Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Simbol Kekayaan di Negara Arab, Jumlah Cheetah Kian Terancam

Baca di App
Lihat Foto
CNN/Byron Blunt
Bayi citah yang diselundupkan
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com – Kucing besar yang termasuk dalam binatang liar yang dilindungi, cheetah, kini eksistensinya semakin terancam punah.

Selain karena proses seleksi alam, saat ini cheetah juga banyak ditangkap dan diselundupkan untuk diperjualbelikan secara ilegal sebagai binatang peliharaan.

Mereka yang membeli cheetah dari pasar gelap bukan lah sembarang orang, melainkan orang-orang yang datang dari kalangan super kaya di negara-negara Arab.

Meskipun tergolong binatang buas, cheetah dibeli dan dijadikan sebagai hewan peliharaan yang hidup berdampingan dengan pemiliknya. Tidak lain, tujuannya adalah untuk menunjukkan tingkatan status sosial sang pemilik.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ya, di negara-negara Arab, cheetah diidentikkan sebagai binatang peliharaan orang-orang dari kalangan elit nan super kaya.

Baca juga: Lebih Cepat dari Cheetah, Laba-laba ini Meluncur Menerkam Mangsanya

Dilansir dari CNN, binatang berbulu kuning dengan motif totol hitam ini diambil dari negara pecahan Somalia bernama Somaliland, saat masih berusia beberapa minggu.

Menurut Cheetah Conservation Fund (CFF), dalam satu tahun setidaknya terdapat 300 bayi cheetah yang diperdagangkan keluar dari Somalia. Jumlah itu setara dengan jumlah cheetah yang hidup di habitat asalnya.

Melihat data tersebut, ahli biologi konservasi Amerika dan pendiri CFC Laurie Marker memperkirakan cheetah akan benar-benar punah hanya dalam hitungan tahun.

"Jika dihitung secara matematis, permasalahan ini hanya akan terjadi selama beberapa tahun sebelum akhirnya kita tidak bisa lagi melihat cheetah," kaya Marker.

Saat ini, diperkirakan hanya ada 7.500 ekor cheetah yang tersisa di alam liar, sementara sekitar 1.000 ekor lainnya menjadi peliharaan orang-orang kaya.

Somaliland menjadi titik transit utama bayi-bayi cheetah diselundupkan ke negeri Arab. Mereka akan dimasukkan dalam peti-peti sempit atau kardus untuk diselundupkan dengan kapal melalui Teluk Aden menuju tujuan akhir Semenanjung Arab.

Mereka harus melalui perjalanan yang sulit sebelum tiba di tangan pembelinya. Bahkan, Marker menyebut 3 dari 4 bayi cheetah yang diselundupkan itu berakhir mati. Jika tidak, mereka akan tiba dengan kondisi yang sudah tidak baik.

Tindak penangkapan dan penyelundupan cheetah ini tentu memberikan dampak traumatis mendalam bagi bayi-bayi hewan liar ini.

CFC memperkirakan satwa liar ini banyak diperjual-belikan secara ilegal melalui platform online.

Simbol kekayaan

Seperti yang telah disebut sebelumnya, cheetah menjadi simbol status kekayaan seseorang di negara-negara Arab.

Banyak kita temui di media televisi ataupun media sosial, seekor cheetah terlihat berada di atas sebuah mobil mewah bersama sang pemilik yang duduk di sebelahnya.

Dalam kesempatan lain, seekor cheetah terlihat bingung menyaksikan sesamanya di dalam layar televisi dalam program yang disiarkan oleh National Geographic.

Baca juga: Cheetah di Kebun Binatang Inggris Ini Kabur dan Masuk Kandang Rusa

Bahkan, ada juga video yang menunjukkan seekor cheetah tengah disuapi setangkai permen lollipop dan es krim.

Semua hal itu, tentunya, tidak terjadi di kehidupan cheetah yang sesungguhnya di alam liar. Tidak ada satu pun dari kenikmatan ala manusia itu yang diperlukan oleh cheetah untuk tetap bisa bertahan hidup.

Cheetah sebagai pelari yang sangat cepat membutuhkan alam bebas yang luas untuk berlarian memburu mangsanya. Sementara itu, para jutawan yang mengurung mereka dalam kemewahan tidak tahu bagaimana seharusnya merawat jenis kucing besar ini.

Tak heran, para ahli menyebut cheetah peliharaan ini mati dalam waktu satu atau dua tahun setelah dipelihara secara ilegal oleh kalangan super kaya itu.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: CNN
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi