Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Satpam di Serpong, Ini Cara Atasi Gigitan Ular Weling

Baca di App
Lihat Foto
PIXABAY
Ular weling
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com – Seorang pria yang bekerja sebagai sekuriti tewas digigit ular Weling (Bungarius fasciatus) di sebuah perumahan Cluster Michelia, Kelapa Dua Tangerang pada Selasa (21/8/2019).

Korban yang bernama Iskandar itu diketahui mengusir ular hanya menggunakan sapu. Saat itu, telunjuk kirinya tergigit.

Dilaporkan Kompas.com, Jumat (23/8/2019),  korban yang merasa gigitan tak berdampak panjang hanya menghisap-hisap jarinya yang terus mengeluarkan darah.

Selanjutnya korban dilarikan ke Rumah Sakit Bathsaida, sayangnya peralatan di rumah sakit tersebut tak memadai, sehingga kemudian korban dilarikan ke Rumah Sakit Umum Kota Tangerang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sayangnya saat proses penanganan, korban tak tertolong.

Baca juga: Hanya Berbekal Sapu, Sekuriti di Serpong Tewas Digigit Ular

Bukan rahasia lagi, gigitan ular berbisa memang mampu berdampak sangat membahayakan, bahkan mematikan, bagi seseorang. Bahaya ini sebenarnya bisa diminimalisir dengan penangan yang tepat.

Kompas.com merangkum beberapa penanganan gigitan ular yang benar, sebelum mendapat pertolongan medis.

Penanganan gigitan ular sering salah

Kesalahan yang kerap dilakukan masyarakat dalam menangani gigitan ular menurut Pakar Gigitan Ular dan Toksikologi, DR. dr. Tri Maharani, M.Si SP.EM seperti dilaporkan Kompas.com (1/10/2018) di antaranya adalah menggunakan garam.

Selain itu beberapa kesalahan lain adalah mengikat kencang, mengisap darah di area tergigit, dan cross insisi.

Baca juga: Tewaskan Petugas Satpam di Serpong, seperti Apa Ular Weling?

Ia menegaskan, darah korban gigitan ular tak perlu disedot.

Hal tersebut berdasarkan penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menyebut 79 persen gigitan ular tidak melalui pembuluh darah melainkan lewat pembuluh getah bening.

Sehingga menurutnya penangan pertama yang sebaiknya dilakukan adalah imobilisasi,

“Prinsipnya imobilisasi. Pergerakan otot akan membuat kelenjar getah bening menyebarkan bisa ularnya, maka kita harus membuat dia (korban) tidak bergerak,” ujar Maha.

Menangani gigitan ular dengan benar

Maha juga memberikan beberapa tips untuk menangani gigitan ular. Setidaknya ada 4 poin penting dalam penanganan gigitan ular berbisa. 

1. Membuat bagian tergigit tak bergerak

Gunakan benda seperti kayu, gedebog pisang, kulit kayu, kardus atau benda rigid di sekitar yang bisa dimanfaatkan. Selanjutnya tahan bagian yang tergigit dari ujung jari hingga ujung sendi.

Apabila gigitan pada kaki, berarti ujung kaki hingga pangkal paha karena tujuannya untuk membuat kelenjar getah bening pada otot-otot tak bergerak karena ototnya bergerak.

Selain menggunakan benda keras, bisa pula digunakan selendang.

Sedangkan bila gigitan ular terjadi di tangan maka ikat tangan seperti menangani patah tulang. Hal yang terpenting untuk diingat adalah jangan bergerak dari ujung jari hingga sendi.

Baca juga: Kronologi Satpam di Serpong Tewas Setelah Digigit Ular

2. Ikat

Gabungkan dua bilah benda tersebut menggunakan kain, perban elastic, band aid, supaya ke-dua bidang bisa menopang bagian tubuh tergigit dengan baik.

Hindari pergerakan otot karena akan membuat kelenjar getih bening menyebarkan bisa ular ke seluruh tubuh.

Apabila berada di tengah hutan dan tak menemukan apapun maka sebaiknya diam di tempat selama dua hari apalagi jika terjadi gigitan pada kaki.

3. Jangan lupakan sinyal darurat

Buatlah sinyal darurat agar orang lain mengetahui keberadaan kita apabila sedang berada di tengah hutan.

“Bagi yang suka berpetualang, sinyal belum tentu ada. Saya sarankan bawa alat emergency seperti peluit,” ujar Maha.

4. Segera ke pelayanan kesehatan

Hal yang sebaiknya dilakukan adalah pergi ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan terdekat.
Nantinya akan dilakukan observasi selama 48 jam.

Umumnya penanganan akan dilakukan sesuai kondisi korban.

Jika ular yang menyerang memiliki jenis neurotoksin(racun bereaksi di sel saraf) seperti kobra, maka gejala yang mungkin timbul di antaranya mata tidak bisa terbuka, sesak, gagal nafas, hingga gagal jantung.

“Jika tidak seperti itu maka dalam 48 jam bisa pulang. Bisa pakai obat analgesic, jangan asam mefenamat karena akan menimbulkan pendarahan. Pokoknya golongan yang bukan NSAID,” tuturnya.

Namun, jika terjadi pendarahan, Maha menyarankan korban atau keluarga korban menghubunginya.

Sebab, Maha sebagai penasehat WHO untuk gigitan ular adalah satu-satunya orang yang memiliki izin edar Serum Antibisa Ular (SABU) di Indonesia di luar tiga jenis ular.

Indonesia sendiri hanya memiliki tiga antibisa ular, yakni untuk ular kobra Jawa, ular welang dan ular tanah.

Baca juga: Sebelum Tewaskan Satpam di Serpong, Ular Sudah Berkali-kali Muncul

Mencegah ular yang masuk ke rumah

Untuk mencegah ular masuk ke rumah, Herpetolog Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy, mengungkapkan, penting untuk menjawa rumah bersih dan harum.

“Rumahnya yang bersih. Tiap hari dengan wewangian. Ular tidak suka wewangian,” ucap Amir saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/9/2017)

Sedangkan Maha memaparkan cara lain untuk menghindari gigitan ular yang masuk ke rumah.

Ia menyarankan untuk tidak tidur di lantai. Tempat yang aman adalah tidur di atas kasur yang cukup tinggi.

“Ada guideline dari WHO ada penelitiannya," kata Maha.

Bagi yang tinggal di dekat hutan atau sawah, Tri menyarankan untuk tidur di atas ranjang serta menggunakan kelambu agar ular tidak bisa menerobos.

Apabila ular sudah masuk ke rumah, maka yang bisa dilakukan adalah menggunakan pewangi ruangan. Tutup pintu ruangan untuk menyemprotkan pewangi ruangan, lalu setelah 10 menit buka pintunya lagi.

Nantinya ular akan keluar dengan sendirinya karena ular tak mneyukai bau ruangan.

Sumber: KOMPAS.com/ (Muhammad Isa Bustomi, Lutfy Mairizal Putra, Nabilla Tashandra, Yudha Pratomo)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi