Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Belanja, Kamu Juga Bisa Belajar Membatik di Kampung Batik Laweyan

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/ROSIANA HARYANTI
Proses membatik di Kampung Batik Laweyan. Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan mengadakan pelatihan membatik bagi wisatawan dan warga lokal yang ingin belajar
|
Editor: Sari Hardiyanto

SOLO, KOMPAS.com - Kota Solo identik dengan batik. Di tempat ini terdapat kawasan sentra produksi batik yang cukup termasyhur yakni Kampung Batik Laweyan.

Salah satu pengurus Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan, Widhiarso, mengungkapkan, jika wisatawan memutuskan untuk berkunjung ke tempat ini, maka sempatkan untuk mengetahui seluk beluk batik termasuk cara pembuatannya.

Dengan cara ini, menurut Widhi, begitu dia akrab disapa, maka para turis tidak hanya merasakan wisata belanja saja, namun juga dapat menambah edukasi khususnya mengenai batik.

"Edukasi apa saja, kalau batik itu tidak sekadar kain tapi proses," ujarnya kepada wartawan dalam acara #JelajahIndonesia Bersama Grab ke Jawa Tengah dan Yogyakarta, Kamis (22/8/2019).

Dengan demikian, ketika keluar dari Kampung Batik Laweyan, maka pengetahuan mengenai proses pembuatan fesyen tradisional ini bisa bertambah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara membatik

Salah satu wisata edukasi yang bisa ditemui di tempat ini adalah cara membatik. Batik, Widhi mengulangi, adalah sebuah proses.

Awalnya, kapas diolah agar menjadi benang yang dinamakan Lawe. Bahan ini kemudian ditenun sehingga bisa menjadi kain lurik dan jarik. Jarik inilah yang sering disebut dengan nama kain batik.

"Batik itu bukan nama, batik itu proses. Maka batik adalah proses membuat jarik," katanya lagi.

Baca juga: Saat Prabowo Pilih Batik daripada Safari Ketika Temui Megawati...

Widi menuturkan, sebelum memulai proses membatik, maka salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah membuat pola khusus.

Pola batik dapat dibuat dengan menggoreskan pensil ke atas kain. Goresan pensil ini nantinya akan ditutup dengan lelehan lilin atau malam.

Saat membatik, kompor harus berada di samping kanan. Namun jika kamu kidal, maka kompor diletakkan di bagian samping kiri badan guna memudahkan tangan saat akan megambil lilin.

Kemudian, nyalakan api untuk memanaskan lilin. Biarkan cairan lilin tetap panas lalu turunkan apinya saat akan memulai proses membatik.

Selama proses, nyala api selama proses membatik harus tetap dijaga. Pasalnya, jika lilin menjadi dingin, maka tidak dapat menempel ke kain.

"Suhu lilin harus dijaga, begitu suhu turun percuma diberi lilin karena tidak akan tembus," kata dia.

Widhi menambahkan, dalam membatik, penggunaan canthing juga perlu diperhatikan. Alat ini berfungsi layaknya pena yang menggoreskan lelehan lilin ke atas lembaran kain. Selain itu, canthing juga berguna untuk mengambil lilin dari tempatnya.

Cara memegang canthing, imbuh Widhi adalah seperti menulis pada kertas. Jika semakin ke ujung, maka goresan canthing akan semakin mantap.

Baca juga: Chicco Jerikho dan Proyek Amal Batik Merah Putih

Saat menggunakan canthing, perhatikan sudut goresan. Menurut Widhi, posisi canthing harus tepat berada di depan badan dan membentuk sudut 45 derajat dengan ujung berada di bagian atas.

Selain itu, saat mengambil lilin, usahakan agar tidak memenuhi rongga pada canthing. Hal ini dilakukan agar lilin tidak menetes ke kain. Widhi berpesan, sesaat setelah mengambil cairan lilin maka jangan lupa untuk meniupnya.

Satu kali pengambilan malam, menurut dia bisa digunakan untuk satu atau dua kali goresan tergantung panjangnya.

Jangan lupa untuk memastikan agar lilin atau malam yang digunakan menembus kain. Ini karena, lilin berfungsi layaknya pembatas saat proses pewarnaan. Dengan demikian, warna yang diberikan pada kain tidak akan bersinggungan.

"Kalau garis kurang tembus, kain dibalik diteruskan dari belakang. Saat batik tidak tembus dan nyambung, warna akan keluar dari batik. Maka fungsi lilin adalah sebagai perata warna atau membatasi warna. Warna yang dibatasi dengan lilin akan bertahan," ujar Widhi.

Baca juga: Saksikan Keindahan Batik, Tenun dan Mutiara dalam Pameran Warisan

Setelah proses ini selesai, maka dilanjutkan dengan pewarnaan. Widhi menyebutkan, dalam mewarnai dan menentukan campuran warna pada kain batik diperlukan metode khusus. Meski begitu, untuk pemula, pihaknya menganjurkan untuk menggunakan pewarna kain sesuai selera.

Kemudian, kain dikeringkan. Proses pengeringan ini membutuhkan waktu semalaman. Kemudian barulah kain tersebut diluruhkan. Proses ini, sebut Widhi, akan menghilangkan bekas goresan lilin sehingga meninggalkan motif berwarna putih yang membatasi antar warna.

"Batik melalui proses perebusan meluruhkan lilin. Garis putih bekas peluruhan lilin akan jadi motifnya," ujar dia.

Lihat Foto
Dokumentasi Grab Indonesia
Pelatihan membatik yang diadakag Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan
Paket harga pelatihan membatik

Bagi wisatawan yang ingin mencoba membatik di Kampung Batik Laweyan, maka ada beberapa paket pelatihan yang bisa dicoba.

Widhi menuturkan, Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan sendiri menyediakan paket pelatihan membatik bagi turis.

Ukuran kain 50x50 sentimeter

Untuk pelatihan dengan menggunakan kain berukuran 50x50 sentimeter, harga yang ditentukan bervariasi tergantung jumlah peserta dan macamnya.

Untuk turis asing berjumlah 1-20 orang, maka harga yang dikenakan adalah Rp 100.000. Adapun bagi masyarakat lokal, mahasiswa, dan pelajar harga yang ditawarkan antara lain Rp 75.000, Rp 72.000, dan Rp 67.000 per orang.

Sementara untuk turis asing dengan jumlah peserta 21-50 orang, tarif yang dibebankan sebesar Rp 90.000. Sedangkan untuk warga lokal sebesar Rp 70.000. Lalu mahasiswa dan pelajar Rp 67.000 dan Rp 62.000.

Baca juga: KPK Lelang 57 Barang Gratifikasi yang Dilaporkan, Tas hingga Kain Batik

Kemudian jika peserta merupakan turis asing dengan jumlah 51-100 orang, harga yang diberikan Rp 85.000. Lalu bagi masyarakat lokal dan mahasiswa sebesar Rp 65.000 dan Rp 62.000. Sedangkan untuk pelajar Rp 57.000.

Kemudian jika peserta lebih dari 100 orang, maka turis asing, masyarakat lokal, mahasiswa, dan pelajar, masing-masing dibebankan tarif sebesar Rp 80.000, Rp 60.000, Rp 55.000, dan Rp 50.000.

Ukuran kain 30x30 sentimeter

Adapun untuk pelatihan dengan kain berukuran 30x30 sentimeter biaya yang dibebankan berbeda. Untuk ukuran ini, bagi turis asing dengan jumlah 1-20 orang maka harga yang diberikan adalah Rp 75.000.

Sedangkan untuk masyarakat lokal sebesar Rp 50.000. Kemudian mahasiswa dan pelajar diberikan tarif sebesar Rp 47.000 dan Rp 42.000.

Sementara jika turis asing dengan jumlah peserta mencapai 21-50 orang, harga yang ditawarkan sebesar Rp 65.000. Adapun bagi masyarakat lokal, mahasiswa, dan pelajar, tarif masing-masing sebesar Rp 40.000, Rp 37.000, dan Rp 32.000.

Kemudian untuk jumlah peserta sebanyak 51-100 orang. Bagi turis asing dan masyarakat lokal, harga yang diberikan Rp 60.000 dan Rp 35.000. Sementara untuk mahasiswa dan pelajar, harga yang dibebankan sebesar Rp 32.000 dan Rp 30.000.

Terakhir, jika jumlah peserta sebanyak lebih dari 100 orang, maka tarif yang diberikan untuk turis asing, masyarakat lokal, mahasiswa, dan pelajar masing-masing adalah Rp 55.000, Rp 30.000, Rp 27.000, dan Rp 25.000.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi