Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atasi Masalah Dunia, 4 Plastik Ramah Lingkungan Karya Peneliti Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
twitter.com/hotradero
Nampak seekor ikan kecil yang terperangkap dalam sampah plastik
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika


KOMPAS.com- Dalam laporan terbarunya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan mikroplastik tidak bahaya bagi kesehatan untuk level yang sekarang.

WHO mengatakan, temuannya itu masih membutuhkan banyak penelitan lanjuatan, seperti dikutip dari Kompas.com (22/8/2019).

Kendati tidak berbahaya bagi kesehatan, plastik merupakan ancaman serius bagi pencemaran lingkungan.

Materi plastik yang sulit terurai bisa berubah menjadi bom waktu bagi kehidupan akan datang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat ini, Indonesia menempati peringkat kedua negara dengan sampah plastik terbesar di dunia setelah China. Atas dasar itu, beberapa anak bangsa terdorong untuk menciptakan alternatif pengganti plastik.

Baca juga: WHO: Mikroplastik dalam Botol Kemasan Tak Berbahaya untuk Kesehatan

Berikut penemuan-penemuan penting anak bangsa yang mampu menggantikan plastik di Indonesia.

1. Plastik Berbahan Bonggol Jagung

Dikutip dari Kompas.com (21/8/2019), sebuah penemuan baru terkait plastik berbahan dasar ramah lingkungan datang dari Jember.

Rendra Suprobo Aji dari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Tika dari Program Studi Teknik Perminyakan, dan Fanteri dari Program Studi Teknik Pertambangan berhasil menbuat plastik berbahan bonggol jagung.

Mereka mencampur bonggol jagung dengan air murni atau aquades. Setelah tercampur kemudian direbus hingga larut dan tercampur secara rata.

Selanjutnya larutan itu dicampur dengan gliserol dan gelatin serta penawar makanan, lalu dipanaskan kembali.

Setelah warna sudah tercampur merata, baru kemudian dicetak sesuai keinginan.

Mereka menggunakan loyang alumunium yang sudah dialasi alumunium foil sebagai cetakan.

Plastik berbahan jonggol tersebut siap digunakan setelah dipanaskan selama tiga hinga empat hari.

Baca juga: Tim Pengmas Unej Ubah Bonggol Jagung Jadi Plastik Ramah Lingkungan

2. Botol dan Gelas Berbahan Kulit Jagung

Selain bonggol jagung, bagian jagung lain yang bisa dijadikan sebagai plastik adalah kulitnya.

Dikutip dari Kontan (26/8/2010), Mohamad Faisol memanfaatkan kulit jagung sebagai bahan baku pembuatan gelas dan botol.

Menurutnya, banyak bahan ramah lingkungan yang bisa dipakai, tetapi kulit jagung menjadi bahan yang ekonomis dan banyak ditemukan.

Kualitas gelas dan botol berbahan kulit jagung pun tidak kalah bagusnya dengan gelas plastik.

Gelas berbahan jagung tersebut selain antibocor, juga memiliki tampilan yang baik.

Kendali yang dihadapi Faisol adalah masa pembuatan gelas yang memakan waktu selama tiga minggu.

3. Plastik Berbahan Singkong

Dikutip dari Kompas.com (08/11/2018), Tommy Tjiptadjaja bersama dengan Tandio mendirikan perusahaan Greenhope.

Dengan perusahaan itu, Tjiptadjaja dan Tandio berambisi mengembangkan plastik alternatif yang ramah lingkungan.

Salah satu produk yang berhasil diciptakan adalah Ecoplas yang dibuat dari polimer biologis dari tapioka.

Tapioka yang terbuat dari singkong bisa diproduksi di berbagai negara tropis, negara dengan tingkat konsumsi plastik dalam jumlah besar.

Berkat penemuamannya itu, Tjiptadjaja dan Tandio berhasil memenangkan penghargaan "Social Entrepreneur Award" dari Schwab Foundation di tahun 2013.

Dilihat dari tampilannya, Ecoplas sekilas mirip seperti kantung plastik biasa. Bedanya, Ecoplas menyebut singkong sebagai bahan dasar utama pada permukaannya.

Namun, Ecoplas memakan biaya produksi dua kali lipat lebih besar dibandingkan plastik biasa.

Hal itu menyebabkan harga Ecoplas yang lebih mahal dan membuat konsumen enggan meliriknya.

Baca juga: Peneliti Indonesia: Singkong Jadi Solusi Masalah Plastik Dunia

4. Kemasan Makanan dari Rumput Laut

Biasanya, rumput laut dijadikan sebagai salah satu campuran dalam minuman es campur.

Akan tetapi, peneliti dari Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBRP2B-KP) berhasil mengembangkan kemasan ramah lingkungan berbahan rumput laut.

Dikutip dari Kompas.com (13/6/2018), para peneliti tersebut menggunakan ekstrak rumput laut berupa karaginan dan tapioka untuk kemasan bu mi instan.

Kemasan bumbu mi instan berbahan rumput laut ini berupa film, lembaran tipis transparan yang bisa dimakan (edible).

Karena sifatnya yang bisa dimakan, maka seluruh bumbu beserta kemasannya bisa langsung dicelupkan dan diseduh bersama dengan mi instan, sehingga lebih praktis dan bersih.

Baca juga: Peneliti "Sulap" Rumput Laut Jadi Bungkus Makanan

Sumber: Kompas.com (Erwin Hutapea/Resa Eka Ayu Sartika/Yunanto Wiji Utomo)
Kontan.co.id (Hendra Gunawan)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi