Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Anak Dian Sastro, Apa Itu Autisme?

Baca di App
Lihat Foto
KRISTIANTO PURNOMO
Pemeran tokoh Kartini, Dian Sastrowardoyo berpose usai wawancara eksklusif Kompas.com seputar film Kartini di Jakarta, Jumat (7/4/2017). KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
|
Editor: Sari Hardiyanto



KOMPAS.com - Artis peran Dian Sastrowardoyo untuk pertama kalinya menyatakan bahwa putranya Shailendra Naryama Sastraguna Sutowo ternyata anak berkebutuhan khusus.

Seperti diberitakan Kompas.com, Jumat (23/8/2019), tanda-tanda yang membuat Dian curiga terhadap perkembangan anaknya tersebut muncul di tahun-tahun awal.

Hal itu, diperkuat dengan munculnya ciri-ciri autisme di Shailendra.

Namun, tahukah Anda apakah artinya anak berkebutuhan khusus dengan kategori autisme itu? Berikut penjelasannya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilansir dari Hello Sehat, anak berkebutuhan khusus dengan kategori autisme adalah kelainan perkembangan saraf yang ditandai dengan adanya gangguan dalam interaksi sosial, perkembangan bahasa, dan komunikasi.

Ciri-ciri dari autisme bervariasi, mulai yang paling ringan hingga yang terberat, sehingga anak memerlukan perhatian khusus.

Anak yang mengidap autisme mengalami kesulitan untuk memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain.

Hal ini membuat anak berkebutuhan khusus sangat sulit untuk mengekspresikan diri, baik dengan kata-kata, gerak tubuh, ekspresi wajah dan sentuhan.

Seberapa umumkah autisme?

Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sebuah lembaga kesehatan masyarakat nasional terkemuka di Amerika Serikat, dalam studi tersebut menjelaskan prevalensi autisme di dunia sebanyak 1 persen.

Artinya adalah 1 dari 100 anak menderita autisme. Umumnya lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita. Laki-laki 5 kali lebih mungkin terkena autisme daripada wanita.

Baca juga: Dian Sastro Ungkap Kondisi Terkini Putranya yang Sempat Didiagnosis Autisme

Tanda-tanda dan gejala

Beberapa dari gejala autisme dapat bervariasi dari ringan sampai berat. Biasanya, gejala dimulai saat masih kecil, bahkan usia 1 sampai 2 tahun.

Beriktu ini tanda dan gejala autisme:

Namun, kemungkinan ada gejala dan tanda-tanda yang tidak disebutkan di atas. Segera pergi ke dokter bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu.

Apa penyebab autisme?

Ilmuwan tidak mengetahui penyebab secara pasti autisme. Namun faktor genetik dan lingkungan juga berperan dalam autisme.

Autisme meningkat pada dekade ini tanpa diketahui alasannya, oleh sebab itu harus menjadi perhatian khusus. Peneliti menemukan sejumlah gen berhubungan dengan kelainan ini.

Pada pencitraan oleh penderita autisme, ditemukan perbedaan pada perkembangan beberapa area otak.

Studi menyatakan bahwa autisme dapat merupakan hasil dari gangguan pertumbuhan otak normal di awal.

Gangguan tersebut merupakan hasil defek pada gen yang mengontrol perkembangan otak dan pengaturan bagaiaman sel otak berhubungan satu sama lain. Autisme lebih sering terjadi pada anak yang lahir prematur.

Penyebabnya juga bisa dari faktor lingkungan. Namun faktor lingkungan tersebut belum diketahui secara spesifik.

Teori bahwa cara orang tua membesarkan anak adalah salah satu faktor autisme belum terbukti. Beberapa studi juga menunjukkan bahwa vaksinasi untuk mencegah penyakit infeksi anak-anak tidak akan meningkatkan risiko autisme.

Baca juga: Dian Sastro Percaya Anaknya Idap Autisme Setelah Kunjungi 3 Dokter

Faktor-faktor risiko

Beberapa hal yang dapat meningkatkan faktor risiko seseorang mengidap autisme adalah jenis kelamin, riwayat keluarga, penyakit lain, bayi prematur dan usia orang tua.

  • Jenis kelamin, autisme terjadi lima kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita.
  • Riwayat keluarga, keluarga yang mempunyai anak autis mungkin akan memiliki anak autis lain.
  • Penyakit lain, autis cenderung terjadi lebih sering pada anak dengan genetik atau kondisi kromosom tertentu, seperti sindrom fragile X atau sklerosis tuberous.
  • Bayi prematur, autisme lebih sering terjadi pada bayi prematur. Biasanya bayi yang lahir sebelum 26 minggu lebih berisiko terkena autisme.
  • Usia orang tua, peneliti menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara usia orang tua dengan anak autisme. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengkonfirmasi hubungan ini.

Obat dan pengobatan

Tidak ada yang bisa menyembuhkan autisme. Namun, peneliti menunjukkan bahwa terapi intervensi dini dapat memperbaiki perkembangan anak.

Terapi intervensi yang bisa dilakukan sebagai pengobatan autisme adalah menggunakan terapi bicara dan bahasa.

Metode ini untuk memperbaiki perkembangan komunikasi pada anak autis, mulai latihan bicara dan dukungan interaktif audio visual.

Yang kedua adalah terapi okupasional, terapi yang membantu anak berkembang dan juga meningkatkan kemampuan untuk hidup dan bekerja normal setiap hari.

Yang ketiga adalah terapi fisik. Terapi ini bertujuan meningkatkan perkembangan fisik dengan metode fisik yakni pijat dan latihan.

Ada dua cara untuk mendiagnosis autisme, antara lain melibatkan skrining perkembangan umum selama anak periksa dengan dokter anak ketika masa kanak-kanak. Anak yang memperlihatkan beberapa masalah perkembangan, sebaiknya meminta dirujuk untuk evaluasi tambahan.

Langkah yang kedua adalah melibatkan evaluasi dari tim dokter dan dokter spesialis lain. Pada tahap ini, anak dapat didiagnosis menderita autisme atau gangguan perkembangan lain.

Namun, ada juga cara pengobatan yang bisa dilakukan di rumah, antara lain lakukan rutinitas teratur di rumah Anda untuk membantu mengurangi perilaku yang diulang-ulang.

Tak hanya itu, selalu libatkan anak Anda dalam program terapi yang diadakan tim dokter dan konselor, carilah layanan dukungan dan kelompok dukungan lokal untuk orang tua ataupun anak autis, dan yang terakhir ikuti instruksi dokter selepas melakukan terapi.

Baca juga: Cerita Dian Sastro Saat Tahu Putranya Berkebutuhan Khusus

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi