KOMPAS.com - Gelaran Olimpiade Munich 1972 mungkin salah satu pesta olahraga dunia yang paling diingat.
Terutama, bagi mereka yang terlibat di dalamnya.
Pada olimpiade itu, terjadi sebuah peristiwa tragis yang menimpa kontingen Israel.
Olimpiade tersebut dibuka pada 26 Agustus 1972, dengan 195 pertandingan, dan 7.173 atlet yang mewakili 121 negara.
Hari ini 47 tahun lalu, tepatnya 5 September 1972, sebanyak delapan orang menyerbu asrama tempat atlet Israel berdiam selama Olimpiade Munich 1972.
Dalam penyerbuan ini, dua atlet Israel tewas dan sembilan lainnya disandera.
Serangan di asrama
Dikutip dari History, para penyusup tersebut melompati pagar di wilayah asrama atlet Israel dengan membawa tas berisi senjata.
Mereka juga mengenakan pakaian olahraga dari negara-negara Arab, sehingga para petugas yang melihat aksi itu tak begitu menghiraukannya karena kejadian itu sering terjadi.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 2 Orang Mahasiswa Standford Mendirikan Google
Para petugas menganggap orang-orang yang melompat pagar itu adalah para atlet yang kembali ke tempat tinggal mereka.
Setelah berhasil mengelabui petugas, mereka mengganti pakaiannya dan membawa senapan mesin untuk menyerbu asrama atlet Israel.
Mendengar suara mencurigakan di tempatnya, Yossef Gutfreund, seorang pegulat Israel memeriksa kondisi asramanya dan mendapati pintu asrama rusak karena berusaha dibuka secara paksa.
Ia kemudian berteriak menyuruh rekannya untuk lari setelah mengetahui ada seorang membawa senapan mesin.
Pegulat itu berusaha untuk menahan pintu yang berusaha dibuka oleh penyusup bersenjata.
Dua orang atlet Israel berhasil meloloskan diri, sementara delapan lainnya memilih untuk bersembunyi.
Seorang atlet angkat berat, Yossef Romano, berusaha merebut senjata si penyusup.
Namun, ia tertembak dan tewas seketika.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pertama Kali, Presiden Indonesia Kunjungi Belanda
Nasib serupa juga menimpa Mosche Weinberg, pelatih gulat yang juga tewas saat hendak menyerang anggota penyelusup lainnya dengan pisau buah.
Disandera
Yossef Gutfreund dan delapan atlet lainnya disandera oleh para penyusup itu.
Untuk membebaskan para sandera, mereka menuntut agar 234 tahanan Palestina di Penjara Israel dibebaskan dan meminta rute bebas menuju Kairo.
Meski sempat ditolak secara tegas, tuntutan itu akhirnya dipenuhi.
Kesepakatan dicapai untuk membawa kesembilan sandera itu ke Bandara Furstenfeldbruck.
Sebuah helikopter dan pesawat telah disediakan untuk mereka di bandara.
Pemerintah Jerman telah merencanakan serangan di bandara itu. Para sniper disiapkan di sekitar landasan pacu.
Tak hanya itu, beberapa polisi juga disiapkan dengan menyamar menjadi kru pesawat.
Akan tetapi, rencana tersebut gagal setelah beberapa polisi melakukan tindakan gegabah yang memicu terjadinya penembakan.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Jepang Menyerah kepada Sekutu, Perang Dunia II Berakhir
Penyergapan masih terus dilakukan. Aksi saling tembak pun tidak terhindarkan. Tiga orang penyandera berhasil dilumpuhkan.
Mengetahui hal itu, salah seorang dari mereka melempar granat ke dalam helikopter yang berisikan lima orang sandera.
Kelima sandera itu pun tewas.
Sementara itu, seorang penyandera lain menembakkan senjata mesin ke arah sandera lainnya dan menewaskan kesemua sandera.
Drama penyanderaan 21 jam itu berakhir secara tragis bagi kedua pihak.
Tercatat, seorang anggota polisi Jerman, lima penyandera, dan sebelas atlet Israel tewas dalam peristiwa itu.
Peristiwa tragis ini juga dikenal sebagai peristiwa September Hitam.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 34 Tahun Lalu, Bangkai Kapal Titanic Ditemukan
Tiga penyandera yang selamat kemudian dipenjara.
Sebulan kemudian, mereka dibebaskan setelah terjadi pembajakan pesawat Lufthansa 727 yang menuntut pembebasan tiga orang itu.
Beberapa hari setelah peristiwa September Hitam ini, Israel membalas dengan serangan udara terhadap Suriah dan Libanon.
Serangan itu menewaskan 66 orang dan melukai puluhan lainnya.
Israel juga mengirim pasukan pembunuh untuk memburu para anggota September Hitam.
Peristiwa September Hitam ini telah diangkat ke dalam novel berjudul Vengeance: The True Story of an Israel Counter-Terrorist Team karya George Jonas, seorang wartawan Kanada.
Selain itu, Steven Spielberg juga mengangkat peristiwa tersebut ke dalam film yang berjudul Munich pada tahun 2005.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.