Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1 September 1969, Muammar Gaddafi Pimpin Kudeta Libya

Baca di App
Lihat Foto
BIOGRAPHY.com
Pemimpin Libya, Muammar Gaddafi, yang digulingkan pada Agustus 2011 dan tewas dibunuh dua bulan kemudian.
|
Editor: Sari Hardiyanto


KOMPAS.com - Muammar Gaddafi, pemimpin tentara Libya, berhasil melakukan kudeta militer terhadap pemerintahan monarki Raja Idris pada 1 September 1969.

Keberhasilannya dalam memimpin revolusi itu membuatnya diangkat sebagai Presiden Libya.

Siapakah sebenarnya Gaddafi itu?

Dalam buku Major World Leaders: Muammar Qaddafi (2005), disebutkan bahwa Gaddafi dilahirkan di sebuah rumah tenda di padang pasar Libya pada tahun 1942.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daerah kelahiran Gaddafi itu digambarkan sebagai gurun yang sangat panas, gersang dan berbatu.

Kebanyakan orang barangkali tak layak menjadikan tempat tersebut sebagai tempat tinggal. Namun, berbeda halnya dengan suku Badui. Bagi mereka, padang pasir adalah rumah.

Ayahnya bernama Mohammed Abdul Salam bin Hamed bin Mohammed, seorang penggembala unta dan kambing.

Sementara itu, ibunya bernama Aisha sebagai seorang ibu rumah tangga seperti kebanyakan perempuan Arab lainnya.

Meski berasal dari keluarga kurang mampu, Gaddafi berhasil menuntaskan pendidikannya hingga perguruan tinggi. Bahkan, ia termasuk yang paling pandai di antara teman seusianya.

Ia lulus dari Universitas Libya pada tahun 1963 dan Akademi Militer Libya di Banghazi pada tahun 1965.

Baca juga: Libya akan Bebaskan Sejumlah Mantan Pejabat Era Gaddafi

Kiprah Politik

Kepemimpinan Raja Idris yang konservatif dan tidak sejalan dengan gerakan persatuan negara Arab mendorong Gaddafi bersama sejumlah perwira militer untuk menggulingkannya.

Tak hanya itu, kebijakan-kebijakan Raja Idris yang pro Barat juga tidak disukai oleh banyak kalangan.

Sebagai informasi, di tahun-tahun itu gagasan nasionalisme Arab (Pan Arabisme) sedang berada pada masa kejayaannya.

Gagasan Pan Arabisme dalam perkembangannya tidak hanya terpaku pada anti-kolonialisme dan anti-Zionisme, tetapi juga semua unsur yang menghambat kemajuan bangsa Arab, seperti feodalisme dan otoritarianisme.

Revolusi 1952 Mesir dan Revolusi 1962 Yaman yang berhasil menumbangkan rezim feodal monarki menjadi bukti betapa kuatnya gagasan Pan Arabisme pada waktu itu.

Gagasan itu pun berpengaruh kepada Gaddafi. Kepemimpinan Raja Idris yang tidak sejalan dengan gagasan Pan Arabisme ditentang oleh Gadaffi dan sejumlah perwira militer lainnya

Setelah berhasil mengemban jabatan pemimpin militer di tahun 1969, tak butuh waktu lama bagi Gaddafi untuk bermanuver.

Ketika Raja Idris sedang berada di Turki untuk menjalani pengobatan akibat penyakit di kakinya, Gaddafi bersama pasukannya mengambil alih kekuasaan melalui kudeta tak berdarah.

Kabar revolusi ini pun tersebar secara luas di masyarakat.

Baca juga: Putra Muammar Gaddafi Calonkan Diri Jadi Presiden Libya

Diangkat sebagai Presiden Libya

Setelah mendapat dukungan dari seluruh masyarakat, Gaddafi kemudian diangkat menjadi Presiden Libya dan mengumumkan lahirnya Republik Arab Libya.

Pemerintahan Libya di bawah kepemimpinan Gadaffi memadukan corak ortodoksi Islam, sosialisme, dan nasionalisme Arab.

Kekagumannya terhadap sosok Gamal Abdel Nasser banyak berpengaruh terhadap corak kepemimpinannya.

Nasser yang anti-imperialisme Barat mengilhaminya untuk menerapkan kebijakan anti-Barat. Terbukti ia telah memindahkan pangkalan militer AS dan Inggris serta menasionalisasi perusahaan minyak asing.

Usaha itu pun membuahkan hasil. Dalam buku The Goverment and Politics of The Middle East and North Africa (2002) disebutkan bahwa pemerintah Gaddafi berhasil memperoleh pendapatan dari sektor minyak dari 1.175 juta dollar Amerika Serikat (AS) di tahun 1969 menjadi 6 miliar dollar AS di tahun 1974.

Dengan pendapatan negara yang besar, ia membangun infrastuktur negara, sekolah, universitas, rumah sakit, dan beberapa sektor lainnya.

Kendati demikian, gaya kepemimpinan Gaddafi yang otoriter dan represif tidak disukai oleh banyak kalangan.

Ia juga menerapkan kembali hukum Islam tradisional, seperti larangan minum alkohol dan perjudian.

Meski demikian, Gadaffi tetap memberi ruang kebebasan bagi perempuan. Sebuah kebijakan yang jarang terjadi di negara Arab pada waktu itu.

Untuk merealisasikan cita-citanya dalam menyatukan negara Arab, Libya berusaha menggandeng negara tetangganya, Mesir.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Muammar Gaddafi, Diktator Libya yang Digulingkan

Namun harapan itu kandas ketika Mesir di bawah kepemimpinan Anwar Sadat memilih jalan damai dengan Israel melalui perjanjian Camp Davis.

Akibatnya, Libya pun semakin terisolasi.

Dikutip dari History, Pemerintah Gadaffi kerap dituduh membiayai berbagai kelompok teroris dunia, dari gerilyawan Palestina hingga pemberontak Muslim Filipina.

Selama tahun 1980-an, Barat selalu menyalahkannya atas berbagai serangan teroris di Eropa.

Karenanya, pesawat perang AS memborbardir Tripoli pada April 1986 sebagai pembalasan atas serangan bom di aula dansa Jerman Barat.

Serangan itu dilaporkan telah menewaskan putrinya yang masih bayi dan membuatnya terluka.

Di akhir tahun 1990-an, Gaddafi berusaha mengeluarkan Libya dari keterisolasian internasional dengan melunakkan sikapnya terhadap Barat.

Menanggapi hal itu, PBB mencabut sanksi terhadap Libya. Disusul Amerika Serikat pada September 2004.

Setelah banyak mendapatkan penolakan dari negara-negara Arab, pria yang mempunyai nama lengkap Muammar Mohammed Abu Minyar Gaddafi tersebut berusaha menjalin hubungan baik dengan negara-negara Afrika non-Muslim.

Hal ini menjadikan dirinya sebagai salah satu negarawan Afrika.

Baca juga: Mantan Presiden Sarkozy Bantah Dirinya Terima Dana dari Gaddafi

Akhir Hidup Gaddafi

Perjalanan panjang Gaddafi dalam memimpin Libya harus berakhir pada Februari 2011.

Pemerintahan yang otoriter dan kebijakan-kebijakannya yang tidak pro rakyat membuatnya semakin dibenci oleh rakyat Libya.

Gelombang revolusi yang terjadi di sejumlah negara Arab memicu protes besar-besaran terhadap rezim Gaddafi dan berhasil menggulingkannya.

Sejak revolusi 2011, perang saudara antara pasukan revolusioner yang didukung Barat melawan pasukan loyalis Gaddafi terus berkecamuk di Libya.

Gaddafi akhirnya meninggal pada 20 Oktober 2011 setelah mengalami siksaan dan ditembak di bagian dadanya.

Ia tidak mendapatkan penghormatan selayaknya pemimpin negara dari rakyatnya.

Namun, harapan rakyat Libya untuk keluar dari keterpurukan tampaknya masih panjang.

Hingga saat ini, perang saudara di Libya tak kunjung usai.

Baca juga: Saif al-Islam, Putera Gaddafi Dikabarkan Bebas dari Penjara

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi