Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Reaksi Alergi Obat, Bisa Jadi Sindrom Stevens Johnson

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi: Industri Farmasi sulit ikut sertifikasi halal
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com – Nama Sindrom Stevens Johnson mungkin tidak terlalu dikenal publik. Sindrom ini sebetulnya merupakan sebuah alergi yang bisa saja muncul usai Anda mengkonsumsi suatu obat.

Melansir dari National Health Service, sindrom Stevens Johnson adalah kelainan langka namun serius yang menyerang kulit, selaput lendir, alat kelamin, dan mata.

Selaput lendir adalah lapisan lunak jaringan yang melapisi sistem pencernaan dari mulut ke anus serta saluran genital (organ reproduksi) dan bola mata.

Penyebab sindrom Steven Johnshon umumnya diakibatkan oleh terjadinya reaksi yang merugikan yang tidak terduga terhadap obat-obat tertentu. Kadang juga bisa diakibatkan oleh infeksi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gejala penyakit ini sering dimulai dengan gejala mirip dengan flu, diikuti ruam merah atau ungu yang menyebar dan melepuh. Kulit yang terkena pada akhirnya mati dan mengelupas.

Baca juga: Waspadai Gejala Alergi Obat

Salah satu yang pernah mengalami sindrom ini adalah Suswiyanto, seorang warga Ngawi.

Berdasarkan laporan Kompas.com (14/12/2008), Suswiyanto terpaksa dilarikan ke RSUD dr. Suroto, Ngawi.

Ia semula mengeluhkan demam dan suhu badan tinggi. Untuk mengatasi rasa sakitnya itu, ia dibawa ke mantri kesehatan setempat dan disuntik obat penghilang rasa sakit.

Namun usai disuntik, kondisinya justru menjadi parah. Kulit wajah dan badannya melepuh seperti terbakar, panasnya semakin tinggi dan mengalami sesak nafas.

Dr. Wahyu Riyanto SPKK yang menangani Suswiyanto ketika itu mengatakan bahwa pasien terserang sindrom Stevens-Johnshon.

Menurut Dr Wahyu, sindrom tersebut belum diketahui cara mencegahnya. Kala itu, ia menyebut gejala awal orang yang mengalami penyakit tersebut seperti kulit kemerahan dan terkelupas.

"Jika tidak segera diobati, penyakit ini bisa mematikan. Terkelupasnya kulit bisa menyebabkan infeksi yang lalu bisa membuat sejumlah tanda vital menurun, tensi turun, sesak nafas, kesadaran turun, lalu masuk status koma, dan pada akhirnya meninggal," jelasnya.

Dia mengatakan satu-satunya cara mencegah penyakit tersebut adalah tidak sembarangan minum obat, juga minum obat tanpa resep dokter.

Ia juiga mengingatkan riwayat seseorang akan alergi terhadap obat tertentu juga harus diingat agar di masa mendatang orang tersebut tak salah makan obat.

Melansir dari Hello Sehat, beberapa jenis obat yang paling sering memicu terjadinya sindrom Steven-Johnson diantaranya adalah obat-obat anti asam urat, misalnya allopurinol.

Selanjutnya adalah obat-obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang kerap digunakan untuk mengurangi nyeri dan peradangan misalnya ibuprofen, asam salisilat, piroksikam.

Serta obat-obata antibiotiok seperti penisilin, serta obat kejang yang biasanya dipakai para pengidap epilepsi.

Baca juga: 17 Bayi Spanyol Alami Sindrom Serigala, Dipicu Kandungan dalam Obat

Penanganan terhadap orang yang mengalami sindrom Stevens Johnson adalah pasien harus dibawa ke Rumah Sakit.

Pasien juga diharuskan untuk menghentikan konsumsi obat yang menjadi pemicu alergi.

Umumnya, beberapa obat biasanya akan diberikan dokter untuk mengatasi sindrom Stevens Johnson seperti pemberian anti alergi (anti histamin) untuk meredakan gejala. Kortikosteroid juga diberikan untuk mengontrol terjadinya peradangan.

Terapi penunjang juga akan diberikan oleh rumah sakit meliputi penggantian cairan tubuh yang hilang dengan menggunakan infus.

Selain itu, jika terjadi luka, lapisan kulit mati harus dibersihkan kemudian lukanya ditutup dengan perban supaya tak terjadi infeksi.

Beberapa komplikasi yang akan muncul pada penderita sindrom Steven Johnson yakni infeksi kulit sekunder, infeksi darah, masalah mata, gagal napas akut, serta terjadinya kerusakan kulit permanen.

Meski umumnya disebabkan oleh obat, namun sindrom Stevens Johnson juga bias dipicu oleh infeksi virus atau kuman tertentu, seperti herpes, influenza, HIV, Diphteria, Typhoid, Hepatitis A, dan Pneumonia.

Stevens Johnson juga bisa dipicu oleh rangsang fisik seperti radioterapi, dan sinar ultraviolet. Namun terkadang, penyebab pasti tak selalu bias dipastikan sehingga sulit untuk dicegah.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi