Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rentetan Pembunuhan dan Tindak Kriminal Sadis, Apa yang Terjadi?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi pembunuhan, kriminal, sadisme
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam beberapa pekan terakhir, pemberitaan media massa diwarnai serentetan kasus kriminal, khususnya pembunuhan dan pemerkosaan.

Modus dan cara melakukannya tergolong sadis.

Misalnya, kasus pembunuhan yang dilakukan di atas Kapal Motor (KM) Mina Sejati.

Tiga orang pelaku membunuh para anak buah kapal yang tengah dalam keadaan tidur.

Lainnya, seorang istri yang menyewa pembunuh bayaran dengan biaya Rp 500 juta untuk membunuh suami dan anak tirinya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembunuh bayaran membunuh keduanya dan membakarnya.

Di Banyumas, Jawa Tengah, seorang ibu dan ketiga anaknya membunuh 4 orang saudaranya pada 2014. Jenazah dikubur di kebun belakang rumah ibunya, dan baru diketahui saat ini.

Melihat rangkaian tindakan ini, adakah suatu pemicu dan refleksi apa yang bisa diambil dari serentetan tindak kriminal ini?

Apakah ada kecenderungan tingkat sadisme semakin tinggi?

Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Izraq Sulhin mengatakan, kejahatan dengan kekerasan, pembunuhan, penganiayaan tidak ada klasifikasi sadisme yang ekstrem.

Menurut dia, kejahatan dan kekerasan itu memang fluktuatif.

“Secara statistik kejahatan kekerasan utamanya pembunuhan naik turun masih normal,” ujar Izraq, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (27/8/2019).

Ia menjelaskan, kejahatan dengan kekerasan karakteristiknya memang erat hubungannya dengan penganiayaan, menimbulkan darah, korban meninggal, dan lain-lain.

Oleh karena itu, Izraq berpendapat, tak bisa dikatakan bahwa orang semakin sadis.

Motif berbeda

Selain itu, lanjut Izraq, setiap tindak kejahatan tak bisa dinilai dari sudut pandang yang sama.

Alasannya, karena masing-masing memiliki latar belakang motif, situasi, dan kondisi yang berbeda.

Izraq menilai, jika tindak kekerasan berujung pembunuhan, biasanya merupakan akumulasi dari permasalahan yang sudah ada sebelumnya.

Tindakan ini tak serta merta terjadi.

“Jarang  orang langsung bunuh. Jadi umumnya ada konteks masalah interaksi dengan orang lain,” ujar dia.

Ia mengatakan, kejahatan kekerasan juga umumnya dilatarbelakangi tersendatnya mekanisme meredakan ketegangan antar-individu.

“Kejahatan kekerasan pembunuhan dan sebagainya biasanya ditarbelakangi perselisihan individu. Penyebabnya di-bully, sengeketa harta, dan sebagainya. Itu yang disebut perselisihan,” kata Izraq.

Lebih jauh, Izraq menjelaskan, secara kriminologi, semua orang pada dasarnya berpotensi untuk menjadi pelaku tindak kriminal.

“Yang membedakan apa yg bisa membuat orang tak melakukan kejahatan. Dalam kriminologi itu disebut social control theory,” ujar dia.

Ia menyebutkan, ada orng-orang tertentu yang memiliki mekanisme pengendalian diri yang kuat dalam dirinya.

Orang-orang seperti ini biasanya punya kedekatan dengan keluarga yang cukup kuat.

Dengan demikian, ketika ada masalah, seseorang akan merasa berkurang bebannya dengan bercerita kepada orang yang ia percaya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi