya Surakarta cenderung lebih rumit dengan ukiran naga. Alat musiknya juga berukuran lebih kecil dan ramping dibanding gamelan Yogyakarta.

Perbedaan kedua gaya gamelan ini dipengaruhi Perjanjian Giyanti yang membuat Kerajaan Mataram Islam pecah menjadi dua, yakni Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Maka dari itu, muncullah dua gaya permainan gamelan yang berbeda.

Kasunanan Surakarta membuat inovasi dalam memainkan gamelan. Sementara Keraton Yogyakarta tetap mempertahankan budaya Mataram, sehingga instrumen yang dihasilkan oleh Gamelan Yogyakarta masih sangat kental sejak zaman Mataram Kuno.

Baca juga: 4 Aktivitas Wisata di Alun-alun Selatan Keraton Surakarta, Beri Makan Kerbau Bule

Kendati demikian, kedua jenis permainan ini sama-sama mengedepankan nilai budi pekerti dan kerja sama di dalamnya.

Adapun permainan Gamelan Jawa, baik gaya Yogyakarta dan Surakarta, lebih menekankan keagungan-kelembutan. Oleh karena itu, irama permainan gamelan cenderung pelan, tetapi berbobot kedalaman musikalnya.

"Orang Jawa mengedepankan budi pekerti yang luhur yang tertanam di situ, dari pembuatan, cara kerja, dan teknik permainan. Tidak semata-mata sekedar bermain saja, ada nilai luhur di dalam gamelan," ucap Bayu Purnama.

Menurut Bayu, gamelan mengajarkan edukasi dari toleransi dalam permainannya. Nilai kerja sama membuat tidak ada yang merasa paling terampil dan tidak ada yang merasa tertinggal.

Nilai-nilai itu akan menimbulkan rasa yang selaras, serasi, dan seimbang yang menjadikannya harmonis, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya
Jumlah Turis Menurun, Thailand Tunda Terapkan Pajak Wisata hingga 2026
Jumlah Turis Menurun, Thailand Tunda Terapkan Pajak Wisata hingga 2026
Travel News
Candi Prambanan Buka Jam Berapa? Ini Harga Tiket dan Rute dari Malioboro
Candi Prambanan Buka Jam Berapa? Ini Harga Tiket dan Rute dari Malioboro
Travel Ideas
12 Museum di Jakarta Terlibat Proyek Kolaborasi Amerika-Indonesia
12 Museum di Jakarta Terlibat Proyek Kolaborasi Amerika-Indonesia
Travel News
Hingga Juni, 36.500 Orang Mendaki Gunung Rinjani
Hingga Juni, 36.500 Orang Mendaki Gunung Rinjani
Travel News
Apakah Uang Pendaftaran akan Hangus jika Permohonan Paspor Ditolak?
Apakah Uang Pendaftaran akan Hangus jika Permohonan Paspor Ditolak?
Travel News
Mendaki Gunung: Perlengkapan Wajib Dibawa dan Jenis Komunikasi Darurat
Mendaki Gunung: Perlengkapan Wajib Dibawa dan Jenis Komunikasi Darurat
Travelpedia
Rute Menuju Air Terjun Sri Gethuk Gunungkidul dari Stasiun Tugu Yogyakarta
Rute Menuju Air Terjun Sri Gethuk Gunungkidul dari Stasiun Tugu Yogyakarta
Travelpedia
Wisata Baru di Maliboro, Keliling Naik Becak Listrik
Wisata Baru di Maliboro, Keliling Naik Becak Listrik
Travel News
Ketentuan Membeli Tiket Kereta untuk Anak-anak, Usia 3 Tahun Bayar atau Gratis?
Ketentuan Membeli Tiket Kereta untuk Anak-anak, Usia 3 Tahun Bayar atau Gratis?
Travelpedia
Daftar 4 Insiden Pendaki Asing Jatuh di Gunung Rinjani dalam Sebulan
Daftar 4 Insiden Pendaki Asing Jatuh di Gunung Rinjani dalam Sebulan
Travel News
Terbuat dari Tempered Glass, Kenapa Kaca Kereta Masih Bisa Pecah? Ini Penjelasan KAI
Terbuat dari Tempered Glass, Kenapa Kaca Kereta Masih Bisa Pecah? Ini Penjelasan KAI
Travel News
Dieng Mulai Diselimuti Embun Es, Ini Tips Melihatnya
Dieng Mulai Diselimuti Embun Es, Ini Tips Melihatnya
Travelpedia
Jazz Atas Awan Dipisah, Dieng Culture Festival Fokus ke Budaya
Jazz Atas Awan Dipisah, Dieng Culture Festival Fokus ke Budaya
Travel News
Selamat Tinggal Kereta Kelas Bisnis, Resmi Dihapus di Pulau Jawa
Selamat Tinggal Kereta Kelas Bisnis, Resmi Dihapus di Pulau Jawa
Travel News
Resor Pantai Baru Korea Utara, Tidak Terbuka untuk Turis Asing
Resor Pantai Baru Korea Utara, Tidak Terbuka untuk Turis Asing
Travel News
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau