Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Kebiri Manusia, Pelayan yang Dipercaya hingga Suara dari Surga

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Di sebuah harem di masa lalu, orang kasim atau orang yang dikebiri adalah pelayan yang dipercaya.
|
Editor: Heru Margianto


KOMPAS.com - Bagi Anda yang mengikuti serial HBO Game of Thrones tentu tak asing dengan sosok Varys atau si Spider.

Meski bukan jadi tokoh utama, Varys menjadi salah satu yang beruntung karena bisa hidup sampai episode terakhir.

Anda mungkin juga ingat asal-usul Varys yang luar biasa. Lahir dan besar sebagai budak, Varys menghabiskan remajanya bersama kelompok penghibur. Ia kemudian dijual ke seorang penyihir.

Varys menduga sang penyihir ingin memerkosanya. Namun yang terjadi lebih buruk lagi. Penyihir itu memberi ramuan yang membuat Varys tak bisa gerak dan bicara, namun masih bisa merasakan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yang berikutnya terjadi: Sang Penyihir mengebiri atau memotong penis dan buah zakar Varys untuk ritual magis. Kedua organ itu dilempar ke perapian. Api seketika berubah menjadi biru dan seolah-olah ada ruh yang bangkit dan bicara.

Setelah sang penyihir mendapat kemauannya, Varys dibuang di jalan.

Sakit dan amarah yang dirasakan Varys justru membuatnya semangat bangkit. Ia mengemis, mencopet, berdagang, menjadi mata-mata, hingga akhirnya mendapat posisi sebagai pejabat tinggi di kerajaan.

Pengalaman Varys ini boleh jadi benar adanya di kehidupan nyata. Berdasarkan A Brief Histrory of Castration: Second Edition (2006), Victor T Cheney menuturkan, kebiri pertama dipraktikkan untuk hewan.

Di era Mesolitikum atau sekitar 8.000 hingga 9.000 tahun yang lalu, hewan jantan dikebiri untuk tidak menimbulkan keributan dalam perkawinan. Dalam dunia hewan, kompetisi antara para jantan selalu menimbulkan keributan.

Jadi, dalam suatu populasi hewan, sejumlah hewan jantan dikebiri dan menyisakan satu atau dua saja untuk membuahi lusinan betina seumur hidupnya. Pembuahan tidak membutuhkan banyak jantan.

Caranya mudah, setelah jantan lahir, buah zakarnya diikat dengan rambut kuda. Buah zakar itu lama kelamaan akan menghitam dan copot dengan sendirinya dalam waktu tiga minggu.

Cara lain yang lebih menyakitkan: dihancurkan dengan tangan, batu, atau dipotong menggunakan benda tajam.

Pelayan yang dipercaya

Kebiri terhadap manusia muncul tak lama setelah manusia mulai menernakkan hewan dan melakukan perbudakan.

Kerajaan Mesir Kuno mencatat sekitar tahun 2.600 sebelum masehi, anak dijual sebagai budak untuk membayar utang dan memperoleh uang.

Budak yang dikebiri atau orang kasim biasanya lebih dapat dipercaya karena tak akan menghamili majikan wanitanya. Harganya di pasaran juga lebih mahal.

Sementara di Persia, kebiri sudah dipraktikkan 3.000 tahun sebelum masehi. Kasim diposisikan sebagai pendeta yang disucikan.

Namun banyak juga orang kasim kala itu yang berprofesi sebagai pemusik, penyanyi, pelayan, koki, tentara, penjaga harem, dan pegawai.

Di peradaban Yunani Kuno, Plato menganggap orang kasim adalah orang yang berbahaya dan kejam. Ini masuk akal mengingat orang kasim saat itu adalah tawanan perang yang dikebiri paksa, sehingga mereka memendam amarah.

Raja-raja Persia biasa mengambil penduduk terbaik dari tanah jajahan untuk dikebiri dan melayani kerajaan.

 

Kerajaan Asyur atau Asiria mengirimkan 500 bocah kasim ke Raja Darius I setiap tahun. Begitu juga Etiopia yang wajib mengirimkan 100 orang kasim ke Persia setiap tahun.

Setelah Islam berkembang, kebiri tak terlalu diakui. Nabi Muhammad sendiri tak memiliki budak yang dikebiri.

Kendati demikian, budaya memiliki harem di peradaban Timur Tengah membuat kebiri masih dipraktikkan. Orang kasim adalah pelayan yang dipercaya untuk menjaga harem, tempat yang berisi sejumlah wanita. Harem baru dilarang di Arab pada tahun 1962.

Di China, praktik kebiri dilakukan sejak Dinasti Xia (2205-1776 sebelum masehi). Awalnya, kebiri hanya dilakukan bagi tawanan perang atau orang dari suku pedalaman.

Orang kasim dipercaya karena tak punya keluarga atau ambisi membangun dinastinya sendiri. Mereka bertugas melayani kerajaan dan para bangsawan.

Termasuk sang kaisar yang biasanya punya puluhan istri dan selir. Diperkirakan ada 100.000 orang kasim yang bekerja di era Dinasti Ming (1368 hingga 1644).

Kebiri dan peran kasim dalam kerajaan ini juga diterapkan di Korea, India, hingga Vietnam.

Suara surgawi para kasim

Kendati kebiri dilarang oleh Gereja Katolik, pada tahun 1878, Paus Leo XIII mengizinkan kebiri untuk kebutuhan gereja.

Anak laki-laki dikebiri sejak dini, sekitar 4.000 per tahunnya, untuk mengembangkan suara mereka.

Saat itu, gereja menolak keberadaan perempuan. Suara treble atau soprano dihasilkan oleh laki-laki yang dikebiri.

Dengan kebiri, hormon yang mengubah suara laki-laki saat puber tak lagi ada. Suara laki-laki akan tetap sama seperti saat kanak-kanak.

"Timbre para anak-anak koor gereja jernih dan kencang. Mereka mampu menyanyi satu oktaf di atas suara natural perempuan. Mereka brilian, ringan, bercahaya, kencang, dengan range vokal yang luas," kata penulis Perancis Charles de Brosses seperti dikutip dari The Castrati in Opera (1974).

Tak ada yang menandingi suara penyanyi kasim. Mozart bahkan disebut menciptakan banyak musiknya khusus untuk suara khas para kasim.

Di abad ke-18, hampir 70 persen penyanti di opera adalah kasim. Farinelli, yang didapuk sebagai penyani opera terbaik sepanjang masa, termasuk salah satu penyanyi yang tak punya testis.

Farinelli pernah diminta menyanyi untuk Raja Spanyol Philip V. Sang raja saat itu menderita depresi melankolia yang membuatnya tak bisa memerintah, bahkan sekarat dan hampir mati.

Konon, setelah mendengar suara Farinelli, Philip V lupa akan segala kegundahannya. Hingga ajal menjemputnya sembilan tahun kemudian, suara Farinelli adalah satu-satunya obat yang manjur.

Hukum kebiri

Sepanjang peradaban manusia, kebiri kerap digunakan sebagai hukuman resmi. Di Amerika misalnya, pada tahun 1778, Presiden Ketiga Amerika Serikat Thomas Jefferson menjadikan kebiri sebagai hukuman bagi pemerkosa, pelaku poligami, dan sodomi.

Di Eropa, Denmark menjadi negara pertama yang punya hukum kebiri pada tahun 1929. Menyusul Swedia pada 1944, Finlandia pada 1870, dan Norwegia pada 1977.

Sementara di Jerman dari tahun 1935 hingga 1945, Nazi menggunakan kebiri untuk menjaga kemurnian ras mereka dari Yahudi, Gypsy, homoseks, orang gila, dan kelompok lainnya yang dianggap menyimpang.

Baru pada tahun 1944, kebiri dilakukan dengan cara yang lebih manusiawi. Dalam jurnal berjudul Chemical Castration of Child Molesters-Right or Wrong?! (2017), kebiri kimiawi pertama dujicoba pada 1944. Saat itu, diethylstilbestrol digunakan untuk menurunkan hormon testosteron.

Selain itu, ada Medroxyprogesterone acetate (MPA) yang dijual dengan merk dagang Depo-Provera. Sejak 1958, Depo-Provera digunakan untuk menurunkan libido pria.

Pada tahun 1960-an, para ilmuwan di Jerman juga mengembangkan antiandrogen yang mampu menekan testosteron sebagai obat bagi penyimpangan seksual.

Penerapannya sebagai hukuman bagi pemerkosa baru dimulai menjelang abad 21. California menjadi negara bagian pertama yang menerapkannya bagi pemerkosa anak yang sudah lebih dari sekali melakukan aksinya.

Negara lain baru menerapkan kebiri kimiawi bagi pemerkosa setelah tahun 2000.

Selain Indonesia, ada Argentina, Australia, Estonia, Israel, Moldovia, New Zealand, Polandia, Rusia, Denmark, Jerman, Hongaria, dan Perancis. Ada juga Norwegia, Finlandia, Islandia, Lithuania, Inggris, Belgia, Swedia, Macedonia, dan Turki.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi