Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Istri Bunuh Suami, Mengapa Ada Orang yang Tega Menghabisi Keluarganya?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/RINDI NURIS VELAROSDELA
Aulia Kesuma (AK) di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (3/9/2019).
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Kasus Aulia Kesuma, perempuan yang tega menghabisi nyawa suami dan anak tirinya ramai diperbincangkan publik akhir-akhir ini.

Diberitakan Kompas.com, Selasa (3/9/2019), tersangka pembunuhan Aulia Kesuma (AK) mengaku lega usai menghabisi nyawa suaminya, Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili (54) dan anak tirinya, M Adi Pradana alias Dana (23).

Aulia diketahui terjerat utang dan harus membayar cicilan sebesar Rp 200 juta setiap bulannya.

Ia membunuh sang suami karena menolak permintaanya untuk menjual rumahnya di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan guna melunasi utang-utangnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penolakan tersebut membuat Aulia sakit hati dan mulai merencanakan pembunuhan terhadap suami dan anak tirinya pada Juli 2019. Ini bukan pertama kalinya kasus pembunuhan antar keluarga terjadi.

Rabu (3/9/2019), Kompas.com juga memberitakan Seorang istri berinisial SIL (46) membunuh suaminya, TN dengan sebuah kapak di Nagari Sopan Jaya, Kecamatan Padang Laweh, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat.

Sebelumnya, Kompas.com telah memberitakan seorang wanita berinisial S (45), warga Kecamatan Sumber Kabupaten Probolinggo yang juga tega membunuh suaminya, Toyaman (55), Senin (2/9/2019) dini hari.

Tiga pemberitaan tersebut tentu membuat kita bertanya-tanya mengapa ada orang yang tega membunuh anggota keluarganya sendiri.

Penyakit Mental

Dalam istilah kriminologi, kasus pembunuhan tersebut dikenal dengan istilah familicidae.

Familicide adalah peristiwa pembunuhan di mana seorang pelaku membunuh anggota keluarga.

Kriminolog juga telah membagi kasus familicide ini ke dalam beberapa istilah berikut:

Baca juga: Ramai Kasus Pembunuh Bayaran di Sukabumi, Berikut 5 Kasus Serupa di Indonesia

Riset yang diterbitkan dalam Howard Journal of Criminal Justice 2013 juga membuktikan, 68 persen pria yang melakukan familicide juga berakhir dengan bunuh diri.

Biasanya, mereka yang melakukan familicide berusia antara 30 hingga 39 tahun saat pembunuhan.

Sebesar 32 persen kasus familicide dilakukan dengan menusuk korban, dan 15 persen dilakukan dengan meracuni korban.

Para ahli mengatakan para pelaku familicide, baik pria maupun wanita, biasanya memiliki sejarah panjang penyakit mental, cenderung depresi atau psikotik.

Lalu, apa yang menyebabkan seseorang menjadi pelaku familicidae?

Menurut peneliti ada empat faktor yang menyebabkan seseorang tega membunuh keluarganya sendiri. Berikut empat faktor tersebut:

1. Karekter superior

Orang dengan karakter superior atau mendominasi biasanya selalu menyalahkan pasangan atas permasalahan atau penderitaan yang dirasakannya.

Faktor ini biasanya menyebabkan seseorang membunuh anak-anak mereka dan membiarkan pasangannya hidup menderita karena tak bisa mencegah peristiwa tragis itu. Biasanya, pembunuhan semacam ini terjadi ketika ada masalah di dalam keluarga, seperti akses untuk bertemu anak-anak yang sulit.

2. Kecewa

Merasa dikecewakan oleh orang-orang di sekitarnya juga bisa membuat seseorang tega membunuh keluarganya sendiri.

Kasus semacam ini biasanya terjadi jika kekecewaan yang dirasakan sang pelaku terlalu dalam hingga melukai kehormatannya.

3. Kepentingan tertentu

Mereka yang melakukan familicidae karena alasan ini biasanya menganggap keluarga adalah perpanjangan dari kesuksesan ekonomi mereka.

Jika keluarga mereka tetap ada di dalam kehidupannya, mereka yakin status ekonomi yang telah mereka bangun akan rusak.

4. Paranoid

Pelaku biasanya percaya keluarga dan terutama anak-anak mereka berada di bawah ancaman atau perlu dilindungi.

Dalam kasus ini, pelaku menganggap mengakhiri nyawa keluarganya adalah cara untuk melindungi mereka dari ancaman luar.

Baca juga: Tidak Tega, Pembunuh Bayaran Sewaan Aulia Gagalkan Upaya Pembakaran Jasad Pupung dan Dana

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi